webnovel

7. Investasi

Duduk di atas karpet bulu yang lembut, sebuah meja kecil yang datar melayang-layang seimbang di sekitar sang remaja. Sosok itu memasang ekspresi serius, dengan sepasang iris emas yang menyipit. Meja mekanik secara otomatis akan menyesuaikan ketinggian menjadi yang ternyaman untuk digunakan, membuat Leo merasa sangat terbantu.

Remaja An harus menghadapi masalah krusial yang penting.

Perangkat keras Micro perlu diganti. Bagaimanapun, kecanggihan zaman ini sesuai dengan perangkat lunak Micro. Sayang, kecepatan pemrosesan data milik Micro tidak mendukung. Karenanya, begitu sampai di hotel dan memasuki kamar, penyihir kecil ini tidak ragu membuka pengaturan penguasa Planet.

Tanpa ragu ia mengunduh beberapa tutorial sederhana, mempelajari dan menontonnya satu persatu. Sayangnya, Leo bukan seorang ahli teknologi, perlu waktu agak lama untuk Leo mempelajarinya. Lalu setelah membaca beberapa hal, Leo harus menelan kekecewaan.

Teknologi di zaman ini sangat canggih, tetapi sayang, perpaduan dengan rune … oh, Asisten yang mereka buat, perpaduan dengan rune hanya digunakan sebagai pengirim data. Secara kasar, Id hanya bisa dibuat sekali seumur hidup, dengan menggunakan DNA. Pembacaan DNA dapat diperoleh dengan cepat karena … penggunaan Rune. Jadi, gelang komunikator yang terpasang rune, berfungsi untuk membedakan kepemilikan gelang. Bila yang menggunakan bukan pemilik gelang, gelang akan otomatis merubah akun ID menyesuaikan menjadi pemilik gelang yang baru.

Canggih memang dan cukup aman bila seseorang kehilangan gelang komunikator. Namun di sisi lain, menggunakan rune hanya sebagai pendeteksi DNA dan fungsi tambahan seperti Kantung Ruang, terasa agak—oh, tidak. ini sangat boros!

Ketimbang mereka, Micro jauh lebih canggih! Bila bukan karena kapasitas memory dan RAMnya terbatas, Leo tidak akan dengan gila tidak tidur beberapa hari menonton tutorial! Leo kecewa, sangat. Beruntung Cosmos cukup menghibur. Memijat punggungnya dan tidak ragu menyuapinya beberapa buah dan makanan manis yang enak.

Setelah move on dari kekecewaan, Penyihir perak mulai bergerak lagi. Micro sudah keluar dari masa 'pendinginan' jadi sosok itu mulai lincah kembali. Terbang bak lalat dan bekerja selayaknya semut. Mengumpulkan beberapa informasi dasar perihal Teknologi di zaman ini, sosok lebah itu membantu Tuannya pulih dari keterpurukan.

Karena itulah setelahnya, selama beberapa hari, Leo seperti ini. Duduk di atas karpet dengan meja-meja besi melayang di sekitarnya. Remaja cantik itu terlihat fokus, sesekali ia akan berbicara, membuat beberapa perintah yang akan langsung dipatuhi oleh Micro—si pengendali meja.

Leo memutuskan untuk membuat sendiri kapasitas memory dan ram yang lebih besar untuk Micro, mengganti perangkat keras robot ini menjadi yang lebih baik. Namun perlu penyesuaian. Bagaimanapun, proyek dasar pembuatan Micro bukan murni ia kerjakan sendiri. Ada beberapa ahli di sekitarnya, membantu si penyihir untuk membangun Micro dan menciptakan sistem Asisten. Karenanya, membuat perangkat baru untuk Micro … tidak mudah sama sekali.

"Baby, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kita."

Perhatian Leo teralihkan. Baik Micro ataupun sang remaja, sama-sama menatap sosok jangkung yang baru saja memasuki ruang tamu. Pria berhelai perak mengenakan kaos cokelat dengan celana krem tanpa alas kaki. Tubuh jangkungnya dibalut otot yang pas, tidak berlebihan atau kurang sama sekali.

"Siapa?" tepat ketika Leo bertanya, sebuah layar transparan muncul di hadapannya. Memperlihatkan profile seorang pria ras goblin yang pendek, berkulit kehijauan dengan telinga besar runcing.

Sebelum Leo bertanya 'Siapa ini?', suara Micro mendadak membahana.

"Tuan! Kita sudah di sini selama 27 hari! Berarti sudah memakan 1.350 koin emas!" Micro terbang mengelilingi Leo seraya memperingatkan tuannya.

Leo membeku, sebelum akhrinya sepasang kelereng emas melotot tidak percaya.

Seribu! LEBIH DARI SERIBU KOIN EMAS!

Remaja An sesak napas. Mendadak, ia merasa terkena serangan jantung. Jiwa tuanya tidak tahan mendengar angka yang mengiris daging. Oh, demi apapun itu, bagaimana bisa ia begitu ceroboh?! Pantas saja pemilik hotel mencarinya! Leo ingat bahwa ia mentransfer sejumlah besar uang ke akun Cosmos, bagaimanapun, untuk berjaga-jaga. Namun mendadak setengah dari uang Cosmos sudah menghilang—sebagai orang yang mengisinya, Leo benar-benar merasa sakit hati.

Sakit tak berdarah, sungguh, ini sangat perih.

"Dimana orang itu?" wajah Leo memerah—marah bukan main mendapati uangnya raib dalam jumlah besar. Memang, jangankan 1000 koin, bahkan 1 juta koin emas tidak akan membuatnya miskin. Namun jiwa pelitnya menjerit. Mendengar 100 koin emas cukup membuatnya sakit, apa lagi labih dari 1000!

Meski Leo tahu uang itu akan kembali ke tangannya dalam bentuk bayaran pajak, tetap saja ...

"Ada di luar," tahu bahwa Babynya marah, Cosmos mendekat dan meraih si kecil. dengan terampil, ia menggendong remaja perak itu. "Baby ingin Papa membunuhnya?" tanyanya tenang—seolah sedang membahas tentang menepuk nyamuk yang terbang mengganggu.

Ingin. Namun mengingat ini adalah zaman yang damai dan tidak bisa seenaknya main bunuh, si kecil menggelengkan kepala. "Kita tidak bisa membunuh seenaknya—Papa, ayo keluar," ujarnya kalem—menyembunyikan emosi bergejolak yang siap menyemburkan api ke wajah pemilik hotel.

Ketika sepasang platinum berjalan menuju pintu, Leo menyadari bahwa Cosmos tidak mempersilahkan pemilik hotel masuk ke kamar mereka. Hal ini membuat sang remaja tertawa di dalam hati. Dibiarkan menunggu di luar tanpa dipersilahkan masuk sama sekali di hotelnya sendiri, Leo sedikit terhibur dengan apa yang dilakukan Papa Naganya.

"Ah! Tuan An dan … Tuan Muda An."

Tepat ketika keduanya membuka pintu, sosok yang hanya setinggi pinggang Cosmos menyambut. Pria kerdil dengan setelan jas formal itu menyeringai, memamerkan sederet gigi tajam yang menyeramkan seraya menyambut dengan nada ramah.

Leo kecewa. Wajah yang ada di depan pintu bukanlah Eco Dun—pemilih hotel—tetapi orang lain. Namun, melihat bahwa orang ini juga merupakan ras goblin, Leo tahu posisinya pasti tidak rendah.

"Halo Tuan Muda An, senang bertemu denganmu. Perkenalkan, saya adalah Eco Fin, Manager Hotel Arum," ucap Fin ramah—memperkenalkan dirinya dengan sopan. "Tuan Muda An, apakah nyaman di sini? Bagaimana dengan cemilan yang biasa kami berikan? Apakah Anda merasa puas?"

Mengingat beberapa cemilan manis dan enak yang setiap hari disuapkan Cosmos … yah, sekarang Leo tahu dari mana sumbernya.

"Enak," Loe mengangguk—tanpa ragu memuji cemilan yang rasanya enak. "Aku suka cake dan beberapa buah yang diberikan—mereka semua enak," tetapi sayang, harganya pasti tidak murah. Sang remaja menghela napas di dalam hati.

Fin tersenyum lebih lebar begitu mendengarnya. "Baguslah! Kebetulan, kami memiliki beberapa dessert yang jauh lebih lezat—bagaimana bila Tuan Muda An ikut dengan kami menuju restoran? Di sana, Anda bebas memilihnya."

Dalam sepersekian detik, Leo tahu tujuan pria ini. Jelas, ia mengundang Cosmos, tetapi Cosmos sepertinya menjawab … tergantung padanya? Apakah ia mau atau tidak pergi ke restoran?

"Oke," Leo mengangguk setuju, membuat Fin menghela napas lega. Sosok itu menatap ke arah Cosmos, ekspresi pria perak itu masih sama. Datar dan dingin, seolah tidak peduli dengan apa pun di sekitarnya. "Baiklah, Tuan, silahkan ikuti saya."

Restoran yang dituju tidak terlalu jauh dari kamar VIP. Mereka berjalan di lorong yang panjang, berbelok dan menaiki tangga. Ketika sampai di sebuah balkon yang agak ramai dengan meja-meja yang hampir semuanya terisi, fokus sepasang kelereng emas adalah sebuah meja panjang di mana terdapat banyak dessert berjajar rapi di atasnya.

Aroma manis dan segar tercium, membuat Leo mendadak ingin menerkam ke arah meja.

Menyadari fokus babynya adalah makanan di atas meja, Cosmos tanpa ragu melangkah menuju meja dan tidak mengikuti Fin kembali. Hal itu membuat sang Goblin tercenga, sebelum akhirnya dengan panik menyusul sepasang perak yang gila akan cemilan.

"Ambil piring," perintah Fin ketika melihat pelayan di dekatnya. Sosok itu dengan hormat segera mengambil piring dan sendok. Leo tidak perlu repot-repot turun, ia hanya menunjuk apapun yang menurutnya terlihat lezat dan pelayan akan langsung mengambilkan.

"Oh, Tuan Muda An sangat suka makanan manis?" Fin terkekeh, menatap wajah sang remaja yang begitu berseri-seri. Tidak ada senyuman, tetapi sepasang kelereng emas berkilau penuh antusias.

"Ya," Leo mengangguk—tidak menyangkal sama sekali.

"Tetapi … apakah itu tidak terlalu banyak?"

"Aku sedang masa pertumbuhan, jadi nafsu makanku agak besar," Leo tidak mau mengaku bahwa ia rakus. Dua piring besar terisi penuh. Entah bagaimana cara menghabiskannya, akan ada Cosmos yang selalu bisa menghabiskan bila sang remaja sudah merasa kenyang.

Puas memilih, akhirnya Cosmos kembali berjalan mengikuti Fin. Ketika melewati beberapa meja, Leo menyadari bahwa hanya pakaiannya dan pakaian Cosmos yang berbeda. Semua tamu yang masuk ke dalam restoran, mengenakan gaun pesta dan setelan formal. Balkon luas ini memiliki suasana yang cenderung glamor, dengan suara piano dan harpa menyatu. Ruangan out door dengan cahaya mutiara malam yang berpendar redup memberikan suasana romantis dan ketenangan yang mahal.

Leo berkedip. Ia jadi teringat dengan sebuah restoran yang melarang mereka masuk hanya karena masalah pakaian. Namun, lamunan sang remaja buyar begitu saja begitu mereka sampai di sebuah meja yang agak tersudut.

Meja itu berada tepat di samping balkon, memiliki pemandangan kota Ruby di malam hari yang penuh dengan lampu-lampu hidup. Gemerlap di antara malam terlihat berkilau, cantik dan menyenangkan mata. Namun, fokus sepasang netra emas adalah sosok yang telah menempati meja persegi itu.

Goblin hijau, dengan rambut perak di sisir klimis bangkit berdiri. Seringai merekah, diiringi dengan suara yang sangat ramah. "Halo selamat malam, Tuan An, Tuan Muda An, saya Eco Dun, CEO Hotel Arum."

Cosmos tidak membalas. Ia menarik kursi dan duduk, lalu menempatkan Leo di kursi di sebelahnya. Tindakannya sangat terampil, mengabaikan Eco Dun yang dengan kikuk menatap sosok pria jangkung itu.

"Halo Tuan Dun, namaku An Leo dan ini keluargaku, An Cosmos," Leo tidak tega melihat goblin yang terabaikan. Jadi, ia langsung mengambil alih percakapan. "Kau tidak marah kan aku mengambil banyak dessert?"

Dun berkedip, lalu tertawa mendengarnya. "Tentu saja tidak apa-apa!" ujarnya ramah. "Tuan Muda An bisa mengambil sebanyak yang dimau."

"Benarkah?"

Dun mengangguk serius. "Tentu saja."

"Terima kasih," Leo terkekeh. "Aku sangat suka dessert hotelmu, rasanya pas dan sesuai dengan seleraku."

Fin tertawa mendengarnya—jelas senang dengan pujian remaja perak ini. "Tentu, dessert kami adalah yang terbaik. Kami tidak menjualnya ke luar—hanya para tamu VIP yang bisa memakannya dengan bebas."

Membicarakan perihal dessert, kedua pelayan dengan terampil menurunkan dua piring penuh dessert ke atas meja. Beberapa kue dan buah tertata dengan cantik, hadir di hadapan Leo. Dalam seketika, fokus remaja itu digantikan oleh makanan menggoda di depannya.

"Berarti, kami beruntung karena memilih menginap di hotel ini," Leo menimpali, menarik sebuah piring berisi buah-buahan dan mulai memakannya dengan senang. Melihat bahwa sang remaja tanpa malu mulai makan, perhatian Dun kini teralihkan memandang Cosmos.

"Tuan An, apakah Anda sudah makan malam?" tanyanya sopan.

"Sudah," Cosmos mengangguk. Ia menatap remaja yang makan dengan lahap, lalu menoleh memandang kedua goblin yang duduk berseberangan dengannya. "Ada apa memanggilku kemari?" tanyanya to the point.

"Tidak ada hal yang begitu mendesak," Dun terkekeh. "Tetapi untuk menghemat waktu Anda, saya akan langsung menjelaskannya," ujarnya seraya menyeringai lebar hingga memamerkan sederet gigi bergerigi.

"Di sini, kami ingin mengucapkan terima kasih karena sudah memilih untuk menginap Hotel Arum, sebagai tanda terima kasih kami, kami akan memberikan diskon 50%."

Leo yang asik makan dessert, mendadak terdiam. Ia mengangkat kepala, menatap ke pemilik hotel. "Dengan kata lain, dari hari pertama kami menginap sampai sekarang, total keseluruhan hanya membayar 50%?"

Manager hotel mengangguk. "Benar sekali."

"Namun, kami meminta kedatangan Anda untuk makan malam bukan hanya untuk memberikan diskon dan mengucapkan terima kasih," senyuman Dun melebar—terlihat mengerikan dengan sederet gigi yang runcing. "Kami juga ingin menawarkan investasi ke restoran kecil kami."

Mengatakan bahwa Hotel Arum adalah restoran kecil, benar-benar keterlaluan.

Leo cemberut, lalu memilih untuk fokus makan dessert. Perhatian Dun dan Fin adalah Cosmos—sebagai calon investor. Kedua goblin mulai menjelaskan proyek mereka yang membahas perihal rencana untuk membuat restoran di Negara Ion.

Begitu menyebutkan Negara Ion, Leo langsung mengerti.

Leo memasukkan ID Cosmos. Mau bagaimanapun, meski tertulis di sana bahwa Cosmos terlahir tanpa kewarganegaraan—dalam artian terlahir di planet bebas, rasnya masih tertulis bahwa ia adalah ras Naga. Mau bagaimanapun, di Negara Ion, Ras Naga adalah ras bangsawan dan pasti … akan lebih dihormati.

Bukan hanya perihal uang, mereka jelas menginginkan 'pengaruh' bangsawan untuk kesuksesan restoran. Nada yang diberikan sangat kuat, terlihat meyakinkan dengan sedikit kerendahan hati. Sayangnya, kedua goblin berbicara dengan Cosmos yang sangat tajam dalam hal menilai. Naga perak ini tidak mungkin salah dalam hal mengambil keputusan untuk berinvestasi. 7 tahun melakukan investasi bahkan tanpa harus bertemu muka, semua yang dilakukan si perak terbukti terjamin dan menguntungkan.

Leo menurunkan sendok dan garpunya. Hal ini refleks membuat Cosmos menoleh, menunduk dan langsung membersihkan mulut sang remaja dengan tisue terdekat. Gerakannya lembut, dalam seketika menghilangkan ekspresi dingin dan aura menekan yang membuat kedua Goblin berkeringat dingin.

"Baby kenyang?"

Papa, tidakkah kau melihat aku berhasil menghabiskan lebih dari sepiring penuh dessert? Leo ingin melontarkan kalimat itu dengan nada sarkas. Sungguh, ia menghabiskan manisan sampai perutnya kekenyangan! Sebagai seorang Ayah, Cosmos benar-benar nilai Ayah yang jelek. Bagaimana mungkin seorang Ayah sungguhan membiarkan anaknya kebablasan makan cemilan tanpa makan malam?

"Mau kembali ke kamar?"

Leo tanpa ragu mengangguk. Bagaimanapun, ia masih memiliki banyak tugas yang belum terselesaikan.

"Tuan An," melihat Cosmos bangkit dan menggendong remaja mungil itu kembali, kedua goblin langsung berdiri, terlihat panik memandang sepasang An yang begitu saja ingin meninggalkan meja. "Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda tertarik?"

Sepasang netra emas melirik, lalu mengerutkan alis. "Akan saya pikirkan lagi."

Dun menghela napas lega mendengarnya. Setidaknya, tidak langsung menolak. Mereka masih memiliki kesempatan. "Boleh kami memberikan kontak kami, Tuan An? Setidaknya bila Anda memerlukan beberapa file atau informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi kami."

Cosmos mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, selamat malam Tuan An, Tuan Muda An."

Dun dan Fin sama-sama mengantar sepasang An melangkah hingga keluar dari restoran. Perlakuan keduanya sangat istimewa, membuat banyak pasang mata pengunjung memandang dengan penasaran.

Namun, ketika sampai ke kamar, Leo tidak bisa menahan seringai senang.

"Tuan! Kita hanya perlu membayar 675 koin emas!" Micro tidak henti berputar—menyuarakan suasana baik yang dirasakan Tuannya. Lebah hitam-emas berdengung bak nyamuk, terbang berputar mengelilingi Leo dan Cosmos.

"Hey! Naga! Ternyata kau benar-benar pintar—gayamu sangat keren!" lebah robot tidak ragu memuji, berhenti di sekitar Cosmos lalu terbang di depan wajah tampan itu. "Aku tahu, selama lebih dari seminggu, pasti kau dengan sengaja mengabaikan mereka kan?"

"Mengabaikan siapa?" Leo menoleh, menatap Micro yang mulai bercerewet ria dengan Papa Naganya.

"Tuan, goblin-goblin itu sudah sering bertatap muka dengan Naga ini! Tetapi si pucat ini selalu menolak mereka—baru beberapa hari ini, dia menerima mereka karena mereka sering memberikan cemilan-cemilan lezat untuk Tuan!"

Leo tercenga. Ia pikir, itu adalah permintaan pertama mereka. Terlebih Dun dan Fin memperkenalkan diri mereka … oh, ternyata perkenalan itu untuk dirinya dan bukan Cosmos? Mereka sudah lama mencoba mendekati Naga ini tetapi selalu diabaikan?

"Lalu kenapa mendadak Papa setuju untuk mendengar mereka?"

"Mereka bilang, banyak cemilan lezat di restoran," pria itu tersenyum, mengulurkan tangan seraya mengusap helai putranya. "Mereka berjanji akan memberikan meja dengan view terbaik, selama masa itu, Papa hanya perlu duduk dan mendengarkan apa yang mereka ingin katakan. Jadi, Papa setuju."

Entah bagaimana, ada perasaan hangat yang mendadak menyelimuti hatinya. Sangat nyaman, membuat Leo tidak bisa menahan senyumannya.

"Ngomong-ngomong, apakah Baby tahu bahwa mereka juga pemilik Restoran Royal?"

Senyuman Leo membeku. "Restoran yang mengusir kita?"

Cosmos mengangguk kalem.

Jadi …

Sebenarnya …

PAPANYA SEDANG BALAS DENDAM?!

"Kalau begitu … Papa setuju untuk berinvestasi?"

"Papa belum pernah berinvestasi untuk restoran mereka."

Sudah kuduga …

Mendengarnya langsung membuat Leo menghela napas. Karena belum berinvestasi dengan Restoran Royal, jadi sang Naga tidak bisa mencabut Investasi dan membuat restoran itu bangkrut? Namun sekarang … Naga Perak ini jelas memiliki kesempatan.

"Kalau begitu, biarkan aku yang mengambil keputusan?"

Cosmos, tanpa ragu, mengangguk. Mendengar jawaban yang sudah bisa ditebak, membuat Leo terkekeh. Ia menggelengkan kepala, lalu kembali menuju meja dimana tugasnya belum selesai sama sekali.

"Oke, kalau begitu, Micro."

Robot lebah langsung terbang mendekat. "Ya, Tuan?"

"Cari beberapa aturan dan perhitungan yang berhubungan dengan izin usaha dan investasi di negara Ion."

"Baik!"

"Lalu mulai perhitungan dan buat kalkulasi keuntungan dan kerugian yang didapat sesuai dengan rencana pembangunan restoran baru di Negara Ion."

Nada suara Micro mendadak lesu. "Uh … bukankah akan lebih baik Tuan Mempelajarinya secara langsung?"

Leo melirik. "Tidak mau?"

"E-eh?! Ma—mau Tuan! Oh, maksudku—siap Tuan!"

Bingung, sepasang netra emas menatap remaja cantik yang terlihat sombong. "Baby ingin berinvestasi di Negara Ion?"

"Tidak," Penyihir Perak menjawab kalem. "Tetapi Investasi berbeda Negara pasti akan cenderung sulit."

Senyuman mengembang di wajah tampan itu. Tapa ragu, tangan besar terulur, mengusap kepala berhelai kelabu dengan lembut. "Tidak perlu, Baby, Papa sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan di Negara Ion. Jadi, untuk beberapa hal, Papa sudah mengerti."

"Eh?" Leo kaku, menoleh ke arah sang Naga dengan tidak percaya. "Benarkah?"

"Ya," Cosmos mengangguk. "Jadi, Baby tidak perlu repot-repot. Nah, sekarang, Baby cukup fokus dengan hal-hal yang ingin Baby lakukan. Bila ada yang perlu Papa bantu, katakan saja."

Leo terdiam selama beberapa detik. Entah bagaimana … Naga otaku ini terlihat lebih luar biasa dari pada yang ia duga? Sejak kapan Papa konyolnya bisa terlihat sehebat ini? Benar-benar bisa … diandalkan?

"Bagaimana bila Papa membantuku mencari seorang … jenius?" Leo bertanya ragu-ragu. Ia sudah mencoba dan menghabiskan banyak koin emas dengan percuma. Mempelajari teknologi baru bukanlah hal yang mudah. Kali ini, ia akan menyesuaikan ukuran ram dan memory di dalam Micro. Mengubah beberapa hal dengan menggunakan rune baru.

Oh, membuat rune baru bukan perihal yang mudah. Setiap gores, lekukan dan bahkan bahan yang menjadi media dan tinta penggambar akan cenderung berpengaruh. Namun setidaknya, ia jauh lebih ahli untuk membuat logika dan perkiraan pembentukan rune baru ketimbang harus mengira-ngira beberapa arus dan satuan data perangkat keras.

Sungguh, ketimbang membuat alat, Leo lebih suka menggunakan rune.

Karena itulah ia tidak berhasil hingga sekarang. Masalah utamanya adalah … hanya ada satu Micro di seluruh galaksi. Bila sampai robot kecilnya ini rusak parah karena kesalahannya, tidak akan mungkin bisa ada Micro kedua!

"Tuan, aku bica membantu mencarikannya!" Micro tidak mau kalah, tentu saja ia tahu apa yang ingin dicari Tuannya!

"Yah, kau bisa memberikan daftar orang-orang pintar itu ke Papa," Leo langsung setuju. "Pilih saja yang berada di Planet Ruby atau Planet di dekat sini, seleksi dengan baik. Bila sudah menemukan yang cocok, berikan daftar itu ke Papa, biarkan Papa yang merekrutnya. Bagaimana?"

"Sebenarnya, Academy Ruby juga memiliki pendidikan Teknologi," Cosmos memberitahu, menatap putranya yang cantik dan imut. "Bila Baby mau bermain di sana sekaligus belajar, kita bisa mendafar."

Sepasang iris emas menyipit. "Sebenarnya, Papa ingin pergi ke luar dan mencari beberapa author dan teman-teman Papa di Planet Ruby, bukan? Dan salah satu yang Papa sukai berada di Academy Ruby."

Eskpresi pemuda tampan itu berubah serius. "Tidak."

Bohong. Leo tahu persis bagaimana bila Papanya berbohong. Academy Ruby sangat ketat. Selain dari wali Penyihir, Guardian hanya bisa memasuki area tertentu saja. Apa lagi Zero dan Kesatria yang tidak memiliki hubungan apapun! Mereka tidak mungkin diizinkan memasuki Academy lebih dalam.

"Nirwana, Penulis novel dan komik Jatuh Cinta Dengan Naga Terkuat adalah murid di Academy Ruby, Tuan!" tanpa ragu, Micro membongkar rahasia pribadi Cosmos--sukses membuat ekspresi sang Naga berubah. "Beberapa hari lalu, Naga Bodoh ini menyogokku untuk mencari informasi Nirwana! Hmph! Yang dia tahu, Author itu bersekolah di Academy Ruby!"

Cosmos melirik dingin ke arah Micro. Tanpa ragu menggunakan kekuatannya untuk mengurung robot lebah langsung masuk ke dalam Kantung Ruang pribadinya. Lalu, setelah puas memenjarakan Robot kesayangan putranya, ekspresi dingin penuh dendam berubah menjadi selembut dan sehangat musim semi.

"Baby, Baby mau membantu Papa, bukan?" nada lembut penuh hiburan mengalun. Tanpa ragu Naga perak mengangkat si kecil dan menggendongnya. "Bantu Papa mencarinya, Okay?"

Leo menyipitkan mata. Nadanya berubah ketus. "Untuk apa mencarinya?"

"Karena karyanya sangat bagus," Cosmos tanpa ragu menjawab. Sepasang netra emas itu berkilau penuh antusias dengan eskpresi serius seolah membicarakan bisnis. "Baby harus membacanya. Baik tulisan atau bahkan gambarnya, plotnya juga sangat keren. Baby pasti akan menyukainya."

Leo tidak peduli. Ia tahu seberapa kecanduannya Otaku konyol ini perihal komik dan novel. Namun, kali ini berbeda. Antusiasme Naga Perak untuk bertemu dengan idolanya membuat Leo merasa sangat kesal.

"Lalu, bila sudah bertemu dengannya, Papa ingin menikahinya?"

Cosmos kaku. Nada sarkas yang keluar jelas menandakan bahaya. Namun, berbohong mungkin … akan lebih berbahaya? Ragu-ragu, Naga Perak pada akhirnya memilih untuk berkata … jujur.

"Bukankah Baby menginginkan Ibu?"

TAK!

Leo tidak bisa menahan kemarahannya kembali. Tanpa ragu, dalam satu gerakan, tangan sang Naga dipelintir ke belakang. Membuat tubuh besar terjungkal ke depan dan membungkuk. Sepasang sayap merah mengepak--merobek pakaian indah yang dikenakan sang remaja.

Cosmos tertegu, sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang dingin dan tajam sepertinya … hampir menyentuh perkakas masa depannya. Tepat di selangkangan. Hal ini sukses membuat sang Naga berkeringat dingin.

"Ba-Baby--"

"Bila Papa berani menikah tanpa persetujuanku," sepasang netra emas menyipit penuh ancaman. Pisau dingin super tajam tanpa ragu diarahkan kepada selangkangan yang menonjol milik sang Naga. "Jangan coba-coba berharap bisa memiliki malam pertama yang indah dengan istri barumu."

Cosmos merinding. Tanpa ragu percaya bahwa Babynya benar-benar akan melakukannya. Sungguh … 25 tahun merawat Babynya, bagaimana mungkin Naga Perak ini bisa tidak mengetahui haus darah dari Naga Kecil yang ia rawat sampai besar?! Jadi, tanpa ragu Pria An setuju.

Sepakat bahwa ia tidak akan memiliki Istri sampai Babynya … setuju.

Siguiente capítulo