webnovel

14. Tertidur

Nick dan Milly berjalan menuju ke tempat parkiran.

"Aduh aku kenyang sekali. Aku tidak pernah makan sebanyak ini." Milly mengusap-usap perutnya dengan wajah kelelahan.

Nick terkekeh sambil menyerahkan helm dan Milly langsung memakainya. "Lain kali aku yang akan memasak untukmu."

Nick langsung memutar otaknya. Ia harus memasak apa untuk Milly. Seperti yang tadi wanita itu katakan bahwa ia tidak menyukai nasi. Lantas Nick harus menyediakan apa? Sepertinya wanita itu suka sekali makanan sehat rendah lemak.

Ia bisa saja membuatkan salad yang enak dan tumis udang yang enak tapi rendah lemak. Sepertinya Milly tidak alergi pada makanan laut. Saat itu mereka makan malam di restoran ayahnya dan Milly baik-baik saja.

"Baiklah, Mr.Chef!" seru Milly membuat Nick kaget.

Nick tersenyum. Ia suka panggilan itu. Ia memang seorang chef dan tepatnya chef yang sedang dilanda asmara. Uh. Ia hampir melihat kupu-kupu yang berterbangan dan cahaya bersinar dari langit menyorot mereka berdua. Lagu-lagu romantis berasal dari biola dan harpa yang dimainkan oleh para malaikat cinta menghibur suasana.

"Ayo," ajak Milly.

Nick segera mengerjapkan matanya dengan cepat, menepis semua pikirannya yang liar. Sejak kapan ia jadi seperti ini? Dulu saat bersama dengan Rissa mungkin ia pernah merasakan hal yang seperti ini, tapi perasaannya selalu saja terhalang oleh status mereka yang tidak dapat diganggu gugat. Sekalipun mereka tidak memiliki hubungan darah sedikitpun, tapi tetap saja. Orang tua Nick dan orang tua Rissa adalah satu.

Ah sebaiknya jangan lagi melibatkan nama Rissa saat sedang bersama dengan Milly. Chef yang dilanda asmara. Nick kembali tersenyum.

Selesai Milly naik, Nick lalu memutar gas. Nick senang karena Milly memeluknya dengan erat. Semoga saja Milly akan selalu memeluknya seperti ini Rasanya hangat dan menenangkan.

Kekasihnya menguap beberapa kali. Milly seperti yang terenyak di punggungnya.

"Sepertinya besok aku akan jogging. Apa kamu mau ikut?" tanya Milly.

"Jogging?"

"Ya. Aku suka berjogging di pagi hari. Apa kamu mau ikut bersamaku?" ulang Milly.

Nick meringis dalam hati. Sebenarnya ia tidak ingin berpisah dengan Milly. Ia bingung bagaimana menjelaskannya pada Milly.

"Aku senang sekali bisa berolahraga denganmu, tapi besok aku harus kembali bekerja."

"Oh. Ya sudah. Lain kali saja," jawab Milly santai.

Nick terkejut karena Milly menanggapinya dengan sangat baik. Ia pikir Milly mungkin akan marah atau kecewa. Entahlah. Bahkan saat ini ia tidak bisa melihat ekspresi Milly. Bisa jadi sikap diamnya saat ini sebagai ungkapan kekesalannya. Atau mungkin tidak.

Saat di lampu merah, Nick mendengar suara dengkuran lembut dari balik bahunya. Milly benar-benar tidur. Pelukannya mulai lepas. Nick segera menyambar tangannya. Ia menarik bagian tangan cardigan Milly sampai melar, lalu mengikatnya di perutnya. Kali ini tangan Milly tidak akan lepas lagi memeluknya. Untung saja cardigan itu panjang bagian tangannya.

Mereka tiba di rumah Milly sekitar setengah jam kemudian. Nick mematikan mesin motornya, menarik standar pinggir dengan kakinya, lalu memiringkan motornya perlahan hingga stabil. Ia membuka helmnya dan helm Milly. Dengan hati-hati ia membuka ikatan tangan cardigan Milly. Cardigan itu jadi kusut dan melar. Lebih baik daripada tidak ada pengaman sama sekali. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Milly sampai jatuh di jalan.

Perlahan ia turun dari motor dengan sebelah tangan menahan bahu Milly. Rasanya agak sulit karena tertahan beban badan Milly yang tertidur di jok belakang. Kaki Nick tersangkut sebelah, tapi kemudian ia berhasil berdiri.

Nick membuka tas Milly, mencari-cari kunci rumah. Ia tahu kalau ini tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi. Milly tertidur pulas sekali. Ia tidak mungkin membawa Milly ke rumahnya. Besok pagi ia harus berangkat ke bandara.

Akhirnya dengan susah payah, Nick berhasil membuka pintu rumah sambil menggendong Milly. Kekasihnya itu berat sekali. Tangannya sampai gemetaran menahan berat badan Milly. Belum lagi kamarnya di atas.

Nick meraba-raba dinding dan menemukan tombol lampu. Milly bergumam sesuatu, tapi matanya masih terpejam. Nick menunggu Milly terbangun, tapi tidak.

Jadi dengan sisa tenaga yang ada, Nick menggendong Milly naik tangga sampai ke kasurnya.

Fiuh! Akhirnya. Tangan Nick pegal-pegal semua, belum lagi pinggangnya, rasanya seperti mau patah.

Ia mencabut sepatu Milly dan kaus kakinya, menyimpannya di rak sepatu. Lalu ia melepas cardigan Milly dengan susah payah karena cardigan itu tertindih tubuh Milly.

Celana jeans sama sekali tidak nyaman dipakai untuk tidur. Tapi ya, ia tidak bisa melepas celana Milly, meskipun ia sangat ingin melakukannya. Ah ya sudahlah.

Nick meregangkan tubuhnya sejenak. Lalu memandang sekeliling kamar Milly. Kamarnya tampak sangat nyaman. Tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Sebuah kamar mandi dengan dinding kaca transparan terletak di sebelah kanan kamar.

Pasti akan sangat mendebarkan jika Milly sedang mandi di kamarnya dan kemudian Nick masuk tanpa ijin. Kejantanannya mulai menegang lagi membayangkan hal-hal jorok. Segera ia menepis itu semua.

Kamarnya agak berantakan sedikit. Beberapa helai baju berserakan di lantai. Nick memungut baju-baju itu, memasukannya ke dalam keranjang. Ada sebuah buah bra hitam berenda yang juga meminta tolong untuk dipindahkan.

Nick mengangkat bra itu, nyaris membayangkan apa yang disangga oleh benda itu sehingga membuat dirinya begitu bergairah.

Oh ya ampun. Ini sudah pukul sembilan malam. Ia harus pulang. Besok ia harus ke bandara. Seandainya ia bisa izin satu hari lagi. Tapi tidak. Hari Minggu adalah hari yang sangat sibuk di hotel. Sebenarnya hari Sabtu juga. Tapi karena ini masih cutinya, jadi mau tak mau, besok ia wajib kembali ke Centaurus.

Nick meletakkan bra hitam itu ke dalam keranjang. Seandainya ia bisa menculik bra itu. Ah tidak perlu bra-nya, pemiliknya saja.

Perlahan Nick mendekati Milly. Kekasihnya itu tertidur lelap sekali. Ia mengusap kepala Milly dengan sayang, lalu mengecup dahinya.

"Goodnight, Honey." Lalu satu kecupan lembut di bibirnya yang halus. "I love you."

Lebih mudah menyatakan cintanya dalam keadaan seperti ini daripada saat Milly sadar.

"I love you too, Nick," bisik Milly. Nick tersentak kaget. Mata Milly masih terpejam. Suara napasnya stabil. Nick tersenyum. Milly pasti sedang bermimpi indah.

Kemudian Nick pulang. Sebelumnya ia ingat untuk membongkar buket bunganya, memasukkan bunga-bunga itu ke dalam gelas tinggi, karena Nick tidak menemukan vas. Lalu mengisinya dengan air dingin dan es batu dari kulkas. Ia meletakkan gelas bunga itu di meja ruang tamu.

Agak beresiko meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan seorang gadis tinggal sendirian di dalamnya. Tapi setidaknya ia menggembok pagar rumahnya. Semoga Tuhan melindungi Milly beserta rumahnya.

Siguiente capítulo