webnovel

You Will Be My Queen

Faniya Dwi Putri Wahyudi wanita memiliki tubuh besar dan tinggi membuat banyak lelaki menghindar dari nya akibat tinggi tubuh nya yang mencapai 171cm dan berat badan yang mencapai 90kg tapi hal tersebut tidaklah membuat semangat nya menurun malah bertambah membara semangat nya untuk kurung namun makan masih saja banyak dan jarang berolahraga, Semangat untuk sukses tapi malam belajar dan selalu saja menghabiskan waktu keluar dan keluar nya bukan untuk shoping atau berpoya poya melainkan untuk mengenyangkan perut nya. Dia memiliki lelaki yang di sukai nya yakni Rendi Adijaya Triono yang terkenal cuek dan dingin terhadap siapapun dan sama sekali tidak pernah mencintai wanita dengan tulus tapi entah kenapa dia bisa mencintai Faniya yang sama sekali tidak masuk dalam kriteria nya apa lagi jika di bandingkan dengan banyaknya wanita yang mendekati nya. Ryhan Purnama Darmawan lelaki tampan yang terkenal dingin kepada siapapun kecuali Faniya, Dia memiliki tinggi tubuh yang mencapai 182cm dan berat badan hanya 60kg berteman dekat dengan Faniya dan memiliki perasaan kepada Faniya, Jika di bandingkan soal fisik kedua nya sangatlah tidak cocok tetapi itu bukan pengahalang untuk Ryhan yang primadona sekolah sejak duduk di sekolah dasar mencintai Faniya yang sama sekali tidak bagus segi fisik.

Suci_lestari · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
36 Chs

Part 17

"Udah semua" ucap nya saat seluruh bahan bahan sudah berada di hadapan nya. Ryhan beralih ke lemari bawah, Dia berjongkok dan mengambilkan alat alat yang di perllkan seperti micsher dan banyak lagi alat lainnya.

Ryhan memulai membuat dessert coklat dengan hati hati dan bantuan internet.

Dua jam berlalu, Cukup lama untuk nya membuat dessert box itu, Dia mencicipi rasa nya yang sudah di pisahkan nya tadi. "Enak" ucap nya dengan tersenyum lebar saat sudah mencicipi dessert buatan nya.

"Ya ampun Ryhan, Kamu ngapain malem malem gini?" Ressa kaget saat melihat dapur yang berantakan akibat ulah anak nya.

"Ryhan bikin ini tadi, Coba mama cicip enak apa enggak" ucap nya dengan menyodorkan dessert tadi kepada ibu nya. Ressa menatap tajam ke arah anak nya dan mencoba dessert yang di sodorkan anak nya tersebut.

"Gak terlalu buruk" Ressa nampak tersenyum mencicipi makanan buatan anak nya itu.

"Enak?" Ryhan kembali bertanya kepada ibu nya.

"Em" Ressa kembali mengambil dessert tadi dan melahap dengan cukup lahap.

"Huaa" terdengar sedikit suara menguap, Siapa lagi jika bukan Ryhan, Ressa menoleh ke arah nya dan sangat nampak jika anak nya itu kelelahan.

Ryhan beranjak dari sana dan membereskan bekas alat alat pembuat dessert yang ia gunakan tadi. "Sayang kamu istirahat aja ya nak, Ini biar mama yang beresin" ucap Ressa saat beberapa alat yang baru di bereskan oleh Ryhan.

"Mama juga perlu istirahat, Mama aja yang istirahat" jawab nya dengan menguap.

"Mama bisa istirahat kapan aja, Kamu besok sekolah jadi kamu istirahat sekarang" ucap Ressa dengan tersenyum menatap anak nya.

"Mama gapapa emang nya? Mama gak capek?" tanya nya dengan menatap lekat wajah ibunya.

"Enggak, Udah kamu istirahat sana" ucap Ressa dengan mendorong anak nya. Ryhan terdorong oleh ibu nya dan hendak menaiki anak tangga tapi dia teringat akan dessert yang di buat oleh nya tadi.

"Nak dessert box ini buat siapa?" Ressa yang melihat dessert itu pun bertanya.

Ryhan kembali memundurkan langkah kaki nya dan mengambil dessert tersebut dari ibunya. "Buat Faniya besok" jawab Ryhan dan meletakkan dessert buatan nya ke dalam lemari.

"Hah?" Ressa nampak heran akan anak nya yang berjaga malam hanya untuk membuat dessert untuk Faniya.

"Ryhan ke atas ma" pamit nya dan kembali melanjutkan niat awal nya yakni istirahat.

"Udah, Udah jangan nangis lagi, Minggu depan kakak pulang" Tirtan kembali mencoba membujuk adik nya yang sedang menangis itu, Setelah satu jam Faniya bercerita dan menangis dua jam di hadapan nya tentang masalah yang terjadi.

"Faniya maunya kakak cepet pulang" Faniya terisak akibat sudah terlalu lama menangis.

"Iya, Minggu depan kakak pulang, Janji" nawab Tirtan dengan mendekatkan jari kelingking nya ke ponsel.

Faniya ikut mendekatkan jari kelingking nya. "Awas aja kalo boong" Faniya masih terisak, Mata nya sudah tidak lagi tampan akibat menangis terlalu lama.

"Iya" Tirtan melepaskan kelingking nya.

"Udah tidur, Besok kamu harus sekolah" ucap Tirtan. Faniya mengangguk mengiyakan nya, Dia melepaskan jaket nya dan membuang nya ke sembarang arah, Tirtan yang melihat adik nya hanya menggelengkan kepala nya tidak ada gunanya dia marah saat ini.

Faniya membaringkan tubuh nya dan meletakkan ponsel nya di samping nya agar tidur di temani oleh kakak nya. Tirtan menatap lekat wajah sembab itu, Kesal akan kedua orang tua nya yang sudah membuat adik nya menderita batin.

Setelah serasa sang adik sudah tertidur dia memtikan telpon. Di genggam nya telpon nya dengan rahang yang mengeras. "Kalian tidak becus mengurus adikku" ucap nya dengan nada geram menatap poto keluarga nya yang ada di apartemen nya.

Keesokan pagi nya.

Tok..tok..tok

"Sayang" terdengar suara yang sangat tidak asing mengetuk pintu kamar Faniya dan itu adalah Wahyu.

"Nak" Wahyu kembali mengetuk akibat tidak mendengar jawaban dari dalam.

"Faniya" Wahyu kembali mengetuk, Hawatir mulai menyelimuti hati nya.

"Faniya" Wahyu sedikit berteriak dan berusaha membuka pintu kamar yang terkunci itu.

Ckleek

Pintu terbuka. Faniya yang sudah mengenakan seragam sekolah keluar dari sana. "Syukurlah kamu ga kenapa kenapa" ucap Wahyu dengan wajah lega nya akan anak nya yang tidak apa apa.

"Faniya berangkat" Faniya menerobos tanpa bersalaman kepada ayah nya dan tidak menunjukkan wajah nya kepada ayah nya.

"Sayang sarapan dulu ayo, Papa udah bikin sarapan buat kita" ucap Wahyu.

"Faniya sarapan di sekolah aja pa, Faniya buru buru" jawab Faniya dan langsung keluar dari rumah.

Wahyu membuang nafas panjang, Dia tidak bisa memaksakan anak nya dan hanya bisa membiarkan nya. "Maafkan papa, Karna kesalahan papa dan mama mu kamu jadi tertekan nak" guman nya menatap kepergian anak nya.

Wahyu mengambil ponsel nya dan menghubungi orang kepercayaan nya. "Kamu ikuti Faniya, Jangan sampai dia kenapa kenapa" ucap Wahyu.

"Baik tuan" jawab Terie. Wahyu langsung mematikan ponsel nya dan memilih memasukkan makanan yang sudah di siapkan nya ke dalam kulkas dan setelah itu langsung berangkat kerja menggunakan mobil pribadi nya.

Wajah yang nampak murung, Tubuh yang terlihat lemah berjalan lunglai masuk ke dalam sekolah yang masih cukup sepi akibat jam baru jam 06:30. Faniya tidak memperdulikan itu, Kaki nya terus saja melangkah menaiki anak tangga melewati lorong kelas hingga sampai di kelas nya.