webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
275 Chs

Kota Ur

Ilwa saat ini akhirnya melihat Zen, Shea dan Yue keluar dari tempat ini. Dia masih mengingat pesan yang dituliskan oleh gurunya itu melalui kata – kata rahasia, yang mungkin akan dimengerti oleh beberapa muridnya saja.

"Berhubungan baiklah dengan mereka."

Begitulah isi pesan rahasia yang terselip dibeberapa kata dalam surat tersebut. Ilwa tidak bodoh dan dengan cepat mengerti dengan mahsut pesan itu, dikarenakan isi status plat dari ketiga orang itu yang diatas normal saat ini.

Bisa dianggap, status mereka melebihi beberapa pahlawan yang dipanggil oleh pihak gereja saat ini. Namun Ilwa memiliki perasaan lain, karena instingnya merasakan bahwa Zen dan kelompoknya kelak akan menguncang dunia ini.

Zen, Shea dan Yue mulai keluar dari gedung Guild Adventure itu. Mereka memutuskan untuk menjalankan misi itu besok, dan memutuskan berkeliling dikota ini terlebih dahulu. Zen selama berada didunia ini, belum pernah sekali mengelilingi sebuah kota yang lumayan makmur.

Walaupun dia pernah berada dikota Brook, tetapi kota ini berbanding terbalik dengan kota tersebut, karena bisa dikatakan kota ini lebih terlihat maju saat ini.

"Jadi apa yang kita lakukan sekarang Zen?" tanya Yue.

"Kencan" jawab Zen singkat.

"Kencan?" kata Yue dan Shea terkejut.

"Ya, aku ingin kita fokus untuk bersantai hari ini" kata Zen.

Akhirnya mereka bertiga mulai mengelilingi kota tersebut, sambil membeli beberapa barang dan makanan ringan untuk menikmati waktu mereka bersama. Banyak mata menatap mereka saat ini, namun setelah kabar tentang mereka bertiga yang terjadi pada Guild Adventure tersebar luas, mereka akhirnya hanya berani menatap mereka.

Namun kabar tentang Shea, yang merupakan manusia kelinci langka, akhirnya sampai pada organisasi bawah tanah tempat ini. Mereka saat ini hanya mengirim mata – mata mereka untuk mencoba memperhatikan gerak gerik Shea saat ini.

Hari sudah mulai petang, Zen akhirnya memutuskan untuk tinggal disebuah penginapan saat ini. Setelah menemukan penginapan yang cocok, Zen menyewa sebuah kamar yang mewah dengan tempat tidur yang besar saat ini.

Setelah mereka mendapatkan kunci kamar mereka, Zen akhirnya mulai mebersihkan dirinya terlebih dahulu saat ini.

"Lelahnya" Kata Zen sambil membaringkan tubuhnya ditempat tidur pada kamarnya setelah selesai membersihkan tubuhnya.

Shea dan Yue sendiri saat ini sedang membersihkan diri bersama. Selang beberapa lama kemudian mereka berdua keluar, namun saat ini mereka hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi tubuh polos mereka berdua saat ini.

Yue belum membersihkan dirinya, karena dia mempersiapkan Shea untuk bersiap menjalani malam hangat bersama Zen yang sudah direncanakannya.

"Jadi sekarang kalian bedua akan menggodaku?" kata Zen yang memperhatikan kedua wanita itu mencoba menggodanya saat ini.

"I-Ini idenya Yue, Z-Zen-san" kata Shea yang masih malu – malu, karena Shea diajak oleh Yue saat ini.

"Benarkah?" kata Zen sambil beranjak dari tempat tidurnya dan mendekat kearah Shea yang masih malu saat ini.

"Y-Yue, m-mengapa kamu bersikap santai?" kata Shea yang melihat perempuan yang bersamanya itu hanya tersenyum kepadanya.

"Karena aku menginginkannya" kata Yue sambil menjilati bibirnya.

Melihat Shea masih malu – malu, Zen meraih pinggul dari Shea dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Zen. Shea saat ini masih tertunduk namun Zen mulai meraih dagu wanita kelinci itu, dan mulai menciumnya lembut saat ini.

Shea mulai menikmati ciuman tersebut, hingga handuk yang digunakan itu mulai dilepaskan oleh Yue saat ini. Shea sempat terkejut, namun bibirnya masih dikunci oleh Zen, sedangkan tangan Zen sudah meraih aset kembarnya yang besar itu.

"Ah..." gumamnya lembut, karena ini pertama kalinya dia merasakan ini.

Zen lalu melepaskan ciuman Shea dan mulai mengangkat tubuhnya dan akan membawanya ketempat tidurnya saat ini. Namun setelah Zen mengangkatnya, Zen mencium singkat Yue yang masih memperhatikan mereka saat ini.

Shea sudah ditempatkan ditempat tidur dikamar ini, Yue sendiri setelah menerima ciuman Zen memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dan membiarkan kedua orang itu memulai aksinya terlebih dahulu.

Zen saat ini mencumbu seluruh tubuh dari Shea, bahkan tangannya tidak lepas dari dadanya yang besar itu. Erangan Shea mulai memenuhi ruangan ini, hingga Yue yang sedang berendam dikamar mandi kamar itu bisa mendengarnya.

Yue akhirnya menikmati merendam dirinya, hingga dia mendengar suara erangan kenikmatan yang semakin intens, karena Zen dan Shea sudah mulai menyatu satu sama lain.

"Selamat Shea" gumam Yue.

Selang beberapa lama, karena suara erangan itu sudah terhenti, Yue akhirnya keluar dari kamar mandi, dan memperhatikan Zen yang saat ini baru mengeluarkan asetnya dari lubang kenikmatan Shea, namun asetnya itu masih berdiri tegak.

"Sekarang giliranku" kata Yue yang akhirnya menuju tempat tidur itu, dan melanjutkan estafet aksi panasnya Shea kepada dirinya saat ini.

Akhirnya malam itu dilewati dengan ketiga insan itu, bercinta semalaman hingga subuh dan akhirnya terlelap sambil memeluk satu sama lainnya, dan mengistirahatkan diri dari malam panas yang mereka bertiga alami.

Keesokan harinya, mereka sudah berada di Guild Adventure kembali, dan mengambil surat rekomendasi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka kemarin. Setelah mendengar beberapa kata dari Ilwa, akhirnya mereka pamit dan keluar dari kota tersebut.

.

.

Aiko saat ini sedang makan disebuah restoran khusus pada kota ini. Kota ini memang identik dengan makanan yang mirip dari dunia asalnya sebelum dipanggil kedunia ini. Saat ini dia ditemani beberapa muridnya, yang memutuskan untuk mengikutinya kekota ini.

Tidak jauh dari sana, beberapa ksatria yang bertugas menjaga mereka juga berada disini, namun mereka disini bukan menjaga kelompok Aiko, tetapi mereka mencoba merebut hati dari Aiko saat ini.

Berbeda dengan murid- muridnya yang lain saat ini bisa menikmati makanan mereka dengan tenang, Aiko saat ini sedang memikirkan seorang muridnya yang hilang saat ini.

"Tenanglah Aichan-sensei, Shimizu pasti akan ditemukan" kata muridnya yang bernama Yuuka.

"Aku hanya tidak ingin kehilangan murid lagi" kata Aiko didalam hatinya sambil menyembunyikan perasaannya itu kepada murid – murid yang mengkhawatirkannya itu.

"Maafkan aku membuat kalian khawatir" kata Aiko.

Mereka mulai memakan makanan mereka, hingga pemilik dari restoran tersebut datang menghampiri mereka dan menanyakan apakah mereka puas dengan makanan yang dihidangkan kepada mereka saat ini.

"Enak, seperti biasa Pemilik-san" kata Yuuka.

"Syukurlah, aku pikir rasanya akan berbeda karena kami saat ini mengurangi jumlah rempah yang kami pakai" kata pemilik restoran itu.

Pemilik restoran itu, mulai menceritakan tentang keadaan pegunungan utara, hingga terhambatnya pengiriman bahan makanan saat ini. Hingga dia menceritakan bahwa ada beberapa petualang yang akan membantu mereka.

Selang beberapa lama kemudian, tiga orang masuk kedalam restoran tersebut. Bukan tanpa alasan mereka masuk kesana, yaitu ingin menunjukan rupa mereka pada seseorang saat ini. Pemilik restoran itu berpamitan dengan Aiko beserta muridnya dan menyambut pengunjung yang baru masuk itu.

"Bisakah kami memesan ruang VIP rumah makan ini?" tanya Pria yang memimpin kelompok itu.

"Tentu saja, mari saya antarkan" kata pemilik restorant itu.

Aiko sempat terkejut dengan suara dari pemimpin pria tersebut, karena suaranya sangat akrab. Aiko memutuskan untuk mengintip siapa pria tersebut, dan dia langsung membulatkan matanya saat ini.

"Zen!"