Setelah menghabiskan satu malam yang mencengangkan bersama, Shi Guang mendapati dirinya terbangun dengan kenyataan yang kejam... sebuah akhir dari hubungan mereka, yang diajukan oleh lelaki itu! Apa? Mengapa? Bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang terus terngiang di pikirannya selama dua tahun setelah lelaki itu meninggalkannya tanpa jejak. Tepat saat Shi Guang pikir akhirnya ia telah berhasil melupakannya, Lu Yanchen tiba-tiba muncul di hadapannya dan sebelum Shi Guang menyadarinya, ia harus menikah dengan lelaki yang telah mencampakkannya dua tahun yang lalu?! Apa? Mengapa? Bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan ini jugalah yang harus dihadapi Shi Guang setelah kemunculan lelaki yang misterius itu sekali lagi. Apa sih yang menjadi motif Tuan Muda Lu? Mengapa ia selalu mengawasi Shi Guang meskipun ia adalah orang yang telah mencampakkannya? Dan yang terburuk masih... Ada apa dengan perilaku tsundere yang ia tunjukkan ini...?!
Shi Guang terbangun dalam keadaan linglung. Kepalanya terasa begitu menyakitkan seolah-olah kepalanya akan terbelah. Tatkala ia menggerakkan tubuhnya sedikit, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Seolah tubuhmu telah hancur dan disatukan kembali. Sinar mentari pagi menyusup melalui tirai abu-abu satin yang samar itu dan mendarat dengan indah di atas ranjang tidurnya, ia hampir tak bisa membuka matanya akibat dari betapa membutakannya sinar itu.
Di pertemuan kemarin malam, akibat terbuai dalam perasaan senang, ia minum sedikit berlebihan. Hingga akhirnya, ia diusir juga oleh Lu Yanchen.
Selagi duduk, selimut sutra tipis yang menyelimuti Shi Guang terbuka menampakkan sebuah titik berwarna merah di atas sprei putih itu. Tubuh bening dan halusnya dipenuhi tanda-tanda kecupan cinta dari kepala hingga kaki. Cukup sekilas saja langsung bisa diketahui bahwa itu semua merupakan buah dari kenikmatan dan kesenangan malam.
Tadi malam, ia dan Lu Yanchen telah….
Jantungnya berdetak lebih cepat. Saat ia membayangkan potongan-potongan adegan mereka yang seperti tak terpisahkan semalam, wajah Shi Guang mulai memerah tanpa sadar seraya ia merasakan tubuhnya memanas dan kakinya melemah.
"Aku mencintaimu."
Kata-kata manis dari momen mendebarkan semalam seolah masih terngiang-ngiang di telinganya. Kedua pipi Shi Guang merona dengan penuh cinta serta matanya tersipu malu-malu. Ia melihat ke sekeliling tempat itu.
Di mana Lu Yanchen?
Apakah ia pergi untuk membeli sarapan?
Setelah menyibakkan selimutnya, Shi Guang turun dari ranjang. Ketika telapaknya menyentuh lantai, kakinya gemetaran selama beberapa saat dan hampir membuatnya terjatuh. Sambil bertopang pada dinding, ia perlahan berjalan ke arah kamar mandi selangkah demi selangkah.
Saat ia keluar dari kamar mandi, Lu Yanchen pun telah kembali. Dia berjalan ke ruang tengah dengan tenang. Figurnya yang gagah dan tinggi menebarkan aura yang kuat namun mencekam ke seluruh ruangan.
Shi Guang mengangkat pandangannya hingga mata mereka bertemu dalam tatapan yang mendalam. Pandangan keduanya begitu tenang dan senyap, menyerupai sebuah danau yang kedalamannya tak bisa diketahui.
Bagaimanapun juga, itu merupakan pertama kalinya mereka terlibat dalam suatu hubungan yang intim. Untuk beberapa alasan yang tak diketahui, Shi Guang merasakan sebersit rasa malu dan menurunkan pandangan matanya, tak berani menatap wajah lelaki itu. Dalam ingatan akan momen-momen menggairahkan dan mencengangkan itu, samar-samar ia ingat Lu Yanchen mengatakan bahwa ia akan memberinya sebuah kejutan.
Apa Lu Yanchen akan melamarnya?
Tapi bukannya itu terkesan agak tergesa-gesa?
Shi Guang larut dalam lamunannya seraya jantungnya berdetak dengan begitu cepat.
"Aku…,"
Ia hampir tidak bisa berkata-kata saat Lu Yanchen memotong pembicaraannya dengan nada tegas, "Putus!"
Rasa kaget meledak dari lubuk hatinya seperti gunung meletus seraya mata Shi Guang terbelalak dengan nafas yang tertahan.
"...."
Dia bilang apa tadi? Putus?
Inikah kejutan yang ingin ia berikan? Mengakhiri hubungan ini?
Apakah ia hanya bergurau dan bercanda saja, atau ia sungguh-sungguh ingin putus?
Teriakan kepedihan muncul di tenggorokannya, menyesakkan namun tak dapat berlalu keluar sama sekali. Beberapa saat telah berlalu ketika suara Shi Guang akhirnya kembali. Begitu lemah dan lembut, suara itu bagai hampir menyatu dengan debu yang ada didekatnya, "Putus? T-tepat setelah kita berdua melakukan...itu? Lu Yanchen! Apa arti dari semua ini?"
Ekspresi dingin Lu Yanchen tak bergeming sedikit pun. "Siapa yang telah menggodaku untuk menghampiri dirinya semalam? Lagipula, siapa yang memelukku dengan eratnya, memohon agar aku tidak berhenti? Kau pun sama-sama telah merasakan kenikmatan semalam."
Shi Guang merasa seperti dirinya baru saja tersambar petir, ia ternganga keheranan dengan mata mendelik ke arah lelaki ini, yang sosoknya sangatlah berbeda dari apa yang ada dalam ingatannya. Tak dapat mengendalikan badannya yang gemetaran saat ini, ia hanya mampu melontarkan sepatah kata, "M-Mengapa?"
"Bosan." Setelah Lu Yanchen menjawab, ia berbalik memutar pandangannya ke jendela dengan sebuah senyum samar yang terbersit di wajahnya.
Dalam pandangan Shi Guang, senyum itu tak ubahnya seperti penghinaan.
Pria ini baru saja mengatakan bahwa ia mencintainya semalam sebelumnya! Betapa teganya dia? BETAPA TEGANYA DIA!
Wajah Shi Guang kini seputih salju dengan rasa sakit dan pedih yang tajam menghujam hatinya, menekan saraf-sarafnya, dan menebarkan kepedihan ke seluruh tubuhnya. Sebuah kegelapan yang mirip dengan mantra yang membuat pingsan menyambarnya; satu-satunya alasan yang membuatnya tidak terkulai pingsan adalah jari-jarinya yang terkepal dengan kuat.
Tiba-tiba, udara di sekitar seakan berubah menjadi suram dan dingin, begitu dinginnya hingga membuatnya gemetaran. Atmosfer yang menyesakkan ini merupakan sesuatu yang tak seorang pun mampu menahannya bahkan untuk sebentar saja.
Shi Guang pergi.
Seraya suara gema pintu yang dihempas mencapai telinganya, Lu Yanchen mengepalkan tangannya dengan erat. Menahan segala yang ada dalam dirinya, pandangannya tertuju ke arah dimana Shi Guang telah meninggalkannya, lama sekali.
...