webnovel

24

Malam ini Citra diajak Irham untuk menemani lelaki itu main futsal bersama sepupu nya. Setelah solat Isya lelaki itu akan menjemputnya nanti di rumah.

"Mau kemana, Dek?" tanya Farhan pada anak perempuan nya itu yang kini sedang menggosok baju kaos di ruang laundrian. Jarang-jarang Citra menggosok baju kalau bukan mau kemana-mana.

Dokter gigi muda itu hanya tercengir malu, "Mau nge-date, Nyak !"

Lelaki setengah abad itu mengerutkan dahinya, "Sama Irham bukan?" tanya nya, Ia akan khawatir berlebihan jika yang jalan dengan anak perempuan nya itu bukan pemuda yang Ia kenal.

"Iya, boleh kan Nyak?" pinta Citra pada ayah angkatnya itu. Farhan menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Ini atm Anyak, pakai aja. Pin nya tanggal lahir Unyak." Kata Farhan setelah menaruh kartu ATM nya papan setrikaan.

"Eh, Nyak," cetus Citra segan, "Uang jajan Citra masih banyak loh."

Farhan menggelengkan kepalanya, "Nggak, pakai aja ATM Unyak. Uang jajan kamu simpen aja." Kata lelaki itu berkeras kepala, "Jangan pulang kemalaman ya, dek !"

"Iya Nyak, makasih !"

Farhan selalu memanjakan Citra dengan uangnya, hal itu yang membuat Citra tidak bisa santai-santai hanya menjadi dokter di klinik Atta. Ia harus punya banyak uang dari hasil kerja kerasnya sendiri dan tidak lagi merepotkan ayah angkatnya itu.

Walau Citra sudah menerima gajinya dari kerja di klinik Atta, uang jajan yang Farhan kirim setiap bulan nya tidak pernah berhenti. Ditambah lagi dari Atta dan Anyak nya, mereka selalu memastikan Citra hidup tanpa kekurangan uang. Sebagai anak angkat yang dibesarkan sepenuh hati oleh keluarga ini, Ia segan dan punya tanggung jawab besar saat menggunakan semua pemberian dari mereka.

Citra harus jadi anak yang sukses, tidak membuat marwah keluarga angkatnya ini jelek dan jadi dokter gigi muda yang berbakat dan berbakti pada masyarakat.

Alasan nya ikut menjadi dokter adalah karena semua anggota keluarga nya saat ini berlatarbelakang kan sekolah kesehatan. Apalagi Unyak memberikan nya bimbel extra saat SMA dulu dengan harapan kalau nanti Ia bisa lulus SBMPTN di jurusan kedokteran.

Entah kebaikan apa yang Citra lakukan dimasa lalu hingga Ia punya dua kali kesempatan mendapatkan orangtua yang begitu baik memperlakukan nya.

[***]

Citra keluar dari rumah saat Irham mengatakan kalau dirinya sudah menunggu di luar rumah, Ia tidak lagi masuk karena sudah telat.

"Lah," kejut Irham saat mendapati Citra keluar tidak menggunakan kerudungnya, pacarnya malam ini tampak santai dengan kaos putih yang longgar, black skinny jeans dan white slip-on nya. "Nggak pake kerudung?"

"Mager ih, malem juga kan?" jawab Citra santai. Yang sebenarnya Citra memang suka lepas-buka kerudung, apalagi kalau sudah kenal lama. Kalau baru-baru kenal ya segan juga lah.

Irham mengacak rambut kekasihnya itu gemas, ini memang bukan pertama kali gadis itu tidak pakai kerudung di depan nya, namun karena terbiasa melihatnya dengan kerudung, sesekali tidak pakai agak bikin kejut gitu. "Kita naik motor loh tapi."

"Yaudah sih nggak papa juga."

Irham menganggukkan kepala nya tanda paham lalu menarik gadisnya itu untuk ke gerbang rumah, Ia memarkir motornya diluar gerbang tadi.

Rencana nya sih mau ngajak Citra untuk menemaninya membeli motor baru di Jakarta setelah mereka kembali dari Bali, berhubung kemarins duah main drama ngilang selama 2 minggu dan kemudian Ia sendiri juga susah mencocokkan waktu senggang dengan sang kekasih, Ia sudah membeli nya sendiri.

"Motor baru, Kak?" tanya Citra pada Irham.

"Iya," sahut Irham singkat sambil membuka bagasi kecil di bawah jok motornya, "Pakai hoodie ya, malam dingin soalnya." Kata Irhma lalu mengambil hoodie warna maroon nya dan memakaikan nya pada sang kekasih.

Ck, Citra sangat cantik dibalut dengan hoodie maroon itu.

"Ini mesti banget apa motornya tinggi banget kayak gini?" keluh Citra pada Irham. Ia sudah lengkap dengan hoodie dan juga helm di kepalanya, sudah siap menjadi penumpang motor Irham malam ini. Melihat motor Irham yang tinggi membuatnya ngeri sendiri. Kalau jatuh gimana? nggak lucu ya njir.

Irham terkekeh mendengar perkataan Citra, "Naik aja sih, dari pada naik motor bit butut yang udah ceper itu, nyeri lutut aku Cit." jelas Irham, "Sini aku bantuin."

Akhirnya Citra naik juga ke atas motor Irham dibantu oleh lelaki itu, "Pegangan !" titah Irham sebelum melajukan motornya.

Tangan Citra langsung memegang kedua sisi baju Irham di bagian pinggang nya, "Yaelah Citra, ini yang bawa motor pacar kamu loh, bukan kang ojek." Kini giliran Irham yang protes, "Peluk dong Yang, dingin nih."

Citra menepuk bahu Irham gemas, "modus dasar." Walau berkata demikian Ia lalu memeluk pacar nya itu dengan nyaman. Punggung lebar Irham akan jadi tempat senderan favoritnya setelah ini.

Tukang bengkel favoritnya <3

[***]

Lapangan futsal yang sudah di sewa oleh Irham dkk sudah di penuhi oleh pemain nya, Citra bisa mengenali beberapa lelaki disana yang pernah Ia temui bersama Irham, sepupu dan adiknya Irham.

Ada juga beberapa orang perempuan disana, tampaknya mereka juga menemani pasangan nya yang mungkin salah satu dari pemain itu.

"Hai !" sapa seorang wanita dengan sumringah saat melihat Citra mendekat, itulah adalah Widya, tunangan Arkan. Citra melebarkan senyum nya saat melihat tunangan Arkan itu.

"Halo mbak, lama banget nggak jumpa." Mereka bercupika-cupiki sejenak lalu beralih duduk di kursi yang kosong tepat di luar futsal itu. Ada Syifa, adik Arkan, juga disana.

"Lo udah jadian ya sama Mas Irham?" tanya Widya sambil menyenggolkan lengan Citra genit. "Segala diajak nemenin futsal."

Citra tersenyum malu lalu menganggukkan kepala, "Iiiih suka deh kalau Mas Irham sama kakak !" celetuk Syifa kemudian.

"Kakak apaan, kita sebaya kali Syifa." Seloroh Syifa.

Gadis rambut sebahu itu terkikik geli, "Kan pasangan nya Mas Irham, kakak dong." Godanya mengedipkan matanya sebelah.

"Tenang lo ya, InsyaAllah abis gue resepsi nanti sama Arkan nanti, Mas Irham masuk meminang." Kata Widya pada Citra.

"Apaan !" larang Syifa, "Gue dulu lah, mereka baru pacaran kemarin, gue dulu sama Zendra minang." Sewot Syifa.

Selama ini Syifa dan Zendra sebenarnya punya hubungan khusus. Namun karena hubungan mereka backstreet dan tak tercium oleh saudaranya yang lain, rencana menikah mereka tahun ini sudah diserobot oleh Arkan duluan.

"Waaah parah lo, biarin Mas dulu lah, kan udah tuir dia tuh, bentar lagi 30th."

"Astaghfirulla iya juga."

"Lo dulu Syifa, gue sama Kak Irham pelan-pelan dulu, lagian gue masih banyak urusan sama sekolah dokter gue."

"Nah kan !"

Sebenarnya bukan apa Citra berkata demikian, dia sangat menyukai Irham. Tapi dalam kurun waktu dekat ini bergerak ke jenjang yang serius, Citra belum siap. Ia masih trauma diabaikan lelaki itu 2 minggu kemarin. Tampak sekali bahwa hubungan mereka masih banyak lompongnya dan lagi mereka tak begitu saling mengenal luar dalam bukan.

Ia mau menikmati proses pengenalan itu, menyelesaikan semua printilan tentang sekolah dokternya dan dapat kerja tetap. Setelah itu, fokusnya untuk menjadi nyonya Irham Setiawan segara bisa diatur.

Irham memang punya umur lebih banyak dari nya, lelaki itu hampir berkepala tiga. Namun, di umur yang segitu hubungan percintaan nya sering kandas dari pada berhasil dan itu membuat Citra juga waspada.

Citra juga punya ketakutan sendiri tentang dirinya, Ia juga takut hubungan kandas, terhalang disini, disitu, ini dan itu.

[***]

Siguiente capítulo