webnovel

Selshi yang Misterius

Siapa yang menyangka ternyata kondisi ruang bawah tanah rumah Thris sangat berbeda dengan kondisi di lantai atas. Ruangannya lebih besar, luas dan juga tinggi. Dinding-dindingnya tidak terlihat seperti ruang bawah tanah karena dilapisi dengan batu-batu marmer yang mewah.

Namara dibuat takjub dengan keadaan ruangan itu. Dia bisa melihat perapian yang menyala di sudut ruangan. Padahal dari luar tidak ada cerobong asap yang terlihat.

Hal yang paling menarik adalah hiasan-hiasan dindingnya. Itu bukan hiasan biasa, melainkan bagian-bagian tubuh binatang yang diawetkan. Lebih tepatnya binatang buas.

Ada tanduk hitam yang besar dan panjang, kulit tebal sekeras besi. Ada juga taring besar yang runcing dan tajam. Mungkin taring itu bisa digunakan untuk menusuk jantung seseorang dengan mudah.

"Koleksimu cukup mengesankan," komentar Eros.

Thris hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menunjukkan sebuah kamar dengan pintu yang sedikit terbuka. "Silakan gunakan kamar itu," katanya.

Kemudian Eros pun melangkah sambil menarik Namara. Setelah itu Eros menutup pintu dan berjalan mendekati tempat tidur.

Namara menatap tempat tidur yang terlihat normal. Ternyata meskipun ukuran tubuh Thris pendek, di rumahnya tetap memiliki ranjang berukuran normal. Setidaknya Namara tidak perlu tidur dengan kaki tergantung.

Jari-jari Namara saling bertautan. Dia diam sambil menunggu instruksi dari Eros. Pria itu terlebih dahulu duduk di tepi ranjang, lalu menatapnya tanpa ekspresi.

"Aku tidak akan menyentuhmu," ucap Eros.

Bagus! Namara ingin bersorak rasanya. Meskipun begitu, dia tetap menunjukkan sikap tenang. Akhirnya dia bisa naik ke tempat tidur tanpa merasa khawatir.

Malam menjadi semakin larut. Namara menatap lurus ke langit-langit. Dia tidak berani menoleh ke kanan. Ah, itu situasi yang terasa aneh.

Untungnya rasa kantuk datang menyerang. Kedua matanya menjadi berat. Hanya perlu waktu sebentar sampai Namara benar-benar terlelap.

Eros melirik Namara sekilas. Kemudian dia bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar. Perapian menyala dengan api kecil. Thris sedang duduk di depan sana sambil menikmati minuman yang entah apa itu.

"Kau masih sendiri seperti dulu?" tanya Eros sambil bergerak menduduki kursi di seberang Thris.

"Bukankah kau juga begitu?" Thris balas bertanya.

"Tentu saja aku berbeda. Kaummu sudah di ambang kepunahan. Kau tahu itu." Eros membuat pembelaan. Dia tidak mau disamakan dengan orang lain.

Thris mendengkus. "Apa kau pikir jika aku menikah angka kelahiran Geus juga akan meningkat?" Thris menjadi sarkas. Dia menatap Eros dengan serius.

"Danos …, kenapa kau tiba-tiba datang ke sini?" tanya Thris. Yang dia tahu Dardanos tidak akan melakukan hal tanpa tujuan yang jelas.

"Aku akan pergi ke Selshi," ucap Eros.

"Selshi? Mm … tempat itu bukannya sudah lama tidak dihuni?" tanya Thris.

Selshi adalah daerah yang sama seperti Pdenderia, yaitu tidak dikuasai oleh kekuatan mana pun. Selshi dikenal sebagai desa tua yang sepi dan menutup diri dari dunia luar.

Di sana terdapat sebuah akademi kecil yang hanya diisi oleh beberapa murid saja. Itu tidak akan lebih dari 20 orang. Mereka mengkhususkan diri dalam ilmu sihir dan sastra kuno.

Usia akademi Selshi kemungkinan sudah mencapai ratusan ribu tahun. Meskipun penghuninya sedikit, mereka selalu bisa bertahan dari ancaman kekuatan lain.

Namun, Thris pernah mendengar kalau Selshi mengalami penyerangan misterius yang berlangsung hanya dalam satu malam. Itu terjadi sekitar tiga tahun yang lalu.

Setelah malam penyerangan itu seluruh penghuni Selshi benar-benar menghilang tanpa jejak. Sampai sekarang tidak ada yang tahu apakah mereka selamat atau tidak.

Eros yang mendengar cerita ini langsung mengerutkan kening. Ekspresinya berubah menjadi murung. "Kenapa aku tidak pernah mendengar hal itu?" gumamnya.

"Mungkin informasi itu sengaja diblokir. Aku juga kurang tahu." Thris mendesah tanpa daya. "Padahal Selshi memiliki penyihir tua yang hebat," sesalnya.

"Kau sedang tidak bercanda kan, Thris?"

Thris langsung menggeleng. "Aku tidak mungkin membohongimu," ujarnya.

Eros menghela napas panjang. Dia menutup mata dalam waktu yang lama. Rasanya masih sedikit tidak percaya. Selshi yang selalu tahan serangan tiba-tiba runtuh dalam satu malam?

Kabar itu terlalu mengejutkan untuk diterima. Bagi orang lain mungkin itu hanya akan disesalkan, tetapi tidak bagi Eros. Di sana ada seseorang yang penting untuknya.

Apa Midas sama sekali tidak tahu? Atau mungkin pria itu tahu, tetapi sengaja tidak memberi tahu? Bagaimanapun juga ini sudah tiga tahun. Bukankah ini sudah lama?

Eros merasa kesal, dia ingin marah, tetapi tidak tahu siapa yang harus dia marahi.

"Kau benar-benar tidak tahu siapa pelakunya?" tanya Eros setelah kembali membuka mata. Dia menatap Thris dengan serius. Sayangnya, orang yang ditanya langsung menggeleng.

"Aku tidak tahu. Aku juga hanya mendengar kabar itu dari beberapa orang yang membicarakannya. Jika kau ingin tahu, mungkin memang lebih baik kalau mengunjungi tempat itu secara langsung," kata Thris.

Eros mengangguk pelan. Dia memang harus datang ke sana. Terlepas dari urusan Namara, dia memang harus menyelidiki kebenaran ini. Selshi adalah tempat yang penting baginya.

"Udara semakin dingin saja. Aku akan tidur sekarang," ucap Thris sembari melangkah pergi. "Jangan tidur terlalu malam, Danos."

Eros hanya diam tanpa membalas. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Setelah perapian benar-benar padam barulah dia melangkah ke kamar.

***

Keesokan harinya Namara bangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan. Dia menoleh ke samping tanpa mendapati siapa pun. Pria itu tidak pergi begitu saja, kan?

Namara segera berlari keluar kamar. Entah kenapa perasaannya menjadi lega setelah melihat Eros ada di sana, sendirian sambil menikmati sarapan pagi.

Pastinya itu karena Namara hanya bisa bergantung pada Eros di dunia luar yang masih asing itu. Dia mungkin tidak akan bisa pulang jika Eros meninggalkannya di desa Pdenderia sendirian.

"Bersiaplah. Kita akan segera berangkat," ucap Eros tanpa menoleh pada Namara.

Namara mengangguk. Dia segera pergi membersihkan diri. Setelah itu dia pun kembali menemui Eros. Pria itu menyodorkan bubur gandum yang masih hangat.

"Kurasa … kau sakit kemarin?" Nada suara Eros terdengar sedikit ragu.

"Ah, itu …." Namara menyendok buburnya dengan sendok kayu. Rasanya cukup lezat. "Itu hanya flu," lanjutnya.

Eros tidak mengatakan apa-apa lagi. Jadi, Namara hanya diam sambil meneruskan makanannya.

Sejak Eros mengubah penampilan entah kenapa Namara merasa sikapnya menjadi sedikit berbeda. Pria itu tidak sekejam atau sedingin sebelumnya. Apa mungkin Eros memiliki dua kepribadian?

Namara segera menggeleng. Imajinasinya terlalu jauh. Mungkin itu bagian dari penyamarannya saja. Mungkin antara sikap Eros dengan Dardanos harus dibedakan. Repot sekali.

Tepat setelah Namara menghabiskan sarapan, Thris datang menuruni tangga. "Kau akan pergi sekarang?" tanya Thris pada Eros.

"Ya. Aku ingin segera sampai di Selshi," jawab Eros.

Namara menatap Eros penasaran. Apa tujuan pria itu adalah tempat bernama Selshi? Dia belum pernah mendengar nama itu. Apa Selshi sebuah tempat yang indah?

"Aku menunggu kabar baik darimu," kata Thris.

Eros mengangguk. "Terima kasih untuk tumpangannya, Thris."

Siguiente capítulo