webnovel

|| TARUNA || orang bodoh dilihat sebelah mata

Bagaimana rasanya ketika kita sebagai orang bodoh hanya dipandang sebelah Mata !! Rasanya menyakitkan tidak pastinya IYA Nah ini kisahku Asyana Candra Maya ketika menjalani sekolah di SMA TARUNA bersama sesok lelaki humoris yang selalu membuatku tertawa. Ini baru Awal kita terlihat tertawa lihatlah kisah kami selanjutnya semua terjadi di SMA ini. Masa muda yang seharusnya itu menyenangkan hanya karna kegilaan orang pintar orang orang bodoh menjadi sengsara dan tertekan Ini kisahku kisah Nyata dari sesosok gadis desa yang ingin bahagia di sekolahnya.....

NILA_KURNIAWATI · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

Teguran

Melihat tembok ini membuat diriku mengulang kembali kegilaan cinta monyet edisi kita dulu. ketika kita pulang sekolah demi untuk melihat orang yang disayang lewat kita rela naik tembok sekolah untuk menyaksikan dia lewat meskipun hanya sekilas.

---○●○---

BRUK suara itu terdengar setelah aku turun dari tembok rasanya numayan sakit sih di telapak kaki "cepetan keburu masuk" kataku menyuruh Nisa untuk segera loncat dari tembok itu

BRUK...

"CEPET....CEPET...."

Kami berlarian menuju warung di sekitar lingkungan sekolah meskipun kami tidak terlalu mengenal tempat ini tapi kami tau karna pernah melihat ketika pulang sekolah "buk pesen es coklat dua sama nasi kuning dua" ucap Nisa kepada penjual angkringan kecil itu. Segera Kami memakan makanan dan meminum sambil berbincang bicang tentang sekolah ini

"Eh Nis lo sadar gak kelas lo sama kelas gue itu kayak beda" ceritaku kepada Nisa

"Maksdu lo" ucapnya sambil memakan Nasi kuning yang ada di meja

"Sejak kemarin kelas lo itu paling akhir keluarnya sedangkan kelas gue udah satu jam yang lalu"

"Terus"

"Gue males nunggu lo satu jam kelamaan tau...kalau gue duluan pulang boleh gak??"

"Cuman itu"

"Hemm" aku menagguk pelan

"Ya udah gak papa, balik yuk lima menit lagi masuk nih" Nisa berdiri dari kursinya sambil menihat jam yang melingkat di tangannya segera ia membayar semua yang kita berdua makan barusan

---●○●---

"

Gue kok takut, rasanya malah pingin pulang" ucapku menatap dinding berlumut itu lagi yang barusan tadi kita panjat. Meskipun dinding itu terlihat sama tapi rasanya itu berbeda ketika tadi mau keluar ada ketakukan yang mendalam ketika ingin memanjat lagi

"Udah ayo!!!" Seru Nisa diatas ketinggian tembok itu

Tampa berfikir panjang aku segera menaiki dengan selah selah yang ada untuk memudahkan kami ketika meniki tembok itu hingga sampai ke puncak ketinggian benteng BRUK

"Aduh!!! Dasar belum diaba aba udah jatuh duluan" Aku mengusap usap lenganku yang terluka gara gara terjatuh dari ketinggian

"Na lo gak papa" Nisa menolongku dengan cara membantuku berdiri "makannya hati hati jangan langsung turun"

"Sekali punya jiwa laki laki boleh gak sih mau gue manfaatin buat hal beginian" kataku berdengus kesal sebari membersihkan noda noda kotoran hijau kehitaman yang ada di rok dan bajuku

"Hey kalian mau ngapain" teriak seorang satpam menuju kemari dengan membawa tongkat ditanggannya "habis loncat yaaa"

"Emmm" jawab kami binggung. Mau jawab iya takut kena marah mau jawab tidak tapi kok gini sih ngelihat bajuku aja udah menujukkan kami habis lompat, rasanya binggung pingin jawab apa kamipun memilih untuk tidak menjawabnya

"Ikut bapak ke ruang BK" bapak itu tegas menyuruh kami ke BK dengan tatapan melotot menyeramkan alhasil terpaksa kami mengikutinya dari belakang

---○●○---

"Permisi pak ini mau lapor dua anak ini keuar sekolah tanpa izin ditambah lagi mereka keluar tidak lewat pager tetapi lewat gedung belakang sekolah" lapor pak sapam kepada kepala sekolah yang bernama pak Budi.

Pak Budi mengagguk dan melambaikan tangannya agar satpam ini pergi tersisa hanya kami berdua. Ruangan tertutup korden ruangan yang awalnya terbuka benjadi tertutup hanya tersisa satu lampu kecil pencahayaan nya pun redup

"Kalian paham tidak cara kalian melompat pagar itu bisa merusak nama baik sekolah kita ada" gebrukan meja pak Budi membuat kita berdua kaget dan hanya terdiam menunduk kebawah "apalagi kalau warga daerah sini tau kalau murid seperti kalian bisa ketrima disini. Kalian itu perempuan paham!!! bukan laki laki"

Sekolah kami memang terletak di tengah permukiman warga berbeda dengan sekolah lainnya yang letaknya hanya ada di depan jalan raya.

"Gini aja biar gampang, hal seperti ini idenya siapa dan kalian berdua dari kelas mana?"

"Itu ide saya pak" jawabku berbohong sambil menunduk sedikit untuk menghormati yang lebih tua "Saya dari kelas IPA 4"

"Kalau saya dari IPA 6, maafin kami pak!! kami gak bermaksud buat kerusuhan ini gara gara satpamnya kelihatan galak terpaksa harus naik tembok itu"

"DIAM KAMU!!!" Bentak pak Budi membuat kami semakin takut "bapak gak butuh penjelasan mu. Hari ini bapak maaffin besok besok jangan di ulangin paham"

"Paham" kataku dan Nisa. dengan segera kami keluar dari ruangan besar itu dan pergi menuju kelasnya kita masing masing

---●○●○---

"Perkenalkan nama saya Arya vero Prasetya motivasi saya sekolah sini karena ingin belajar dan juga dipaksa oleh orang tua tapi--" suara itu terdengar sampai depan ruangan saat aku berjalan ingin memasuki kelas kuketuk pintu depan kelas hingga suara Arya pun terhenti karna ketukkanku seluruh isi kelaspun memandangiku

"Maaf kak telat" kataku kepada kakak osis yang mengurus orientasi hari ini

"Tak sia saya sekolah disini karna bisa ketemu dia" lanjut perkataan Arya yang telahku potong dengan ketukkan pintu. Membuat semua orang yang menoleh kearahku berganti menoleh kearah Arya dengan mimik wajah kaget

"Heh masih kecil belum cukup umur" ucap salah satu kakel perempuan yang sedang berdiri di depan meja guru

"Kamu Asyana kan?? silahkan duduk habis ini gantian kamu"

---●○●---