webnovel

You Will Be My Queen

Faniya Dwi Putri Wahyudi wanita memiliki tubuh besar dan tinggi membuat banyak lelaki menghindar dari nya akibat tinggi tubuh nya yang mencapai 171cm dan berat badan yang mencapai 90kg tapi hal tersebut tidaklah membuat semangat nya menurun malah bertambah membara semangat nya untuk kurung namun makan masih saja banyak dan jarang berolahraga, Semangat untuk sukses tapi malam belajar dan selalu saja menghabiskan waktu keluar dan keluar nya bukan untuk shoping atau berpoya poya melainkan untuk mengenyangkan perut nya. Dia memiliki lelaki yang di sukai nya yakni Rendi Adijaya Triono yang terkenal cuek dan dingin terhadap siapapun dan sama sekali tidak pernah mencintai wanita dengan tulus tapi entah kenapa dia bisa mencintai Faniya yang sama sekali tidak masuk dalam kriteria nya apa lagi jika di bandingkan dengan banyaknya wanita yang mendekati nya. Ryhan Purnama Darmawan lelaki tampan yang terkenal dingin kepada siapapun kecuali Faniya, Dia memiliki tinggi tubuh yang mencapai 182cm dan berat badan hanya 60kg berteman dekat dengan Faniya dan memiliki perasaan kepada Faniya, Jika di bandingkan soal fisik kedua nya sangatlah tidak cocok tetapi itu bukan pengahalang untuk Ryhan yang primadona sekolah sejak duduk di sekolah dasar mencintai Faniya yang sama sekali tidak bagus segi fisik.

Suci_lestari · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
36 Chs

Part 21

"Heh, Aku yang ngomong sama kamu" ucap Ryhan yang bisa mendengar ucapan nya.

"Iya tau, Gue juga denger kalo lo yang ngomong ngajakin pulang" jawab Faniya dengan wajah datar nya.

"Yaudah ayo pulang bareng" ajak Ryhan kembali dengan menggenggam tangan wanita tersebut.

Faniya tidak menjawab nya dan ikut keluar dari kelas bersama dengan Ryhan. Kedua nya menelusuri lorong kelas dan menuruni anak tangga untuk sampai di bawah. Saat sampai di bawah terlihat banyak orang yang juga akan pulang dan tidak memperdulikan satu sama lain. Kedua tangan orang itu masih menggenggam satu sama lain dengan Faniya yang tidak mau melepaskan nya begitupun dengan Ryhan.

Ryhan menghentikan langkah kaki nya tepat di dekat motor nya. Dia mengambil salah satu helm dan di kenakan nya di kepala Faniya. "Mereka kenapa deket banget sih? Padahalkan tuh cewe jelek" guman Shiren yang kebingungan akan kedekatan Faniya dan juga Ryhan.

Setelah mengenakan helm di kepala Faniya dia beralih mengenakan helm di kepala nya dan naik ke atas motor. Faniya juga ikut naik ke atas motor. Ryhan yang mendapati Faniya sudah memegang almamater nya langsung menghidupkan mesin motor dan memulai perjalanan dengan kecepatan sedang menelusuri jalan menuju ke kediaman mereka.

"Suasana kayak gini gak nyaman banget, Biasa nya gue ngobrol sama Ryhan kalo di motor tapi gue lagi gak mood" guman Faniya dengan tatapan kosong.

Ryhan menatap spion motor nya dan terlihat wanita yang di boncengi oleh nya hanya diam saja sedari tadi. "Tumben, Gak biasa nya dia diemin gue" guman Ryhan.

Beberapa menit menempuh jalan akhirnya motor milik Ryhan terparkir tepat di halaman rumah Faniya yang tidak memiliki pagar. Faniya sadar akan itu dan langsung turun dari motor begitupun dengan Ryhan yang juga ikut turun tanpa melepaskan helm nya. Faniya melepaskan helm yang melekat di kepala nya dan memberikan nya kepada Ryhan. "Makasih ya" ucap Faniya dengan tersenyum lebar menatap Ryhan.

Ryhan ikut tersenyum menjawab ucapan tersebut tanpa anggukan kepala. "Gak mau ajak aku mampir?" tanya Ryhan setelah beberapa detik tersenyum menatap Faniya.

"Gak ada orang di rumah, Papa belum pulang" jawab Faniya akan pertanyaan Ryhan.

"Tante Melisya?" tanya Ryhan dengan memasang wajah polos seperti tidak mengetahui apapun.

Faniya terdiam akan pertanyaan tersebut. "Ayo cerita" guman Ryhan yang berharap akan Faniya yang akan terbuka kepada nya.

"Mama juga gak ada di rumah, Mungkin mama jemput kak Tirtan di bandara" jawab Faniya berbohong.

Ryhan membuang nafas panjang saat mendengar kebohongan dari wanita itu. "Yaudah aku balik ke rumah aku aja" ucap Ryhan dan kembali naik ke atas motor nya.

"Ryhan" Faniya memegang pergelangan lelaki itu dan menghentikan lelaki itu yang hendak melajukan motor.

Ryhan menoleh ke arah nya. "Ada apa?" tanya Ryhan dengan wajah datar nya.

"Entar kalo gue mau main ke rumah gapapa?" tanya Faniya dengan tersenyum menatap nya.

Ryhan diam dan menatap lekat wajah wanita itu. "Kalo gak di izinin entar dia sedih terus di rumah dan kalo pun dia main ke rumah kemungkinan mama bakal ngajakin dia ngobrol dan mungkin bakal lebih terbuka kalo gak sama mama ya sama papa ataupun sama gue, Ah kan biasa nya dia juga main ke rumah bego" guman Ryhan dengan memukul kepala nya.

"Heh? Gimana boleh?" tanya Faniya yang kembali meminta keyakinan kepada Ryhan.

"Biasa nya juga kamu main ke rumah, Ya gapapa lah, Mama pasti seneng entar kalo kamu ke rumah" jawab Ryhan dengan tersenyum tulus menatap Faniya.

"Yaudah sana pulang entar di cariin mama, Entar kalo kak Tirtan belum pulang gue bakal ke rumah, Okee" ucap Faniya dengan mengangkat jari nya membentu oke.

"Em, Okee" jawab Ryhan yang mengikuti nya. Faniya kembali tersenyum.

"Aku nunggu kamu" ucap Ryhan dan melajukan sepeda motor nya dengan kecepatan rendah menuju ke rumah nya yang tidak terlalu jauh dari rumah Faniya.

Faniya yang sudah melihat Ryhan pergi langsung berjalan masuk ke dalam rumah. "Faniya pulang" ucap Faniya saat masuk ke dalam rumah nya. Tidak ada jawaban dari dalam akibat memang tidak ada orang.

Faniya membuang nafas kasar dan berjalan masuk ke dalam kamar nya. Dia terlebih dahulu meletakkan tas dan melepaskan sepatu dan almamaternya dan meletakkan nya di tempat seharus nya. Faniya langsung mendudukkan tubuh nya di atas ranjang dan mengambil ponsel nya. Wanita itu langsung menghubungi kakak nya untuk memastikan apa kakak nya sudah sampai atau tidak tapi sama saja seperti awal, Kakak nya belum bisa di hubungi sama sekali.

"Main ke rumah Ryhan aja gue sebelum kakak atau papa pulang" ucap Faniya dan beranjak dari ranjang nya untuk mengganti pakaian nya.

"Ryhan pulang" ucap Ryhan dengan membawa helm yang biasa ia kenakan dan biasa Faniya kenakan ke dalam rumah.

"Kamu udah pulang sayang?" tanya Ressa yang tengah duduk di ruang utama dengan menonton televisi.

"Iya ma" jawab Ryhan dengan menyalami ibu nya.

"Gimana dessert kamu? Faniya suka?" tanya Ressa.

"Mama tau dari mana kalo dessert itu buat Faniya?" tanya Ryhan.

"Kamu gak inget kalo kamu sendiri yang bilang sama mama dessert nya buat Faniya?" tanya Ressa akibat anak nya yang pelupa. Ryhan mengingat ingat kapan dia mengatakan jika dessert itu untuk Faniya kepada ibu nya.

"Oh iya, Ryhan lupa" jawab Ryhan dengan menyengir menatap ibu nya.

"Jadi Faniya suka sama dessert kamu?" tanya Ressa.

"Faniya semua yang berhubungan coklat dia suka apa lagi dessert itu" jawab Ryhan dengan tertawa.

"Kamu kalo ngejekin makan nya duluan kamu" ucap Ressa.

Ryhan menghentikan tawa nya. "Yaudah Ryhan ke atas" pamit Ryhan. Ressa mengangguk mengiyakan nya dan Ryhan pun langsung berlalu dari sana menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar nya.