Di sudut gelap kota Eldoria, tiga anak pengemis bertahan hidup di antara tumpukan sampah dan reruntuhan. Adam Lockheart, Mia Miatsumi, dan Tan Guang Liang hidup dalam kemiskinan yang mencekik, mengais makanan dan menghindari penjaga yang garang. Tak seorang pun tahu latar belakang mereka, dan mereka tak pernah bertanya. Hidup adalah perjuangan setiap hari.
Namun, satu hari tak terduga mengubah segalanya. Seorang pria tua bernama Wei Han, pemimpin kelompok pemberontak yang dikenal sebagai The Capital One, menemukan mereka di jalanan. Melihat potensi dalam diri mereka, Wei Han mengajak mereka untuk bergabung dengan kelompoknya, menawarkan pendidikan dan pelatihan.
"Anak-anak, kamu bisa menjadi lebih dari sekadar pengemis," kata Wei Han, matanya berkilau dengan harapan. "Bersama, kita akan melawan ketidakadilan."
Dengan penuh semangat, mereka mengikuti Wei Han ke markas tersembunyi. Di sana, mereka belajar seni bela diri. Adam berlatih dengan pedang, mempelajari teknik memotong yang anggun dan efisien. Tan memilih tombak, menguasai gerakan cepat dan presisi yang dibutuhkan untuk menjadi prajurit handal. Sementara Mia berfokus pada panah, mengasah keahliannya dalam menembak dari kejauhan.
Bertahun-tahun berlalu, dan ketika Adam berusia 19 tahun, Tan 18, dan Mia 16, mereka telah menjadi prajurit paling kuat di The Capital One. Keberanian dan keterampilan mereka membawa perubahan, menjadikan mereka kapten meski masih muda. Wei Han bangga melihat perkembangan mereka, yang dulunya anak-anak terlupakan kini menjadi pejuang pemberani.
Suatu hari, mereka ditugaskan untuk membebaskan Enril Village dari perbudakan yang dijalankan oleh pihak kerajaan. Misi itu penuh risiko, tetapi mereka maju dengan tekad. Dengan strategi cermat dan keterampilan bertarung yang luar biasa, mereka berhasil membebaskan para tawanan dan membawa harapan baru bagi desa tersebut.
Namun, saat mereka kembali ke markas, suasana damai yang mereka harapkan sirna dalam sekejap. Markas The Capital One telah hancur, diserang oleh pasukan kerajaan. Api berkobar dan jeritan memenuhi udara. Adam, Tan, dan Mia berlari menuju tempat di mana Wei Han biasa berdiri, hanya untuk menemukan sang guru tergeletak di tanah, terluka parah.
"Tidak… Wei Han!" Tan berteriak, berlutut di sampingnya. Dia menggenggam tangan Wei Han, yang kini lemah.
Wei Han tersenyum lemah, menatap wajah murid-muridnya. "Kamu… telah tumbuh kuat. Teruskan perjuangan ini… untuk kebebasan."
Tetesan air mata mengalir di wajah Tan saat Wei Han menghembuskan napas terakhir, meninggalkan mereka dengan kehilangan yang mendalam. Saat kegelapan menyelimuti hati mereka, Adam, Mia, dan Tan bersumpah untuk meneruskan perjuangan Wei Han, siap untuk menghadapi kegelapan yang mengancam Eldoria.