webnovel

15. Mengunjungi Rumah Orang Tua

Cahaya matahari menembus jendela kamar Milly. Ia mengerjap beberapa kali. Milly duduk di kasurnya. Bingung. Ia masih mengenakan bajunya yang kemarin. Ia lupa untuk membersihkan sisa riasan di wajahnya dan tidak gosok gigi tadi malam. Milly berjalan menuju ke toilet. Ia melepaskan seluruh pakaiannya, lalu melemparnya ke keranjang. Ada bra hitamnya yang sempat hendak ia pakai kemarin, tapi tidak jadi karena busanya terlalu tebal. Bagaimana bra-nya bisa ada di sini? Dan... Bagaimana ia bisa berada di kamarnya? Apa yang telah terjadi semalam?

Oh tidak! Milly membekap mulutnya. Ia tertidur di motor Nick.

Sungguh memalukan! Wanita macam apa dirinya sehingga tertidur seperti bayi, sampai tidak ingat bagaimana ia bisa mendarat di kasurnya sendiri. Seseorang pasti menyeretnya hingga ke kamarnya. Tapi sepertinya tidak ada luka di kakinya. Tidak mungkin jika Nick... Oh apa mungkin Nick yang menggendongnya sampai ke kamarnya? Oh ya ampun...

Milly melirik jam di kamar mandinya. Sudah pukul sembilan. Ia tidur begitu lama. Seharusnya ia jogging pagi ini. Sudah terlambat. Matahari sudah semakin panas. Ia tidak akan memanggang dirinya sendiri. Jadi Milly mandi dengan kilat.

Selesai mandi ia membungkus tubuhnya dengan handuk, lalu masuk ke kamarnya untuk mencari baju di lemarinya. Ada sesuatu yang aneh. Baju-baju yang kemarin berserakan di lantai, menghilang. Kamarnya tampak agak sedikit rapih. Ia kembali ke toilet dan mengaduk-aduk keranjang pakaian. Di sanalah baju-bajunya. Nick merapihkan kamarnya? Sungguhkah?

Mendadak perutnya terasa melilit membayangkan wajah Nick. Pria itu telah mencium bibirnya. Nyaris dua kali. Kalau saja Pak Januar tidak masuk ke dalam kamar tiba-tiba, ia mungkin akan menyerang Nick lebih dari yang bisa ia bayangkan. Si naga tak kasatmata telah berhasil membebaskan diri dan memimpin daerah kekuasaan. Milly merapatkan pahanya. Sesuatu menggelenyar di bawah perutnya.

Ia memandangi wajahnya di cermin. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Bintik-bintik coklat di hidungnya semakin terpampang nyata. Milly tersenyum. Ia merasa terlihat sepuluh tahun lebih muda. Matanya berbinar-binar dan wajahnya sedikit bercahaya.

Jika memang Nick menciumnya, apa berarti pria itu mencintainya sama seperti ia mencintai Nick? Lalu mengapa Nick tidak membahas tentang status mereka? Seharusnya ia bertemu lagi dengan Nick hari ini. Ia akan menuntut penjelasan. Sebenarnya ia telah menanyakan tentang hal itu kemarin. Nick tidak sedang bermain-main dengannya. Seharusnya Nick memang serius saat sedang menciumnya.

Milly memekik. Jantungnya berdebar kencang. Belum apa-apa ia sudah sangat merindukan Nicholas. Oh seharusnya pria itu menyatakan cintanya. Milly hanya bisa memimpikan hal itu. Semalam ia bermimpi Nick menciumnya dengan lembut lalu berkata : I love you. Lalu Milly membalasnya : I love you too. Ah tapi itu hanya sekedar mimpi.

Untuk menghapus rasa penasarannya, selesai berpakaian, Milly menghubungi Nick melalui Whatsapp. Apa yang akan dia ketik?

Hai, Tampan! Aku merindukanmu. Ayo kemarilah dan cium aku lagi.

Astaga! Dengan cepat Milly menghapus kalimat itu. Murahan sekali.

Hai, Nick! Apa kabar?

Sudah itu saja? Milly akan menunggu. Mungkin Nick akan membalas pesannya. Lama sekali. Ceklisnya hanya satu. Berarti pesannya belum terkirim. Milly mengetik lagi.

Apa kamu sibuk hari ini? Kamu belum mengirimkan nomor telepon temanmu yang pemain band jazz itu. Bagaimana kalau kamu menemaniku ke sana?

Masih juga ceklisnya satu. Ya sudah. Selesai berpakaian Milly turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Ia membuat telur orak-arik, brokoli rebus dan kentang rebus yang ditaburi keju parut. Setelah siap, Milly membawa piringnya ke ruang tamu. Ia akan sarapan sambil menonton TV.

Milly terkejut dengan apa yang ditemukannya di meja ruang tamu. Gelas tinggi yang biasa ia pakai untuk membuat jus tiba-tiba berisi bunga-bunga yang kemarin Nick berikan padanya. Milly mengangkat gelas itu lalu menghirup aroma bunganya dalam-dalam. Masih harum. Ia mengambil vas bunga milik ibunya dari lemari, lalu memindahkan bunga-bunga itu. Gelasnya ia simpan di wastafel.

Benarkah Nick yang melakukan semua ini? Pria itu sungguh telah meluluhkan hatinya dan menggoyahkan lututnya. Sungguh pria yang rajin dan penuh perhatian. Tidak salah jika ia masih terus menyimpan seluruh perasaan cintanya sampai sekarang. Ia harus menelepon Nick.

Milly menekan layar di ponsel, lalu menekan ponselnya ke kupingnya. Tidak ada suara. Milly mengecek. Teleponnya tidak tersambung. Ia mengulanginya lagi. Tertera tulisan calling. Tapi kemudian terputus. Jadi ia menelepon Nick menggunakan pulsa. Terdengar suara komputer yang menjawab. Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.

Sial! Apa Nick menghindarinya? Lalu setelah apa yang telah ia lakukan kemarin padanya? Semua perhatian yang ia berikan padanya? Bunga-bunga itu?

Tenang. Milly menarik napas dalam-dalam. Saat ini ia butuh sarapan. Jika seseorang sedang lapar biasanya agak sulit untuk berpikir jernih. Milly menyendok kentangnya, memasukkannya ke dalam mulut. Rasanya lumayan. Tidak sehebat nasi goreng kambing tadi malam. Selera makan Nick memang luar biasa. Tentu saja. Nick seorang koki. Lama-lama ia bisa jadi gendut jika makan terus dengan Nicholas.

TV-nya tidak jadi ditonton. Milly malah sibuk mengirim pesan pada Darius mengenai pembatalan pesanan resepsi di Grand Kawaluyaan. Ia juga mengirim pesan pada Yani tentang perubahan pesanan buket bunga. Lalu Helen. Karena sebenarnya dari awal Helen yang mengurus pernikahan Darius dan Evina. Tapi karena ia terlalu sibuk mengurus pameran, jadi Milly yang turun tangan. Marshal meneleponnya tiga kali pagi ini. Lalu ada belasan pesan dari Melanie dan Monty. Milly membalasnya satu per satu. Mereka pasti merindukannya. Begitu pula dengan Milly.

Selesai sarapan, Milly bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tuanya. Saat hendak membuka pintu rumahnya, oow ada yang ia lupakan. Rumahnya tidak dikunci. Padahal kunci rumahnya aman berada di tasnya. Apa mungkin ia masuk sendiri ke dalam rumahnya dalam keadaan tidur. Sleep walking? Tapi tidak ingat untuk mengunci rumahnya sendiri.

No no no. Ini pasti Nick. Jika Nick mengunci rumahnya dari luar, maka Nick tidak akan sulit untuk mengembalikan kuncinya.

Kacau sekali. Ia berjanji tidak akan bergadang lagi dengan Ika.

Rasanya agak aneh saat memasuki mobil ayahnya. Seharian kemarin Milly dibonceng Nick dengan motor sport-nya yang gagah dan keren. Sama seperti pemiliknya yang tampan dan mempesona.

Setibanya di rumah orang tuanya, Milly disambut keponakan-keponakannya. Ririn yang paling besar, lalu Chloe dan Jolly, si kembar yang masih berumur lima tahun. Mereka semua berlari lalu menubruk Milly hingga ia nyaris terjengkang.

"Onty! Onty!" seru ketiganya.

"We miss you so much!" seru Jolly. "Do you wanna play with us?"

"Oh I miss you too, Jolly, Chloe. What do you want to play?"

Chloe menarik Milly menuju ke kamar dan menunjukkan mainan barunya, boneka LOL Surprise lengkap dengan rumah-rumahannya, hadiah dari Grandma.

Siguiente capítulo