webnovel

You Will Be My Queen

Faniya Dwi Putri Wahyudi wanita memiliki tubuh besar dan tinggi membuat banyak lelaki menghindar dari nya akibat tinggi tubuh nya yang mencapai 171cm dan berat badan yang mencapai 90kg tapi hal tersebut tidaklah membuat semangat nya menurun malah bertambah membara semangat nya untuk kurung namun makan masih saja banyak dan jarang berolahraga, Semangat untuk sukses tapi malam belajar dan selalu saja menghabiskan waktu keluar dan keluar nya bukan untuk shoping atau berpoya poya melainkan untuk mengenyangkan perut nya. Dia memiliki lelaki yang di sukai nya yakni Rendi Adijaya Triono yang terkenal cuek dan dingin terhadap siapapun dan sama sekali tidak pernah mencintai wanita dengan tulus tapi entah kenapa dia bisa mencintai Faniya yang sama sekali tidak masuk dalam kriteria nya apa lagi jika di bandingkan dengan banyaknya wanita yang mendekati nya. Ryhan Purnama Darmawan lelaki tampan yang terkenal dingin kepada siapapun kecuali Faniya, Dia memiliki tinggi tubuh yang mencapai 182cm dan berat badan hanya 60kg berteman dekat dengan Faniya dan memiliki perasaan kepada Faniya, Jika di bandingkan soal fisik kedua nya sangatlah tidak cocok tetapi itu bukan pengahalang untuk Ryhan yang primadona sekolah sejak duduk di sekolah dasar mencintai Faniya yang sama sekali tidak bagus segi fisik.

Suci_lestari · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
36 Chs

Part 15

"Dia bukan anakku, Anakku itu adalah Tirtan yang sudah menjadi orang yang berguna dan selalu membuat aku bangga sedangkan anakmu sama sekali tidak ada guna nya dan hanya menghabiskan uang" Melisya tertawa mengucapkan hal itu, Hati yang sudah sangat membenci anak nya Faniya membuat nya berbuat seperti itu tertawa saat mengucapkan kebodohan anak nya dan kekurangan anak nya.

"Tante Melisya kok ngomong gitu?" Ryhan tidak suka akan ucapan Melisya tadi, Ingin sekali dia menjawab ucapan Melisya itu.

"Anak jelek, Gendut dan tidak memiliki otak seperti nya apa yang di harapakan HAH?" Melisya berteriak kencang.

"Kamu..."

"Papa" terdengar suara yang sangat berat dan sangat di hafal oleh Wahyu membuat Wahyu yang geram dan hendak memukul Melisya mengurungkan niat nya.

Wahyu membalikkan tubuh nya dan membuat Ryhan ikut menatap ke belakang Wahyu melihat siapa yang menghentikan Wahyu untuk memukul Melisya. "Papa dan mama sedang apa di luar? Ini sudah malam, Nanti kalian masuk angin di luar, Ayo masuk" Faniya memegang tangan kedua orang tua nya mengajak kedua orang tua nya itu untuk masuk.

"LEPASKAN" Melisya menepis kasar tangan Faniya yang menyentuh tangan nya itu hingga membuat Faniya menatap bingung ke arah nya.

"Najis" Melisya mengusap tangan nya bekas pegangan tangan Faniya tadi membuat Wahyu kembali geram tapi dia tidak bisa berbuat apa apa di hadapan anak nya.

"Kenapa najis? Memang nya Faniya binatang haram sampe mama bilang gitu?" Faniya menatap bingung dengan wajah polos seperti tidak mengetahui apapun.

"Kamu udah pintar ya tanpa aku jawab kamu sendiri tau jawaban nya" Melisya tersenyum benci akan anak nya, Entah apa yang di pikirkan nya saat ini, Dia merasa sangat membenci anak nya tersebut.

"JAGA UCAPAN MU, Kau itu yang binatang" bentak Wahyu dengan memundurkan tubuh nya ke depan tubuh anak nya.

"Kau ingat aku tidak akan membawa anak tidak berguna ini, Jika nanti dia mengikutiku dia akan merepotkan ku jadi ucapan mu tadi tidak ada gunanya meskipun kau hanya mengingatku untuk tidak membawa anak sial ini tapi aku tidak akan marah hanya saja aku benar benar muak akan anak sial ini" Melisya kembali menebarkan tatapan benci nya menatap Faniya.

"Aku tau jika aku pembawa sial di keluarga ini...."

"Hey kenapa kamu bilang kayak gitu hem? Ayo kita masuk, Kamu sama sekali gak bawa sial buat papa, Ayo masuk" Wahyu membimbing anak nya, Dia tidak ingin hati anak nya terluka akan permasalahan nya dan juga istri nya.

"Aku talak kamu sekarang dan jangan pernah kamu nginjek kaki ke rumah ini lagi" tegas Wahyu saat Faniya sudah cukup jauh dari nya. Meskipun dia sudah cukup jauh dari pintu dia masih bisa mendengar ucapan ayah nya begitupun dengan Ryhan yang berada tidak jauh dari sana dan lebih tepat nya lagi dia berada di dekat kamar Faniya.

Wahyu mmembanting pintu rumah nya untung saja tidak terlepas. "Loh nak kok belum masuk kamar istirahat, Udah malem ini sayang sana istirahat" ucap Wahyu.

Faniya tidak menjawab nya dia hanya diam dan melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kamar nya. Wahyu melihat anak nya masuk ke dalam kamar dan setelah itu berjalan mendekat ke jendela, Dia membuka gorden jendela dan melihat istri nya sudah tidak ada di luar. "Apa yang dia pikirkan sampe dia ngomong gitu tentang Faniya" guman Wahyu yang sangat kebingungan akan istri nya.

"Gimana kabar Faniya ya? Gue jadi kangen sama dia" guman Tirtan yang merindukan adik kecil nya.

Tirtan mengambil ponsel nya yang berada di samping ranjang dan langsung menghubungi adik yang sangat di cintai oleh nya lebih dari apapun.

"Siapa sih" ucap Faniya saat ponsel nya bergetar, Kaki nya melangkah mendekat ke arah ponsel nya dan langsung mengambil nya, Di lihat nya nama kakak nya yang ada di ponsel itu dan itu adalah panggilan vidio.

Faniya menghapus wajah yang sedikit basah dan langsung mengangkat telpon dari kakak nya itu. "Lama banget ngangkat telpon dari gue" Tirtan nampak mengomel saat telpon sudah terhubung sedangkan Faniya hanya diam saja.

Tirtan yang tidak mendengar jawaban dari adik nya kembali menatap lekat ke arah wanita itu dengan tatapan bingung nya. "Lo kenapa? Abis di putusin pacar?" tanya Tirtan dengan nada sedikit meledek.

Faniya masih diam dan belum menjawab nya, Air nya di tahan oleh nya agar tidak keluar. "Hey bodoh, Kamu kenapa? Ngambek kakak udah lama gak telpon?" Tirtan keheranan akan adik nya dan juga hawatir akan apa yang terjadi kepada adik nya.

"Lebih menyedihkan dari itu" Faniya berbicara datar.

"Kenapa sih? Kakak kok ketinggalan informasi, Kamu putus cinta?"

"Bukan" Faniya nampak semakin kesal.

"Dih kek orang udah pernah putus cinta aja jawaban nya" Tirtan meledek adik nya yang tidak pernah berpacaran seumur hidup.

"Ah, Lo nih bukannya ngehibur malah bikin makin kesel tau gak" bentak Faniya dengan tingkah anak anak yang masih melekat di jiwa nya karna umurnya memang masih kecil, Air mata nya kembali menetes mengingat ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut ibu nya.

"Eh eh kok malah nangis?" Tirtan nampak hawatir akan adik nya yang tiba tiba menangis itu.

"Sayang kakak udah jangan nangis, Kenapa kamu nangis? Marah kakak ngeledekin kamu tadi? Maafin kakak, Udah jangan nangis lagi, Jelek tau gak" Tirtan mencoba menenangkan adik nya yang menangis itu dengan mengusap ponsel seperti mengusap kepala adik nya.