Saat ini, beberapa orang mulai menghadapi sebuah golem es setelah melewati beberapa rintangan ditempat ini. Memang diantara mereka melaluinya dengan mudah, karena rintangan ini tidak ada apa – apanya bagi mereka.
Suzu, Kouki dan Ryutarou sangat kesusahan melawan lima buah golem yang menyerang mereka masing – masing. Sebenarnya Zen ingin membantu mereka, tetapi dia tahu jika dia melakukan hal tersebut, mereka akan langsung gagal melewati ujian ini.
"Cih... diamlah" teriak Kouki setelah mendengar berbagai bisikan dikepalanya.
Selain melawan para golem, beberapa dari mereka mendengar berbagai hal yang membuat mereka sedikit emosi. Zen dan beberapa wanita yang lainnya masih santai menghadapi bisikan tersebut, karena mereka menyadari bahwa bisikan tersebut hanya mencoba memprofokasi mereka.
"Apakah kita tidak perlu membantu mereka Zen?" tanya Kaori yang mengkhawatirkan teman – temannya saat ini.
"Jika mereka menyerah, kita akan membantunya. Tetapi saat ini biarkan mereka menghadapinya" kata Zen sambil beristirahat dan menyaksikan perjuangan ketiga orang yang masih bertarung tersebut.
Mereka sudah melewati berbagai rintangan untuk sampai disini, diantaranya bertemu berbagai monster, mayat hidup yang sepenuhnya sudah menjadi Es lalu mereka melewati kabut bersalju yang membuat mereka sangat kesusahan mencari jalan keluarnya.
Untung saja Zen mempunyai kompas dari Lyutillis dan bimbingan dari adiknya Irene, dan dapat melewati area tersebut dengan sangat mudah. Lalu salah satu dari mereka terkena jebakan yang membuat mereka membeku hingga saat ini mereka melawan masing – masing lima buah monster golem.
"Akhirnya!" teriak seseorang yang akhirnya mengalahkan lima buah golem yang dilawannya.
Sekarang hanya tersisa Suzu dan Kouki, mereka dengan mati – matian melawan mereka. Sebenarnya Kouki bisa melawan mereka dengan mudah, jika dia menggunakan pikiran yang jernih untuk melakukannya.
Akhirnya selang beberapa lama kemudian, akhirnya mereka berdua selesai. Dengan nafas yang berat, mereka menuju ketempat Zen dan lainnya berkumpul dan Zen menyuruh mereka berdua istirahat sebentar ditempat ini. Tetapi tidak lama kemudian, Zen memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka.
"Baiklah kita lanjutkan perjalanan kita" kata Zen setelah melihat kabut yang menutupi tempat ini sepenuhnya menghilang, dan digantikan sebuah pintu masuk yang terpampang didepan mereka saat ini yang berwujud sebuah portal.
"Kuingatkan sekali lagi, apapun yang terjadi, jangan terpengaruh" kata Zen sebelum membimbing semua kelompoknya memasuki sebuah portal saat ini.
Zen yang sudah memasuki sebuah portal, akhirnya sudah berpisah dengan yang lainnya. Dia saat ini berada disebuah lorong Es dan mulai mengikuti lorong tersebut membawanya. Semakin jauh dia berjalan, akhirnya dia sampai disebuah tempat dimana semua area pada tempat ini merupakan Es yang memantulkan rupanya.
"Akhirnya sudah dimulai, aku ingin tahu seperti apa kegelapan hatiku yang kurasakan saat ini" kata Zen setelah melihat bayangannya yang terpantul dari permukaan Es yang jernih ini, karena gerakannya sangat berbeda dengan miliknya.
"Hahahahahaha" suara tertawa mulai menggelegar ditempat ini.
Bayangan Zen yang sebelumnya merefleksikan dirinya pada tempat ini, perlahan mulai keluar dan saat ini menatapnya dengan senyum mengejek pada wajahnya yang tampan. Berbeda dengan jubah Zen yang putih, bayangan didepannya menggunakan pakaian berwarna hitam saat ini.
"Lihatlah siapa yang datang ditempat ini. Seorang pria yang merasa beruntung bisa berpindah kedunia lain seperti keinginannya" kata Iblis Zen didepannya.
"Yap, aku memang sangat beruntung" kata Zen singkat dan menatap bayangannya dengan santai.
"Owh... benarkah? Termasuk mengumpulkan semua wanita yang hanya bisa kamu bayangkan?" kata Iblis Zen dengan senyum mengejek. Tetapi sebelum Zen menjawab perkataan pria didepannya, Iblis Zen kembali berbicara saat ini.
"Tetapi apakah kamu yakin mereka mencintaimu dengan tulus? Mereka hanyalah sebuah imajinasi seseorang, dan menurutmu mereka benar – benar nyata? Sadarlah orang bodoh, menurutmu jika orang yang melakukan ini kepadamu bisa mewujudkan dunia ini, berarti dia bisa menghapusnya dan mungkin semua hal yang sudah kamu perbuat, akan menjadi bayangan yang selalu kamu bayangkan saja selama ini" kata Iblis Zen didepannya.
Memang, Zen sempat terpengaruh oleh perkataan pria didepannya, namun dia merasa bahwa dirinya didunia sebelumnya sudah mati. Inilah kehidupan yang diberikan kepadanya saat ini, dan dia sangat bersyukur menjalaninya apapun yang terjadi.
"Hm... perkataanmu ada benarnya, tetapi orang tua mana yang akan membiarkan anaknya menjadi menderita seperti apa yang kamu katakan itu?" kata Zen, karena dia mengingat perkataan orang yang mengirimkannya ketempat ini.
"Kamu bisa dianggap keturunanku, karena 1% kekuatanku yang kuberikan kepadamu" begitulah kata sebuah siluet cahaya dahulu, saat mengirim Zen untuk memulai petualangannya.
"Tetapi apakah kamu mempunyai kekuatan untuk menahannya" kata Iblis Zen dan mulai melesat kearah Zen.
Zen dengan sigap mengeluarkan katananya dan bersiap melawan orang didepannya. Mereka semakin mendekat dan Zen mulai mengayunkan pedangnya untuk menebas orang didepannya. Namun sesuatu terjadi dan membuat Zen terkejut akan kejadian ini.
..........."
"Hah?" kata Zen yang melihat Iblis Zen sudah terkapar dengan tubuh bagian atas dan bawahnya sudah terbelah.
"Apa yang terjadi?" tanya Zen.
[Tentu saja Labirin ini tidak bisa menyalin kekuatan Kakak sepenuhnya] kata Irene. Memang sebagian kekuatan Zen berasal dari Sistem dan tentu saja labirin ini tidak bisa menyalinnya saat ini, terutama statusnya yang sudah melebihi semua mahluk yang berada didunia ini.
"Lalu apakah aku sudah mengalahkannya?" tanya Zen kemudian.
Tetapi pergerakan perlahan mulai terlihat dari seseorang yang dilawan Zen sebelumnya. Walaupun tubuhnya sudah terbelah dua, Iblis Zen saat ini menatap Zen dengan intens dan mengatakan sesuatu sebelum kematiannya.
"Apakah kamu yakin meninggalkan Orang Tua angkatmu, Saudara angkatmu dan teman masa kecilmu pada kehidupanmu sebelumnya?" kata Iblis dari Zen dan mulai meninggal ditempat itu.
Zen yang mendengar hal itu semua, mau tidak mau mulai memikirkan orang – orang yang baik kepadanya dahulu. Namun dia mengingat satu perkataan orang tua angkatnya yang selalu dia ucapkan kepada Zen.
"Kamu harus menjalani kehidupan yang kamu mau, walaupun itu mengorbankan sesuatu yang berharga darimu"
Begitulah percakapan dirinya dengan orang tua angkatnya dahulu, saat menguatkan dirinya saat kehilangan orang tuanya dahulu. Zen mulai tersenyum setelah mengenang kehidupannya dahulu dan mulai berjalan kearah jalan keluar yang disediakan ditempat ini dan tidak menghiraukan bayangannya yang sudah menghilang saat ini.
Ditempat lain, semua wanita Zen dan beberapa teman sekelasnya berusaha melawan Iblis hatinya. Terutama beberapa orang saat ini yang ternyata terpengaruh oleh bayangan mereka yang mereka lawan saat ini.
"Kamu tahu, perkataanmu itu sangat benar, karena aku mencintai Zen apapun yang terjadi" kata seseorang wanita yang saat ini melawan bayangan didepannya.
Namun yang dia tidak sadari, seseorang pria saat ini menatapnya dengan senyum yang terukir diwajahnya, karena dia melihat salah satu wanitanya bisa melawan intimidasi lawannya saat ini.
"Kerja bagus Shizuku"