Bumi baru, 7777 Masehi.
Bumi ini,
masihlah sama dengan Bumi beribu tahun lalu.
Dibuat semirip mungkin keadaannya,
agar tak terlupakan bagaimana rupa sang Bumi asli. Lautan, tumbuhan, pabrik-pabrik, dan sekolahan, bahkan pasar.
Semuanya serupa.
Lalu disinilah mereka.
Keempat remaja dengan marga yang berbeda-beda, begitupun masa lalunya.
Mereka dipertemukan di ruangan teratas dan terpojok yang cukup untuk membuat mereka selalu terlambat masuk kelas.
Bukan,
mereka tidak di masukkan ke satu kandang yang sama semenjak menginjak jenjang SMA,
melainkan dipindahkan.
Keempatnya,
saat itu langsung mengetahui.
Alasan apa gerangan,
yang membuat mereka terdampar di ruangan terpencil asrama perempuan,
tatkala hendak menaiki tangga kelas menuju 11.
Ya,
semua itu karena satu manusia,
yang tak lain tak bukan,
adalah anak kesayangan sang Kepala Sekolah.
Gadis itu iri kepada keempatnya.
Iri terhadap kejeniusan keempatnya yang tak perlu diragukan lagi,
terlampau malu untuk mengakui,
bahwa dirinya tak lagi menjadi primadona sekolah bapaknya.
Lantas tak lama kemudian,
fitnah-fitnah itu muncul.
Sosiopat.
Anak haram.
Manusia percobaan.
Dan ketiga alasan yang selalu diulang dalam setiap percakapan itu,
akhirnya mampu memukul telak keempatnya hingga diasingkan ke lantai gedung asrama paling atas,
dan paling pojok letaknya.
Gadis itu kemudian merasa senang,
merasa dirinya menang,
memang benar.
Tapi untuk kelompoknya saja.
Bukan untuk keempat manusia yang tak sadar dirinya telah menjadi korban pembullyan.
Mereka terlalu tak ambil perduli terhadap sesuatu yang mereka anggap omong kosong.
Mereka tak perduli jikalau dibenci seluruh dunia,
asal tak mengacau hidup mereka.
Mereka tak perduli kepada caci maki,
jika caci maki itu tak sampai mengambil jatah makan mereka.
Sebab mereka hanya menginginkan apa yang mereka inginkan.
Ya, merekalah keempatnya.
Zen, El, Myra dan Aeghys.
Singkatnya, ZEMA.