webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
275 Chs

Bar

Pada gelapnya malam, seorang pria saat ini dengan tekun dan fokus sedang melakukan sesuatu ditempat ini. Tanah yang datar sebelumnya, sekarang mulai terbentuk secara alami sesuai dengan kehendaknya untuk membuat sesuatu pada tempat yang saat ini dia pijak.

Memang hanya sinar bulan yang sedikit terang menemaninya saat ini, setelah dia menyuruh dua orang terdekatnya untuk mengawasi daerah sekitar, agar kegiatan dirinya tidak diketahui oleh siapapun.

"Baiklah, pondasinya sudah kokoh" gumam pria tersebut yang merupakan Zen.

Zen saat ini memang sudah kembali kesebuah tanah yang dia beli sebelumnya yang terletak pada sebuah tebing yang menghadap lautan yang luas. Zen saat ini sedang membuat rumah yang akan ditinggalinya didunia ini bersama Tio dan Froze.

Walaupun kota ini cukup ramai, tetapi tempat dimana Zen membangun rumahnya masihlah cukup terisolasi, jadi dia dengan percaya diri membangun rumahnya menggunakan sihirnya, tetapi dia masih terus waspada agar kekuatannya tetap tersembunyi saat ini.

"Hm.... sepertinya ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan desain yang kubuat" kata Zen setelah melihat ponselnya yang menunjukan desain rumah yang ingin dia bangun.

Disisi lain, Froze dan Tio masih mengawasi wilayah ini, agar tidak seseorangpun masuk kedalamnya dan menyaksikan Zen membangun rumah mereka. Walaupun mereka melakukannya sangat larut, tetapi mereka tetap waspada.

Sudah beberapa jam mereka melakukan pengawasan dan untungnya tidak ada seorangpun yang mencoba mendekat ketempat ini, dan membuat pekerjaan mereka berdua sedikit ringan dan mereka bisa melakukannya sambil bersantai.

"Aku sudah menyelesaikannya, kalian bisa kesini dan melihat rumah baru kita yang baru saja aku buat" begitulah suara dalam batin mereka, yang berasal dari telepati Zen yang akhirnya menyelesaikan tugasnya.

Tio dan Froze yang mendapatkan sebuah telepati, langsung melesat dari tempat mereka mengawasi daerah ini, dan langsung menuju kearah rumah yang sudah dibuatkan oleh Zen. Dua sosok orang, akhirnya tiba tepat didepan sebuah rumah mewah yang membuat salah satu dari mereka tersenyum melihatnya.

Mansion yang megah, dimana terdapat tiga buah lantai yang menjulang keatas, dan satu buah lantai menempel pada bagaian luar tebing. Lalu pada bagaian balkoni pada lantai ketiga terdapat ruangan terbuka dengan sebuah kolam renang yang langsung menghadap keluasnya samudera.

"Bagaimana?" tanya Zen yang keluar dari rumah tersebut.

"Sangat indah Zen" kata Tio dan dibalas anggukan oleh Froze.

Akhirnya Zen mengajak Tio dan Froze memasuki rumah yang masih kosong yang kelak akan menjadi rumah mereka. Walaupun masih kosong, mansion ini masih memperlihatkan keindahannya. Apalagi pada ruang keluarga, mereka bisa melihat langsung pemandangan laut yang luas, karena bagian tembok mengarah keluar sepenuhnya kaca.

Selain itu, mansion ini dilengakapi dengan beberapa kamar dan Zen menyuruh mereka memilih salah satu untuk dijadikan kamar mereka. Sebenarnya Zen pasti akan tidur sekamar dengan Tio, tetapi Tio memutuskan untuk mendapatkan kamar sendiri walaupun dia akan sekamar dengan Zen.

"Baiklah, besok kita akan membeli perabotan pada rumah ini, sekarang mari kita kegedung perusahaan kita" kata Zen.

Akhirnya mereka beranjak dari sana dan menuju kegedung perusahaan Elite yang sudah dibeli sebelumnya. Penampakan gedung ini tidak termasuk besar, tetapi tanah yang dari gedung ini masihlah sangat luas.

Sehinga Zen langsung membelinya, karena dia bisa memanfaatkan tanahnya yang luas, untuk mengembangkan gedung perusahaannya. Dengan kecepatan yang mereka miliki, mereka mulai memasuki wilayah gedung perusahaan Zen dan akan mengubah sedikit bentuknya agar lebih elegan.

Cukup lama mereka melakukannya, namun bisa terlihat gedung yang tidak terlalu besar tersebut, sudah terlihat sangat sempurna. Zen tidak lupa juga memasang berbagai penutup yang menunjukan bahwa gedung itu juga saat ini mengalami pembangunan bagian belakangnya.

"Mungkin kita akan membangun bagian belakang dengan perlahan" kata Zen.

"Benar Zen, lagipula saat ini kita hanya menjual perhiasan dan pakaian" kata Tio. Karena mereka tidak bisa langsung memunculkan sebuah bangunan yang langsung jadi dan akan membuat mereka dicurigai.

"Yap, tetapi kita mempersiapkan gedung ini agar Yuna menggunakannya dengan nyaman dimasa depan" kata Zen.

Dan selesailah tugas mereka malam ini, setelah gedung yang dibuat Zen sudah terlihat seperti sedang direnovasi, walaupun bagian depannya sudah terlihat sangat megah dengan ukuran gedung yang tidak terlalu besar.

"Kita akan kemana sekarang Zen?" tanya Tio.

"Apakah kalian sudah lelah?" tanya Zen kemudian.

"Kami tidak melakukan apapun sedari tadi Zen, jadi kami tidak terlalu lelah saat ini" kata Tio dan dibalas anggukan oleh Froze.

"Kalau begitu bagaimana dengan kencan malam" kata Zen.

Tentu saja Tio langsung mengangguk mendengar perkataan Zen tersebut dan langsung dengan sigap menggandeng tangan dari Zen dan bersiap untuk memulai kencan mereka pada malam ini.

"Kalau begitu, aku akan kembali ke hotel Master" kata Froze yang melihat Masternya dengan wanitanya akan memulai kencan.

"Kamu juga harus ikut Froze, anggap saja kita sedang berlibur bersama" kata Tio.

"Tapi..." kata Froze yang mencoba menolak karena dia menganggap akan menjadi pengganggu jika dia ikut dalam perjalanan mereka.

"Sudahlah ikut dengan kami Froze" kata Zen dan akhirnya Froze mengangguk dengan ajakan Zen, karena dia tidak bisa menolak perkataan Zen kepadanya.

.

.

"Aku kenyang" kata Tio setelah mereka keluar dari sebuah retoran yang masih buka saat ini.

"Bagaimana denganmu Froze?" tanya Zen kemudian.

"Aku juga sangat kenyang Master" jawab Froze.

Mereka memang sudah berkeliling tempat ini, dan akhirnya memutuskan untuk menikmati kuliner malam pada sebuah restoran yang masih buka. Walaupun beberapa pria mabuk mencoba merayu Tio dan Froze, itu bukan halangan mereka untuk melakukan perjalanan, setelah orang yang menggoda mereka sudah tersungkur dengan gigi mereka terlepas dari mulut mereka.

"Lalu apakah kita akan kembali kehotel Master?" tanya Tio.

"Baiklah, mari kita kem-" Namun perkataannya terpotong setelah meilhat sebuah papan nama didepan sebuah gedung yang bertuliskan nama sebuah bar yang sedang melakukan promo.

"Tunggu, bukankah nama bar ini..." gumam Zen kemudian karena dia mengingat papan nama dari bar yang dia lihat saat ini.

Tentu saja tindakannya membuat Tio yang saat ini menggandeng tangannya bingung karea tindakan Zen yang saat ini menatap sebuah papan nama. Bahkan Froze yang bersikap acuh juga bingung dengan tindakan masternya tersebut.

"Apakah kamu berencana meminum alkohol Master?" tanya Tio kepada Zen, karena dia tahu Zen tidak suka meminum minuman tersebut.

"Ah tidak, tetapi entah mengapa aku ingin mengunjungi tempat ini" kata Zen.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita memasukinya" kata Tio dan dibalas anggukan oleh Zen.

Mereka mulai memasuki gedung itu dan menuju bar yang ingin didatangi oleh Zen saat ini. Walaupun tempat ini lumayan mewah, tetapi penampilan mereka cukup untuk tidak membuat mereka malu jika berada ditempat ini.

Zen mulai memperhatikan sekitar tempat yang mewah ini, dan akhirnya matanya tertuju pada sebuah meja bar, dimana dibagian belakangnya terdapat seorang wanita dengan rambut biru sedang menyiapkan minuman.

"Aku tidak menyangka menemukan dia secepat ini"