webnovel

Young, Wild, & Sexy

Rin menyatakan cinta pada sang Pangeran Sekolah, tapi langsung ditolak. Setelah itu ia memutuskan untuk menjadi musuh di masa depan! Namun, sepertinya ia malah terjebak ke dalam kisah masa muda yang liar dan sexy. Belum soal niat balas dendam pada Pangeran Sekolah terpenuhi, masalah baru kembali menghampiri dirinya ketika sang kakek berniat menjodohkannya dengan anak seorang Mafia! Apa kakeknya sudah gila? Dirinya bahkan masih terlalu muda untuk menikah dan apa ini? Anak seorang Mafia? Penasaran? Yuuk mari ikut gabung dan jangan lupa tinggalkan komen agar aku bisa berkembang! Selamat membaca, semuanya!

sata_erizawa · Teenager
Zu wenig Bewertungen
366 Chs

Sebuah Nama

"Bukan masalah takut atau tidak, tapi berbahaya! Bahaya! Usia kita tuh tidak pantas memegang senjata api!" Omel Rin.

Kei ini gila atau bagaimana sih? Yang benar saja masih di bawah umur tapi bermain dengan senjata api! Mana buat mainan lagi. Itu senjata asli woy!

"..."

"Jika kalian sudah tidak tahan, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kamar!" Ucap Zack yang datang tak diundang.

Zack berdiri tak jauh dari mereka. Menyela pembicaraan Rin dan Kei dengan santainya.

Rin dan Kei refleks menjauh. Rin lega karena merasa terselamatkan.

"Kamar?" Rin tak mengerti. Tunggu? Kamar apa maksudnya?

Zack berjalan mendekat. Rin lebih polos dari yang ia duga. Ini akan menarik karena sang adik, Kei juga sama polosnya dengan Rin. "Hai Rin..."

"Hai, Senior Zack..." Sapa Rin. Dalam hati ia juga senang. Zack ini adalah sosok yang pertama kali ia temui saat pendaftaran siswa baru waktu itu. Zack juga yang memberikan kesan baik pertama saat di Jepang selain keluarganya.

"Kau bisa memanggilku kakak, kau kan adik iparku..." Kata Zack dengan cengiran meneduhkan khas dirinya.

Zack tersenyum. Senyumannya sangat manis. Rin ingat betul bagaimana laki-laki berparas rupawan ini tersenyum. Selalu ikhlas dan meneduhkan, sama seperti ketika mereka pertama kali bertemu. Mungkin Zack tak mengingatnya.

Tapi bagi Rin, saat itu adalah kenangan yang sangat manis. Bertemu di depan sekolah dengan bunga sakura yang sedang bermekaran. Tertiup angin dan terjatuh indah ke bumi.

"Kau akan sangat senang sekali jika kau memanggilku kakak ipar. Uhh, aku sudah lama menunggu momen seperti ini. Sangat tidak sabar saat itu tiba." Tambah Zack.

"Kami belum menikah!" Sanggah Rin cepat. Apaan coba si Senior Zack itu? Kakak ipar? Hiii, itu artinya ia harus mendapatkan surat nikah dulu dengan Kei, kan? Memikirkan menikah dengan Kei yang super dupper menyebalkan itu saja sudah membuatnya merinding.

"Cih, menggangu saja." Gumam Kei. Rada kesal juga acara mainnya dengan Rin terganggu.

"Cie, ada yang kesal..." Goda Zack. Sepertinya ada hal yang menyenangkan sedang terjadi. Namun gagal karena kehadiran dirinya.

"Kakak, kau bilang ada rapat OSIS tadi? Kenapa sudah pulang?" Tanya Kei.

Suara Kei terdengar sangat ketus. Maklum, ia tidak suka jika waktu 'bermainnya' dengan Rin terganggu.

"Oh jadi, kau merasa terganggu karena aku pulang cepat sehingga waktumu bersama adik ipar berkurang?"

"..."

"..."

"Tenang saja, aku akan memberikan privasi pada kalian... "

"..."

"..."

"Lagian aku akan menemui teman lamaku yang baru kembali dari luar negeri."

"Privasi? Kamar lagi?" Rin mulai bingung.

"Teman lama?" Tanya Kei.

"Iya. Teman lamaku. Dia baru pindah dari luar negeri. Dia datang sebagai siswa pindahan. Transferan gitu deh..." Jawab Zack.

"Oh.."

"..."

"Kau ingat Riki Yan?"

"Riki Yan?" Rin memutar memori otaknya. Nama yang tidak asing di telinganya. Dimana ia pernah mendengar nama ini?

Kei ingat betul nama itu. Sosok laki-laki yang mengajarkannya bermain panahan dan menembak. Anak mafia yang terkenal di Amerika.

"Kak Riki? Iya aku ingat. Si flowerboy itu, kan? Sampaikan salamku padanya karena belum bisa menemuinya." Kata Kei.

"Iya. Nanti aku sampaikan."

"Hn."

"Nah kalian, bersenang-senanglah! Kei, jaga Rin baik-baik!... Dan Rin, anggap saja rumah sendiri... Daa..."

"..."

"I..iya, Senior Zack.."

Zack pergi meninggalkan Rin dan Kei untuk menemui teman lamanya itu. Riki Yan.

"Tentu saja aku akan mengajak Rin bersenang-senang." Ucapan Kei yang entah didengar sang kakak atau tidak. Ia lalu menoleh ke arah Rin yang sibuk memandangi arah dimana Zack meninggalkan tempat mereka berdiri saat ini. "Tentu saja aku juga akan menjagamu..." Seringai Kei.

Rin refleks menoleh ke arah Kei. Ia menjauh selangkah. Laki-laki di sampingnya ini terlihat sangat berbahaya. "Hari ini kau terlalu banyak menyeringai, Kei! Lebih baik kau lupakan rencana gilamu itu! Aku pastikan itu tidak akan berhasil!" Kata Rin.

"Aku masih punya daftar panjang hal yang ingin aku lakukan denganmu. Ayo kita bersenang-senang!"

Kei meraih tangan Rin. Rin menghempaskan tangan Kei.

"Aku tidak sudi main denganmu!"

"Kau tidak akan pernah bisa menolak, Rin! Kau ingat posisimu saat ini, kan?"

"KAU..."

"Apa?"

"HAAAAAHHH... Berdebat denganmu memang tak akan pernah ada habisnya." Rin lelah jika harus terus-terusan berdebat dengan Kei. Dari pada kalah, mendingan sudahan saja.

Menyerah?

"Kalau ada habisnya berarti bukan debat denganku." Kei malah menjadi-jadi. Dengan Rin memang akan jarang bosan. Ini hiburan yang menyenangkan, ya walau ia akui, omongan Rin itu pedas juga.

"HAIISHH..." Kesabaran Rin mulai habis.

"Ha ha ha ha..." Kei tertawa renyah.

Beda dengan Rin yang saat ini merasa harus menanyakan sesuatu kepada Kei. Tentang Riki Yan. Sebuah nama yang tak asing buatnya. Nama yang menarik rasa penasarannya ke ubun-ubun kepalanya.

Sebuah nama yang tidak sesederhana itu.

"SEKARANG JAWAB DENGAN JELAS! RIKI YAN ITU SIAPA?" Tanya Rin, ia sangat serius akan hal ini. Nama yang tak asing baginya.

"Kau bertanya apa membentak sih? Ketus sekali. Pakai nada kasih sayang dong, aku ini kan calon suamimu!"

Oke, Kei bermain dengan batas kesabarannya. Ini anak memang minta dipukul kepalanya!

"Jawab saja apa susahnya sih?" Kesal Rin.

"Memohonlah seperti anjing peliharaanku yang manis!"

Pisau... pisau... mana pisau? Kepalanya jadi panas. Berasa kreta uap yang siap jalan. Namun apa daya, Kei itu orang paling egois sedunia yang sialnya memiliki rahasia hidupnya. Mau tidak mau ia harus menurut

"Mas Kei yang ganteng sejagad raya, Riki Yan itu siapa?" Tanya Rin dengan ada yang saangaaat halus.

Kei tersenyum senang. Sekolot-kolotnya Rin, nyatanya masih bisa ia kendalikan, apalagi menyangkut hal yang penting untuk Rin. Rin pasti rela menanggalkan harga dirinya sejenak.

"Oh dia? Dia temannya kakakku. Dulu dia lahir di sini, tapi pindah ke Amerika karena ayahnya memilliki pekerjaan di sana." Jawab Kei.

Sungguh, Rin yakin, nama itu sangat familiar di telinganya. Nama itu seolah-olah ada di daftar paling atas dalam ingatannya.

"Riki Yan Adiguna." Lanjut Kei menyebut nama lengkap Riki Yan.

Riki Yan Adiguna?

Ri-ki Yan A-di-gu-na.

RIKI YAN ADIGUNA!

Riki.

Yan.

Adiguna.

Nama itu.

Riki Yan Adiguna.

Nama itu... nama yang berada di daftar paling atas memori otaknya.

Nama yang begitu menusuk ingatan hingga membuatnya tak bisa melupakannya.

Nama itu, nama yang selalu hadir dalam mimpinya, menguasai malam gelapnya. Membuat banyak kenangan yang tak menyisakan kenangan lain berbagi tempat. 

Nama itu... nama yang begitu sakral saat didengar. Nama yang mengubah segalanya. Nama yang begitu mendominasi hidupnya.

Nama yang tertancap tajam di kepalanya, jantungnya, hatinya, raganya, bahkan jiwanya. Nama yang tertancap tajam dan sangat sulit untuk dilepaskan.. Seperti berakar tunggang, menjerat ke dasar dan tak mau roboh.

Nama itu...

Nama itu...

Riki Yan Adiguna...

Nama yang tak bisa Rin lupakan.

.

.

.

Tiba-tiba semua menjadi gelap...

.

.

.

"RIIIIINNNNNNNNN?"