"Mengapa sabuk ini sulit sekali untuk dilepas? Sepertinya kita tidak bisa melepaskan, kecuali dia sendiri yang melepaskannya," ujar Hidetoshi yang sudah melakukan berbagai macam cara untuk melepas sabuk Ken.
Pria itu sudah menggunakan peralatan tercanggihnya namun tetap saja tidak bisa melakukan apapun. Sabuk itu selalu menempel dengan erat di pinggang Ken.
"Apakah tidak ada cara lainnya?" tanya Matthew. Ia juga sudah melihat pria itu berusaha dengan keras. "Lalu, sepertinya itu batu dari luar angkasa, bukan?" tunjuknya pada sebuah benda berwarna merah.
"Ini batuan langka yang didapatkan oleh seorang petani, dua puluh tahun yang lalu. Tapi aku tidak tahu, siapa yang memegang batu ini. Kabarnya ada beberapa ilmuan terkenal yang memilikinya. Hanya karena kurangnya informasi, aku tidak tahu, siapa saja yang memiliki batu ini."
"Jadi, itu batu yang muncul dua puluh tahun yang lalu itu? Wah, ini pemuda beruntung sekali memiliki batu ini. Kabarnya juga, ini bisa memberikan kekuatan lebih pada penggunanya. Tapi entah apa itu. Bahkan media juga tidak ada yang tahu. Sifatnya juga dirahasiakan." Matthew melihat takjub dan menyentuh batu itu.
"Bagaimana, Matt? Batu itu sampai saat ini masih misteri. Sayangnya aku tidak ada kesempatan untuk menelitinya. Apalah diriku ini, masih pantaskah menjadi seorang ilmuan?"
Hidetoshi lalu mengambil sebuah benda kecil. Ia itu merupakan sebuah robot yang berukuran setengah sentimeter. Berbentuk bulat dan memiliki delapan kaki kecil dan memiliki baling-baling untuk bisa terbang.
"Sepertinya kita akan periksa otaknya. Mungkin bisa kita lihat chips yang seharusnya ada di otaknya. Siapa tahu kita memiliki cara agar kita bisa membantu orang yang terkontaminasi oleh alien, bisa kembali ke wujud manusia."
Saat akan dimasukannya benda kecil lewat mulut Ken, tiba-tiba Ken tersadar. Ia melihat dua orang pria paruh baya. Ia merasakan tangannya diikat dengan rantai besi di atas ranjang.
"Hei, siapa kalian? Mengapa aku diikat seperti ini? Lepaskan!" teriak Ken, mencoba melepaskan ikatan di tangan serta kakinya. Ia terus berontak dan menghindar saat mulutnya dibuka lebar-lebar oleh Matthew.
"Kamu tenang saja! Kami akan membantumu dan kita akan bekerja sama untuk membuat bumi ini aman!" kata Matthew dengan suara serak.
Ken menutup mulutnya rapat-rapat karena ia melihat benda kecil yang akan dimasukannya ke dalam mulut oleh Matthew. Pria berbadan besar ibu terus memaksa membuka mulut Ken.
"Ayolah, anak muda! Kamu bisa membantu kami agar kita bisa mengendalikan alien di tubuh para manusia. Apakah kamu tidak ingin lagi, dunia kembali seperti dulu?"
Ken masih terdiam. Namun karena kekuatan Matthew yang besar, membuatnya mudah membuka mulut Ken dengan tangan kirinya. Langsung saja ia memasukan benda bulat itu ke mulut Ken.
"Uhukk!" Ken tersedak dan merasa tenggorokannya kemasukan benda kecil itu. "Akhh! Apa yang kau masukan ke mulutku?" protes Ken yang mencoba melepaskan jeratan tangannya.
Namun sangat sulit bagi Ken untuk melepaskan rantai itu. Tubuhnya sudah sangat lemah. Maka ia pasrah saja, dengan apa yang orang lain lakukan padanya.
"Kamu tenang saja, Nak. Dengan ini, kamu telah membantu kami untuk melakukan penelitian. Mungkin teknologi ini bisa dikembangkan lagi. Agar kamu secara utuh bisa mengendalikan tubuhmu, tanpa alien yang mengendalikan tubuhmu."
Ken tidak paham dengan perkataan Hidetoshi. Ia sudah tidak ada tenaga lagi. Apalagi tidak tahu bagaimana nasib istri dan anaknya yang belum lahir. Apakah mereka selamat atau tidak. Atau bisa saja mereka telah dimakan olehnya saat berubah menjadi monster.
Karena bosan di kamarnya, Naoki keluar dengan memakai celana pendek di atas lutut. Sementara di atasnya, ia memakai kaos longgar, lengan pendek.
"Apakah penelitiannya sudah selesai?" tanya Naoki. Ia ingin melihat apa yang dilakukan oleh pria yang telah merawatnya semenjak kecil itu. "Apakah yang kau dapatkan dari lelaki itu?" tanyanya pada Hidetoshi.
Naoki sudah sejak kecil bersama dengan pria paruh baya itu. Ia tidak sungkan berpakaian seadanya di depan pria yang Naoki kagumi dan ia sukai. Sekarang wanita itu menempelkan lengannya di pundak pria paruh baya itu.
Sementara Hidetoshi sudah menganggap Naoki sebagai anaknya sendiri. Ia tidak keberatan kalau anaknya sendiri memperlakukannya seperti itu. Tapi yang tidak habis pikir, Naoki memanggil nama kepada Hidetoshi.
"Kamu lihat yang di monitor itu? Di otaknya mungkin ada chips yang tertanam. Mungkin kita bisa meneliti bagaimana chips itu. Nanti kita coba juga meneliti bagaimana sabuknya dan chips di kepala saling bekerja."
Naoki memperhatikan gambar yang ada di layar monitor. Benda bulat kecil itu memiliki kamera dan sensor untuk mengetahui semuanya. Bisa mengirimkan data secara akurat ke dalam komputer yang digunakan Hidetoshi.
"Kenapa kalian tega melakukan ini padaku? Kalau bisa, kalian bisa membunuhku saja. Karena percuma aku hidup." Ken berkata lirih, sudah tidak lagi berusaha melepaskan diri.
"Kamu tidak akan mati. Kami hanya ingin tahu saja! Kalau sudah mendapatkan informasi, kami pasti akan melepaskanmu," balas Matthew. Sebenarnya ia merasa kasihan juga pada Ken. Tapi ini demi kebaikan semuanya. Pria itu menatap pemuda itu dengan tatapan sayu.
Tidak ada kata lagi yang keluar dari mulut keduanya. Mereka juga merupakan korban. Korban dari alien yang meresahkan itu. Tapi dari tadi, mereka belum mengenal satu sama lain. Maka Matthew langsung menanyai siapa pemuda itu.
"Namaku Matthew! Kau bisa memanggilku Matt. Kau siapa namamu, Nak?" tanya Matthew pada Ken yang mengalihkan pandangannya ke tubuhnya bagian bawah.
Ken melihat badannya masih tidak memakai apapun. Hanya bagian bawahnya itu ditutupi dengan pakaian hitam milik Hidetoshi.
"Ken," balas Ken dengan singkat. "Bisakah kau berikan aku pakaian? Di sini rasanya sangat dingin," ujarnya kemudian.
"Iya, itu mudah saja! Selama kau diam, kami akan menyelesaikan semuanya dengan cepat. Setelah selesai, akan kuberikan pakaian untukmu!" ujar Matthew, membalas permintaan Ken.
Ken diam saja, tidak mengelak ucapan pria itu. Karena itu ia tidak lagi memberontak dan membiarkan mereka memeriksa semuanya. Pandangannya tertuju pada dua orang yang sedang menatap layar monitor. Seorang pria paruh baya yang memakai kaos hitam. Di belakangnya, nampak seorang wanita muda yang sedang bersandar di pundak pria itu.
Yang tidak Ken mengerti, mengapa wanita itu memakai pakaian seperti itu di tempat yang seharusnya adalah sebuah laboratorium. Ada banyak peralatan dan benda-benda aneh. Yang jelas itu bukan tempat seperti kamar seorang perempuan muda.
"Hei, apakah kau melihat Naoki kami? Kamu harus tahu, wanita itu adalah anak angkat dari pimpinan kami. Namanya adalah Naoki. Dan yang duduk di depan komputer itu adalah Hidetoshi, pemilik tempat ini dan merupakan seorang ilmuan."
Ken mengangguk, mendengar penjelasan dari Matthew. Dengan sekali lihat pun Ken sudah menduga kalau pria itu adalah seorang ilmuwan. Katena ia sudah bergabung dengan ilmuan hebat sebelumnya. Dan telah mencuri benda dari laboratorium besar dan membuat alatnya sendiri.
***