webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
275 Chs

Malam Terakhir

Zen sebenarnya belum mengatakan pada semua wanitanya tentang kepergiannya dari dunia ini. Zen saat ini berfokus menyelesaikan semua masalahnya saat ini. Dia sebenarnya bisa saja langsung meninggalkan dunia ini, namun dia ingin menyelesaikan beberapa masalah seperti fasilitas yang dicurinya, yang tidak mempunyai orang yang bertugas mengawasinya saat ini.

Walaupun Irene bisa melaukakan pengawasan, tetapi semua barang yang dicurinya dari Rath harus mempunyai orang yang menjaganya dan pilihan itu jatuh kepada Rinko.

Saat ini dia sudah berada diruang keluarga rumah ini bersama semua wanitanya saat ini. Asuna, Lisbeth, Silica, Suguha, Yuna, Sinon, Aki, Rinko dan putrinya Yui saat ini duduk dihadapannya saat ini.

"Baiklah, sekarang aku akan mengumumkan sesuatu" kata Zen. Semua wanita yang berada disitu mulai menatap Zen. Karena melihat dari ekpresinya, Zen saat ini sangat serius.

"Dua hari lagi, aku akan meninggalkan dunia ini" kata Zen selanjutnya.

Mendengar ini semua wanita Zen mulai membulatkan matanya karena terkejut akan perkataan dari Zen saat ini. Bahkan Yui yang selalu tahu tentang Papanya sangat terkejut, karena baru mendengar perkataannya tersebut.

"A-Apa mahsutmu Zen?" tanya Asuna.

"Seperti yang kalian ketahui, aku mempunyai kemampuan untuk berpindah dunia, dan saat ini waktuku didunia kalian telah selesai, dan sekarang aku akan pergi kedunia selanjutnya" kata Zen.

"Apakah Papa akan meninggalkan Yui lagi?" tanya Yui yang saat ini sudah terlihat air mata turun membasahi pipinya.

"Tenanglah, Papa akan selalu mengunjungi kalian" kata Zen.

"Tidak bisakah kami mengikutimu Zen?" tanya Lisbeth kemudian.

"Sebenarnya bisa, namun dunia yang kutuju saat ini sangatlah berbahaya. Tempat itu berbeda dengan dunia ini. Bisa dikatakan, orang – orang disana sama sepertiku" kata Zen.

"Apakah mereka bisa berpegian ke dunia lain sama sepertimu dan datang kesini, lalu menghancurkan dunia kami Zen?" kata Rinko yang merasa khawatir dengan perkataan Zen itu.

"Untuk itu tenanglah. Kekuatan berpindah dunia, saat ini hanya dimiliki olehku, namun kekuatan yang lainnya seperti yang kutunjukan sebelumnya, bisa dipastikan mereka memilikinya, bahkan lebih hebat dariku" kata Zen.

"Kenapa kamu harus pergi kesana Zen? Tidak bisakah kamu tinggal disini saja bersama kami?" tanya Suguha yang khawatir dengan Zen setelah mendengar perkataannya itu.

"Maafkan aku, walaupun aku sangat ingin, namun aku harus tetap pergi kesana" kata Zen.

Mendengar itu, ruangan tersebut sangat sunyi saat ini. Mereka semua saat ini masih memikirkan perkataan Zen sebelumnya. Bisa dilihat raut wajah kesedihan diwajah mereka, namun mereka memutuskan untuk tetap tenang untuk saat ini.

"Tapi kami ingin kamu berjanji Zen, pastikan kamu tidak meninggalkan kami apapun alasannya" kata Aki.

"Aku berjanji. Aku tidak mungkin melupakan kalian dan kupastikan aku akan kembali kesini dan mungkin membawa kalian kesana, setelah kekuatanku cukup untuk melindungi kalian." Kata Zen.

"Baiklah kami pegang perkataanmu Zen" kata Asuna

"Tenanglah, aku mempunyai Aki yang bertugas menjaga kalian karena dia merupakan seorang perawat dan dokter yang handal." Kata Zen, dan membuat Aki tersenyum mendengar perkataannya itu.

"Lalu ada Yuna, seorang wanita yang menangani semua keuanganku serta dia mempunyai perusahaan yang besar sebagai bendahara dikeluarga kita" kata Zen kemudian menatap Yuna. Memang semua kekayaan Zen sudah dipindahkan atas nama Yuna, untuk menjaga asetnya saat ini, karena menurutnya saat ini Yuna adalah yang paling kompeten.

"Lalu ada Rinko yang akan menjaga semua fasilitasku saat ini, dan terlebih lagi Asuna, Lisbeth, Suguha, Sinon, Silica yang masih mengejar cita – cita mereka. Dan aku pastikan akan melihatnya setelah mereka mencapainya" kata Zen menatap mereka satu persatu.

"Dan tidak lupa putriku yang imut, sebagai bidadari yang berada dikeluarga kita saat ini. Semua itu, tidak mungkin membuat aku melupakan kalian, karena kalian merupakan orang – orang yang sangat kucintai." kata Zen mengakhiri perkataannya kepada semua wanitanya.

Akhirnya suasana diruangan itu mulai menghangat, yang sebelumnya sangat dingin karena mereka tidak ingin berpisah satu sama lainnya. Namun setelah Zen menjelaskan itu, mereka mulai tersenyum kembali.

Akhirnya mereka mengobrol ringan ditempat itu. Rinko yang merupakan orang baru ditempat itu, cepat berbaur dengan mereka dan mulai bercakap hangat satu sama lain.

Setelah beberapa lama, Rinko memutuskan kembali atas perintah Zen, karena dia tidak ingin pemerintah mencurigainya, karena menghilang dan yang lainnya kembali kekamar mereka dirumah ini.

Namun dilorong menuju kamar mereka, Asuna membisikan sesuatu kepada Lisbeth, mendengar bisikan itu Lisbeth sangat terkejut. Walaupun perkataan Asuna itu bukanlah rahasia umum dari semua wanita Zen kecuali putrinya, namun tetap saja Lisbeth masih terkejut.

"T-Tetapi, apakah kamu yakin Asuna?" tanya Lisbeth.

"Tenanglah, dia akan pergi, aku ingin kalian merasakan cintanya dengan utuh." Kata Asuna.

Asuna bisa dikatakan sebagai wanita utama dari Zen, dikarenakan dia saat ini tidur sekamar dengannya. Semua wanita lain memaklumi itu, karena Asuna merupakan wanita pertama dari Zen, walaupun Suguha merupakan wanita pertama yang bertemu dengan Zen dari pada yang lainnya.

"B-Baiklah kalau begitu" kata Lisbeth memerah.

"Kalau begitu selamat bersenang - senang" kata Asuna meninggalkan Lisbeth yang masih merona ditempat itu, sedangkan Asuna lalu pergi kekamar Yui, dan berniat untuk tidur disana untuk malam ini.

"Mama akan tidur disini?" kata Yui setelah Mamanya itu langsung berbaring dan memeluknya saat ini.

"Apakah tidak boleh?" tanya Asuna kemudian.

"Tentu saja boleh, Yui sangat senang" kata Yui sambil memeluk Mamanya itu.

.

.

"A-Asuna menyuruhku menemanimu malam ini Zen" kata Lisbeth dengan gugup.

"Menemani untuk apa Lisbeth?" goda Zen yang saat ini mendekat kearah Lisbeth.

"U-untuk.. U-ntuk" perkataan Lisbeth tergagap karena dia terlalu malu untuk mengucapkannya.

Namun dagu Lisbeth diraih oleh Zen dan mengankatnya sehingga tatapan mereka saat ini beradu. Zen lalu dengan lembut mendekatkan wajahnya kearah Lisbeth. Ciuman yang awalnya lembut itu akhirnya berubah menjadi lumatan nafsu yang saling berburu satu sama lainnya.

Zen akhirnya mendorong pelan Lisbeth ketempat tidurnya, dia mulai menanggalkan semua pakaiannya saat ini, sedangkan Lisbeth masih sabar menantikan tindakan selanjutnya dari pria yang mendorongnya itu.

Dengan sigap Zen langsung menindih tubuh Lisbeth dan membuka perlahan pakaian dari wanita itu, sambil menciumi satu persatu anggota tubuh dari Lisbeth. Perbuatan itu menimbulkan erangan nikmat dari Lisbeth.

Setelah selesai menyelesaikan kegiatan awal mereka, akhirnya kedua pasang manusia bertubuh polos itu akan melanjutkan permainan mereka.

"Aku mencintaimu Lisbeth" kata Zen sambil bersiap memasuki lubang kenikmatan dari Lisbeth.

"Aku juga mencintaimu Zen" balas Lisbeth dan akhirnya dia merasakan sesuatu yang besar memasuki dirinya, melalui tempat yang sangat spesial baginya.

Malam itu manjadi saksi, dimana mereka berdua saling beradu erangan kenikmatan, hingga mereka kelelahan dan terlelap sambil memeluk satu sama lainnya dan menikmati apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya.