webnovel

Romantika Cucian

Selanjutnya di kisah sekarang saya kembali akan menceritakan salah satu kejadian yang terjadi di kos saya tetapi beda tempat dengan kejadian yang sebelumnya diceritakan, yaitu pojok belakang sisi selatan kos kami, di mana terletak sebidang ruang terbuka yang menjadi tempat mencuci pakaian.

Suatu malam, rekan saya sebut saja si Ab, sedang mencuci pakaian di tempat tersebut. Dia terpaksa mencuci malam-malam (sekitar jam 21-an) karena stok pakaiannya telah menipis dan beberapa hari sebelumnya ia tidak sempat mencuci karena kesibukan kuliah.

"Ab, kok nyuci malam-malam?" sapa saya saat berjalan melewati koridor yang berbatasan dengan ruang cuci tersebut.

"Iya nih, daleman habis." Ia menoleh sambil nyengir. Ia berjongkok di depan papan penggilasan dan ember berisi rendaman cucian yang aromanya dapat tercium sampai taman di tengah kos. Wueekk.

"Oh, itu cucian kamu, Ab? Berapa hari direndemnya tuh?"

"Hehe. Baru seminggu.." kembali ia nyengir memamerkan barisan giginya yang berkilau disinari rembulan. Haiyah…

"Memang kelihatan remang-remang gini?"

"Yah, lumayan lah, daripada besok nggak pake si-di"

Saya meraih batang rokok terakhir dari saku lalu menyulut dan menghisapnya untuk mengatasi aroma memabukkan itu seraya duduk di dinding pendek yang membatasi ruang cucian itu. "Yang lain pada kemana, Ab? Kok sepi?"

"Ngga tahu, Yos. Lagi pada makan di Babarsari kali," jawabnya.

Sebentar kemudian saya dan Ab terlibat obrolan ringan sembari ia tetap menyikat dan mengucek pakaiannya dalam posisi membelakangi saya. Tidak berapa lama rokok yang saya hisap telah habis kemudian saya meninggalkan si Ab untuk mengambil rokok di kamar. Bikin kopi sekalian ah, pikir saya saat di kamar. Akhirnya, saya memanaskan air di heater berbentuk teko plastik andalan anak kos dan menyeduh segelas kopi.

Saat kembali ke ruang cuci itu lagi sekitar sepuluh menit kemudian sambil membawa kopi yang saya buat, di tengah taman saya mendapati si Ab tergopoh-gopoh menyongsong saya dengan tangan dan wajah belepotan busa sabun. Celana pendek jins yang menutupi tubuh bagian bawahnya basah kuyup.

"Kamu ngapain, Ab?" tanya saya heran.

"Yos, sialan kamu ninggalin," umpatnya dengan wajah pucat.

"Lha, kan tadi aku bilang mau ngambil rokok."

"Ah, ngga. Kamu ngga bilang gitu!"

"Bilang kok, kamu aja ngga denger. Memang kenapa sih?" tanya saya keheranan.

"Aku dari tadi nyuci sambil ngobrol sama kamu kan. Tapi aku heran kok lama-lama kamu njawabnya cuma bilang Iya atau Hmm-hmm gitu," jawabnya.

"Oh ya?"

"Nah, barusan aku kesel kan sama jawabanmu. Aku noleh ke belakang…" jelasnya terputus.

Saya merinding mendengar ceritanya. "Heh..terus..?"

Si Ab cepat menggandeng lengan saya dan berjalan ke depan kamar saya. "Ternyata, bukan kamu..tapi bayangan hitam besar berdiri di deket tembok yang kamu duduk itu. Aku jadi nyusruk ketakutan ke cucian. Terus lari kesini…"

"Ojo guyon ah, Ab," tegur saya merinding.

"Tenan iki. Masa aku mau basah-basahan gini bercandain kamu..," jawabnya ngotot.

Lalu…

"Byuuurr..!"

Terdengar suara air dituang atau lebih tepatnya dibalikkan dari embernya.

"Setaaaaannn…..!" Kami berdua lari tunggang langgang.

Dan esok harinya, dengan terpaksa saya pinjami si Ab si-di saya.

Hiks….

Siguiente capítulo