berkisah tentang pemuda bernama ferbrian adi yang sedang berlibur ke rumah neneknya dan dia mendengar cerita disana dan penasaran akan jalan cerita itu
15 juni 2017 tepatnya pada saat musim panas tiba aku berkunjung ke rumah kakek dan nenekku untuk menghabiskan waktu musim panas ini, aku bernama FERDINAN ADI pemuda berumur 17 tahun dan sekarang sudah duduk di bangku kelas tiga sma. semua orang memanggilku adi dan aku sekolah di sma SUGESTI kota PURWO daerah utara, keseharianku hanyalah bersekolah dan membantu orang tuaku bersih-bersih rumah.
Aku pada saat musim panas tiba hanya malas-malasan dirumah tapi sekarang tidak, orang tuaku menyuruhku untuk berlibur ke rumah kakek nenekku di desa DUKUH daerah pinggiran kota PURWO. sudah lama sekali sejak 10 tahun yang lalu aku kesini dan kondisi desa masih seperti dulu, teknologi di desa ini sudah ada namun jarang sekali untuk digunakan. aku ke rumah kakek dan nenekku diantar oleh ayahku menggunakan mobilnya, karena ayahku masih berkerja dia tidak ikut berlibur bersamaku dan masih dirumah bersama ibuku. aku tidak masalah dengan itu dan apakah kakek nenekku masih ingat dengan wajahku, mereka sudah tidak melihatku sejak umurku tujuh tahun dan sekarang aku sudah berumur tujuhbelas tahun.
sesampainya disana kondisi rumah kakek dan nenekku masih biasa saja dan tidak ada perubahan, ayahku mengantarku sampai bertemu mereka dan saat aku bertemu dengan mereka, wajah mereka seakan bahagia sekali melihatku yang sudah tumbuh dewasa. memanglah dunia ini sangat cepat dan aku tidak menyadari akan hal itu, kakekku menunjukan kamarku untuk tidur dan ayahku yang akan kembali berkata kepadaku untuk jaga diriku baik-baik lalu dia memberikan uang kepadaku untuk beli sesuatu disini.
ayahku kembali kerumah dan kakek nenekku mengajakku untuk masuk kerumah dan berbicara lebih banyak dengannya, setelah kami berbicara banyak kurang lebih tiga jam aku menyadari bahwa mereka butuh sekali yang namanya perhatian dari anak dan cucunya. ya, memang hanya aku satu-satunya cucunya dan hanya ibukulah satu-satunya anaknya.
hari semakin larut dan aku keluar untuk melihat sawah yang memandangkan matahari terbenam, langit berwarna oren cerah dengan balutan angin sore yang menenangkan. nenekku menghampiriku dan dia berkata bahwa jika aku ingin tinggal disini nanti rumah ini akan selalu ada untukku, lalu buatlah nenek ini menjadi buyut. aku mengerti apa yang dia bicarakan tapi hal itu mungkin terlalu cepat untukku, aku melihat kakekku pergi ke sebuah ladang bersama para warga. aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dan saat aku bertanya kepada nenekku dia berkata bahwa kakekku akan pergi ke sawah bersama semua warga untuk membuka jalan air, jalan air untuk setiap sawah didesa.
nenekku yang disebelahku menceritakan sebuah dongeng dari desa ini kepadaku namun dengan syarat bahwa aku tidak boleh takut akan hal yang dia ceritakan, aku mengatakan bahwa aku ini sudah besar dan tidak akan takut akan hal yang berbau mistis. dia tertawa dan memulai ceritanya dengan disertai angin sore yang menenangkan
"Dahulu tepatnya 21 tahun dari sekarang ada seorang bernama HESTIA SINTI dia anak perempuan dari salah satu keluarga di desa ini namun sekarang keluarga itu sudah tidak ada, dia bernama Hestia Sinti biasa dipanggil sinti. seorang gadis remaja yang berusia sama sepertimu dan orang tidak tahu akan sifatnya, dia berkeluarga namun ibunya meninggal saat dia berumur 6 tahun dan saat dia berumur 8 tahun ayahnya menikah dengan seorang wanita yang sudah mempunyai dua anak, wanita bernama ina daraswati dan kedua anaknya bernama rita daraswati dan mia daraswati. setelah ayahnya dan wanita itu menikah alangkah sedihnya karena ayahnya harus meregang nyawa pada saat dia berumur 10 tahun, lalu saat itulah pandangan dari ubu barunya dan kedua kakaknya berubah. dia diperlakukan seperti pembantu disana dan selalu disiksa oleh mereka, namun saat Sinti berusia 17 tahun dia dikabarkan meninggal dengan tusukan yang disebabkan oleh bambu berada diperutnya dan membuat dia mati. semua orang yang tahu akan hal itu bilang bahwa Sinti mati karena perlakuan dari ibu barunya dan kakakya yang memmbuatnya stres lalu dia bunuh diri, lalu mereka bertiga dibawa ke kantor polisi dan dipenjara sampai sekarang"
cerita itu selesai dan nenkku berkata bahwa aku tidak boleh dekat-dekat dengan rumah di dekat lapangan bola, karena itu adalah tempat dimana Sinti meninggal dengan tidak wajar. hari mulai malam dan aku disuruh untuk masuk kerumah, waktu menunjukan pukul 19:00 dan aku ingin beli sesuatu diluar. aku meminta izin ke nenekku dan dia mengizinkannya dan menyuruhku untuk beli di supermarket di ujung jalan tapi tidak boleh pergi lewat lapangan bola.
aku berjalan di terangi lampu jalanan yang redup namun itu tidak masalah bagiku karena cahaya bulan sekarang cukup terang, sesampainya di supermarket aku membeli minuman dan jajanan ringan disana dengan uang yang ayahku telah berikan. aku pulang dengan membawa jajanan dan minuman yang telah aku beli, aku melewati jalan yang sama seperti tadi dan kejadian tak terduga terjadi padaku. aku melihat wanita cantik berpakaian putih sedang duduk di bangku yang diterangi lampu jalan, aku sebelumnya tidak melihat dia berada disitu saat aku sedang menuju ke supermarket ini dan aku baru sadar bahwa ada wanita yang seumuranku tinggal di desa ini.
wanita itu menatap bulan dengan matanya yang indah dan parasnya yang cantik, aku masih memandanginya sambil berjalan lambat melewatinya. namun saat aku melintas di depannya dia memanggilku
"Hey apakah kau bisa melihatku"
aku tidak mengerti apa yang dia katakan namun perkataannya membuatku penasaran dengan hal itu, aku menjawab bahwa aku bisa melihatnya dan dia mendekat kepadaku sambil berkata
"apakah kau beneran bisa melihatku"
aku hanya menjawab "iya" dan wajahnya itu sudah terlalu dekat denganku
"hey coba bilang aku ini berpakaian apa"
aku tidak mengerti sama sekali tapi aku menjawabnya bahwa dia berpakaian serba putih tanpa memakai alas kaki dan memakai gelang di tangan kanannya.
"haaahh kau beneran bisa melihatku ya"
"ya aku memang bisa melihatmu"
"hey apakah kau mau menjadi temanku"
aku masih tidak mengerti apa yang dia katakan dan karena aku tidak memiliki teman sama sekali di desa ini akupun menerima pertemanan tersebut. dia bertanya kepadaku tentang dimana letak rumahku dan aku menjawab bahwa letak rumah nenekku ada di RT 03/RW 7 dengan cat berwarna hijau dan rumah yang menghadap ke utara. setelah aku mengatakan letak rumahku dia meminta izin kepadaku bahwa dia akan ke rumahku besok saat siang hari untuk bermain, aku menerima itu tapi aku belum tahu siapa namanya.
"namaku Ferdinan Adi pamggil saja aku adi, dan namamu"
"namaku HESTIA SINTI, panggil saja aku SINTI"
setelah aku mendengar nama itu tubuhku seakan terkejut dan aku sontak langsung menyadari akan hal yang telah nenekku ceritakan tadi sore bahwa di desa ini ada kasus pembunuhan yang menewaskan wanita muda bernama HESTIA SINTI. aku sontak lari dari situ dan kembali kerumah lalu langsung menuju ke kamar, aku masih memikirkan hal tadi dan tidak ingin mengingatnya sama sekali. aku mencoba untuk tidur tapi tidak bisa dan saat itu dengan kondisi darurat aku memakan obat tidur yang aku bawa untuk antisipasi saat aku susah tidur disini, aku tertidur saat setelah memakan 5 butir obat tersebut.
pagi cerah datang dan suara burung di desa ini seakan membangunkanku tapi tubuhku yang masih ngantuk mencoba untuk tidur kembali, tapi saat aku mengganti posisi tidurku aku merasakan hal yang berbeda. aku merasakan sentuhan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, benda empuk yang bisa aku pegang dengan tangan kananku dan terasa sangat pas. Lalu saat aku terbangun aku terkejut dan mulutku ikut terkejut dan berteriak, nenek dan kakekku datang menemuiku karena mendengar teriakan tadi. Mereka menanyakan hal kenapa aku teriak tadi tapi aku tidak bisa bilang bahwa alasan aku berteriak karena aku memegang dada seorang wanita yang tidur di sebelahku, aku melihat wanita itu dengan pakaian yang sangat ceroboh karena menampilkan bagain dibalik bajunya. Wanita itu berada di depanku namun kakek dan nenekku tidak melihatnya sama sekali, lalu aku berkata bahwa alasan aku berteriak tadi bahwa aku memegang serangga kecil di tanganku dan aku akan kebawah untuk mencuci tangan.
Dia berpakaian serba putih dengan lekuk tubuh yang sangat indah dan saat dia bilang selamat pagi kepadaku aku menyadari bahwa dia adalah Sinti wanita yang aku temui kemaren malam, aku bertanya kepadanya alasan bahwa dia ada di kamarku dan dia berkata bahwa dia akan bermain di tempatku. Memang itu yang aku dengar tapi aku tidak mengerti makhluk apa sebenarnya dia ini, beserta kenapa dia tidak bisa dilihat oleh kakek dan nenekku. diapun juga tidak mengerti akan hal itu dan dikamarku dia bersikap seperti sangat akrab denganku dan membuka tas bawaanku, aku menyuruhnya untuk diam dan ikut turun untuk sarapan.
Saat kami sarapan ternyata benar yang aku simpulkan bahwa kakek dan nenekku tidak bisa melihatnya sama sekali, dia berada di dekatku dan saat aku sedang sarapan dan nenekku sedang berbicara dia mengerjaiku dengan mempermainkan rambutku. Aku tidak bisa meladeninya karena jika aku meladeninya aku bisa dianggap gila karena ngomong sendiri, setelah selesai makan aku berbicara dengannya di kamar tentang apa dia sebenarnya. Dia berkata bahwa dia adalah hantu yang tidak bisa kembali ke alam baka karena ada suatu yang masih belum terselesaikan disini, dia mengatakan demikian tapi apa sesuatu itu dan kenapa dia bisa saat pagi hari berada di sebelahku. Dia berkata bahwa dia mengikutiku sampai kerumah nenekku dan ikut disampingku saat aku tertidur setelah makan obat itu, hal yang membuatku kesal dan ingin dia cepat pulang dari sini.
"Hey adi, apakah kau mau mejadi temanku"
Yang dia katakam sekarang hal yang berbeda, dia memintaku untuk menjadi temanku tapi jika aku menjadi temannya dia akan selalu berkunjung disini, nmun jika aku tidak menerimanya dia akan menjadi arwah yang kesepian dan selalu ada di desa ini. Aku menerimanya tapi dengan syarat bahwa aku akan membantu dia kembali ke alam yang seharusnya, dia hanya tersenyum kepadaku dan berkata bahwa itu adalah sebuah janji yang kau katakan. Sinti selalu saja mengikutiku sejak itu dan tersenyum kepadaku, senyumannya manis tapi jika aku selalu dipandang seperti itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi dalam segala hal. Aku menyuruhnya untuk tidak mengikutiku tapi dia hanya tersenyum saja dan senyuman itu terlalu manis untuk aku marahi, lalu akupun mencoba menanyakan suatu hal kepadanya tentang bagaimana kematiannya dulu.
Sinti berkata bahwa dia mati dulu dikarenakan pohon bambu yang sedang dia ambil dulu tidak sengaja tertusuk ke arah perutnya disaat dia terpeleset karena hujan, dia berkata bahwa dulu bambu itu sangatlah runcing dan menusuk tepat di perutnya sampai membuatnya mati seketika. Jadi rumor yang warga desa katakan itu bukanlah sebuah cerita yang asli melainkan hanya rumor belaka itulah yang aku katakan kepadanya dan dia berkata bahwa cerita yang warga desa rumorkan adalah palsu namun hanya sebagian yang benar. Sebagian itu adalah benar yaitu saat ayahku meninggal dulu aku selalu diperintah seperti budak oleh ibu tiri dan dua kakak tiriku, aku selalu disiksa dan diperbudak oleh mereka sampai-sampai suara saat aku disiksa itupun terdengar dari luar dan membuat gosip semua desa. Lalu gosip itu masih ada saat aku mati dan saat aku menjadi hantu aku tidak pernah melihat mereka lagi sampai sekarang, warga desa merumorkan bahwa ibuku dan kedua kakakku dipenjara dan sampai kini belum ada kabar selanjutnya dari mereka.
Aku memutuskan untuk mencari petunjuk lain kerumahnya dan beralasan ke kakek dan nenekku untuk mencari udara segar di desa, sesampainya dirumah Sinti ternyata kondisi rumah itu dari luar sangatlah mengerikan namun saat aku berada di dalam kondisi rumah itu sangatlah bersih seakan dirawat dengan baik. Sinti berkata bahwa dia selalu menjaga kebersihan rumahnya tapi jika aku membersihkan bagian luar maka warga desa akan curiga bahwa rumah ini sudah di tempati, aku masuk dan mencari petunjuk kerumah itu. Ruangan demi ruangan aku buka untuk mencari petunjuk namun yang aku temukan hanyalah ruangan yang kosong tanpa tempat tidur dan peralatan lainnya, akupun berhenti mencari sejenak untuk beristirahat di suatu ruangan. Ruangan itu adalah kamar milik ayahnya dulu, Sinti berkata bahwa ruangan ini adalah ruangan yang dipakai oleh ayahnya untuk membaca buku.
Perpustakaan milik ayahnya sendiri namun kini sudah tidak ada buku sama sekali diruangan ini karena sudah tidak ada lagi orang yang menempati rumah ini, begitu pemikiranku tapi saat aku menyenderkan tanganku aku tidak sengaja menekan semacam tombol rahasia untuk membuka kotak yang tersembunyi dibalik dinding milik ayahnya. Setelah aku buka karena penasaran akan isi didalam kotak itu aku hanya melihat buku semacam album foto, album foto milik keluarganya namun herannya kenapa dia bisa tidak tahu bahwa ada kotak itu didinding dan hanya mengucapkan bahwa dia tidak pernah ke ruangan ini sebelumnya dan sangat hati-hati saat melangkah. Ya memang itulah yang seharusnya karena ruangan ini milik ayahnya, aku buka buku tersebut bersama dia di sebelahku dan saat aku buka buku itu terdapat fotonya bersama ibu kandungnya semasa dia kecil. Wajahnya yang sekarang hampir sama seperti ibu kandungnya dan mata ayahnya sama seperti miliknya, desa yang kini ada dulu bukan seperti yang aku duga. Desa itu belum tersentuh teknologi sama sekali dan masih ada rel kereta api di dekat jalan utama, pemandangan yang indah di foto itu sangatlah banyak namun hal yang mengejutkan terjadi saat aku membalikkan gambar dibuku itu untuk ke halaman selanjutnya.
Gambar ibuku terdapat digambar itu, gambar ibuku bersamanya sedang berfoto berdua di depan rumah kakek nenekku saat itu. Mereka berfoto berdua dengan akrabnya dan aku melihatnyapun terkejut akan hal itu, aku berkata bahwa apakah dia kenal dengan wanita yang ada di sebelahmu ini dan dia berkata bahwa wanita itu adalah temannya yang bernama DESI RETNA dan dia adalah teman baiknya saat itu. Lalu aku mengatakan bahwa nama ibuku adalah Desi Retna dan anak dari kakek nenekku, dia berkata bahwa dia tahu akan hal itu dan berkata bahwa aku sangat mirip sekali dengan ibuku. Namun aku masih tidak mengerti apa alasan dia tidak bisa kembali ke alamnya, lalu hari mulai sore dan aku akan menanyakan hal tentang ibu tirinya kepada kakek dan nenekku.
Sepulang setelah itu aku makan malam bersama kakek dan nenekku lalu aku bertanya tantang nasib dari orang tua Sinti, kakekku terkejut bahwa aku tahu cerita tentang dia namun aku mengatakan bahwa aku diceritakan oleh nenek tentang hal itu. Lalu kakekku menjawab bahwa mereka bertiga alias ibu dan dua kakaknya Sinti telah meninggal karena penyakit, mereka meninggal saat sedang di penjara dan mati ditempat dengan mulut yang berbusa. Disebutkan bahwa mereka telah mengonsumsi bahan berbahaya bernama narkoba yang membuat mereka menjadi seperti itu sampai mereka mati, memang benar apa yang kakekku katakan bahwa saat aku berada di rumah Sinti aku menemukan alat uap kecil yang terbuat dari besi dan aku tahu bahwa alat itu adalah untuk narkoba pada zamannya.
Setelah saat aku kekamar terbyata Sinti sedang bermain dengan pakaianku, aku tidak sengaja melihatnya sedang memakai pakaianku dan aku langsung menyuruhnya untuk melepas bajuku dan dikembalikan seperti semula. Setelah dia sudah merapikannya akupun bertanya kepadanya tentang obat yang ibunya dan kakaknya pakai, dia berkata bahwa mereka memakainya saat ayahku tidur dan selalu membelinya saat tengah malam. Sinti mengatakan bahwa dia tidak tahu obat apa itu namun dia pernah berkata bahwa obat itu adalah obat penenang untuknya, setelah aku mendengar cerita itu akupun memberitahukan soal ibunya dan kakaknya sekarang. Aku berkata bahwa mereka telah meninggal saat di penjara dan dia mengatakan bahwa dia tahu akan hal itu karena mereka pernah mengunjunginya dalam bentuk roh untuk meminta maaf kepadanya dan setelah itu mereka kembali ke alamnya namun dia masih belum bisa kembali, entah apa yanh dia sesali saat ini akupun tidak mengerti dan masih mencarinya.
Lalu saat aku tertidur aku bermimpi tentang masa lalu Sinti dulu, yaitu dimana masa lalunya bersama ibuku. Langit yang cerah beserta sawah yang kuas terpancar dimataku dan rel kereta di setiap jalan masih ada disana lalu sekolah yang dj bawah bukit masih terpampang selayaknya bangunan lama, aku melihat wajah Sinti saat kecil dulu yang sedang bersama ibuku. Wajahnya bahagia dan aura baik keluar darinya namun saat dia kembali kerumah aku melihat wajahnya tidaklah ceria, wajahnya kembali bersedih dan murung atas apa yang sedang dia alami. Aku mulai mengerti sekarang dan paham akan hal yang terjadi saat itu, lalu ibuku pulang karena hari hampir sore dan hujan akan turun. Lalu saat ibuku makan ternyata wajah kakek dan nenekku sama seperti wajah ibuku dan matanya seperti mata milik kakek, setelah makan ibuku kekamar dan saat dikamar ibuku membuka tas dan aku terkejut akan isinya. Tas itu berisi liontin dimana liontin itu pernah aku lihat sebelumnya dan selalu dijaga baik oleh ibuku, lalu liontin itu dibuka ternyata terdapat foto ibuku bersamanya disaat mereka kecil. Liontin itu terdapat dua dan yang satunya berwarna biru cerah dan disitu bertuliskan nama SINTI yaitu nama dari wanita yang sesang berada di sebelahku, hujan tiba dan saat itu semua orang berteriak ke rumah sinti lalu saat ibuku sampai disana tubuh sinti yang tidak bernyawa sedang dilarikan ke rumah sakit dan sontak ibuku menangis dan mendekati sinti saat itu. Hal itulah yang membuat ibuku selalu menjaga liontin itu dan saat itu ibuku menceri pekerjaan dikota lalu meninggalkan desa itu beserta Sinti di dalamnya. Namun liontin yang ibuku perlihatkan waktu itu hanyalah satu dan bagaimana dengan satunya lagi akupun tidak tahu dan saat itulah aku terbangun.
Waktu liburan di desaku berakhir dan aku sudah tahu bagaimana cara mnegmbalikannyake alam yang seharusnya, ayahku datang menjemputku dan saat itu aku bilang kepadanya untuk ikut bersamaku kekota untuk menemui ibuku. Namun dia tidak mau karena tidak sanggup menemui wajah ibuku, lalu aku masih memaksanya karena ini demi kebaikannya. Sinti masih tetap dalam perkataannya bahwa dia tidak mau ikut ke kota
"Aku tidak mau ikut denganmu, sudah tinggalkan aku saja"
Kata-kata darinya membuatku enggan lagi untuk berbicara dengannya namun yang aku katakan selanjutnya adalah
"Ya sudah kalau begitu, jika kau terus begini maka kau akan selalu sendirian"
Aku meninggalkannya dan pergi bersama ayahku namun saat aku pergi aku melihatnya sedang mengejarku sambil menangis, aku sontak memberhentikan laju kendaraan dan menyuruhnya masuk ke mobilku. Ayahku yang tidak bisa melihatnya hanya terheran dan bertanya apa yang sedang aku lakukan dan aku berkata bahwa aku mengambil angin desa untuk dibawa pulang, ayahku merasa bahwa tingkah laku anaknya aneh saat sudah pulanh dari desa dan melanjutkan kembali perjalanannya. Saat perjalanan pulang Sinti berkata bahwa dia mengubah pikirannya dan ingin kembali ke alam yang seharusnya,aku mengerti apa yang dia katakan dan tersenyum bahwa dia oahan apa yang seharusnya dia lakukan.
Perjalanan pulang ini terasa sangatlah panjang dengan kisahku saat berada di desai saat itu dan masih ingin tahu kelanjutan dari semua ini, lalu sampailah kami dirumah dan Sinti saat itu terdiam dan dia berkata bahwa dia sedang mempersiapkan hatinya. Ayahku pergi kembali kekantor karena masih ada urusan disana dan aku bersama sinti masuk kerumah lalu aku melihat ibuku yang sedang memegang kotak yang berisi liontin yang aku lihat dimimpi di sofa, aku memanggil ibuku dan saat dia membalikkan badan dia terkejut dengan apa yang aku bawa dari desa. Aku membawa temannya untuk bertemu dengannya dan sintak liontin yang dia pegang terjatuh akan terkejutnya dia, ibuku menangis dan Sinti yang di dekatkupun ikut menangis.
"Sinti apakah itu kau"
"Ya, itu aku dan kami masih sama seperti dulu ya Retna"
Mereka menangis dengan berpelukan satu sama lain dan aku tahu bahwa inilah penyesalannya dan sampai kapan dia akan dalam kondisi seperti ini dan seharusnya dia itu akan hilang, ibuku berkata bahwa dia sangat merindukannya saat terakhir mereka bertemu dan lalu ibuku memberikan liontin berwarna biru seperti yang ada di mimpiku. Liontin biru itu ternyata dia simpan di bawah penyimpanan liontin pertama, liontin itu diberikan kepadanya dan wajahnya sangatlah senang akan hal itu. Aku meninggalkan mereka karena ini adalah kali mereka akan bertemu dan berpisah, selang satu jam aku meninggalkan mereka aku berpikir bahwa Sinti itu mungkin sudah hilang namun dia masih ada di kamarku. Aku menyuruhnya untuk keluar dari kamarku namun dia tidak mau dan dengan terpaksa aku mengajaknya untuk keluar ke salah satu taman di kota, dan sesampainya di taman aku bertanya tentang apa yang dia katakan kepada ibuku. Sinti berkata bahwa dia mengatakan akan perpisahan ini ke pada ibuku karena dia akan kembali ke alam baka dan ibuku menerimanya dan dia akan hilang dalam waktu satu menit lagi. Tubuhnya sudah mulai hilang dan dia berkata berterima kasih akan hal yang aku perbuat dan terima kasih karena selalu membantunya selalu. Tubuhnya mulai redup dan kakinya sudah mulai menghilang lalu kata-kata terakhirnya adalah
"Maukah kau jadi temanku"
Aku menangis akan hal itu karena dia hilang di depanku dengan kata terakhir yang seperti itu, aku menjawab "iya" dan dia tersenyum lalu tubuhnya sepenuhnya hilang pada pukul 19:00.
Sebuah hal yang aku tidak percayai ternyata ada dan kini aku mengerti akan penyesalannya yaitu dia hanya memiliki satu teman yaitu ibuku dan dia hanya inginberterima kasih kepadanya. Lalu dia selalu ingin mencari teman tapi dengan kondisinya saat itu dia tidak memiliki teman sama sekali.
~fine~
.
Contact: priskalollicat@gmail.com
Fb: alif dkz
Wa: 085700155020