Calvino langsung melemparkan tatapannya ke arah Bram. Papa … " geramnya.
--
Bram tampak acuh dengan mengangkat kedua tangan. Setelahnya, melemparkan tatapannya ke arah putri tercinta. "Oh, iya Earl. Di mana, Mama-mu?" Tanyanya dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
"Tadi, Mama menerima telepon dari Oma Clause. Kemungkinan untuk saat ini ada di depan."
"Kalau Mama-mu ada di depan, Papa-mu ini tidak akan menanyakannya. Dasar kau ini." Mengusap kasar puncak kepala.
Bermanjakan tawa bahagia sang adik bersama sang ayah seharusnya bisa menyeret Calvino merasakan hal yang sama. Sayangnya, hatinya masih saja dipenuhi dengan kesedihan berselimut amarah memuncak.
Ingatan akan ciuman Kiara - Lee membuat darahnya kembali mendidih. Berulang kali dihembuskannya nafas kasar dan hal itu pun tak pernah lepas dari pengamatan Calista. "Ada apa?" Tanyanya dengan tatapan menelisik.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com