webnovel

YOU, ME, DEATH

Cara termudah untuk melupakan mantan kekasih adalah, mereset kembali pikiran. begitulah yang terjadi pada Junghan, pria kaya yang jatuh miskin karena mantannya. Dia bertekad menjadi orang lain dengan menghapus ingannya untuk memulai lembaran baru. Namun, tak semudah yang direncanakannya. satu persatu masa lalu datang padanya.

Vince_Umino · Urban
Zu wenig Bewertungen
20 Chs

Kesepakatan

Masio berlari menuju kantor guru di lantai satu. Dan harus secepatnya ke sana sebelum dua orang bodoh itu benar-benar berganti pakaian.

Sudah tak diragukan lagi bagaimana situasi ruang ganti pria. Hampir semua lelaki melakukannya dengan bebas, melihat satu sama lain tanpa pakaian menjadi hal biasa dan terkadang dibumbui saling ejek.

Bagaimana seandainya Kenta melakukan hal yang sama di hadapan semua laki-laki. Membayangkannya saja sudah menjadi mimpi buruk bagi Masio.

[ Setiap saat aku merasa bakalan ada hal besar yang terjadi. Tak disangka, hal besar itu berada di depanku sekarang. Itulah kenapa aku sangat tidak suka Kenta berada di sekolah ini. Membiarkannya berbaur di lingkungan sekolah adalah rencana ayah yang paling buruk dan memakan resiko besar. Beberapa hari ini aku selalu merasa was-was setiap kali Kenta bergerak. ] Sepanjang jalan Masio menggerutu.

Sesampainya di ruang guru, bertemu dengan wali kelas baru, Tuan Shiho. Si pria gendut yang juga bekerja sebagai penulis artikel berita. Tetapi tak seorang pun tahu tentang pekerjaan sampingannya itu.

"Yushimaru Masio, kau sehat?" tanya Tuan Shiho yang duduk di kursi.

Dengan napas menggebu-gebu, Masio menjawab terburu-buru, "Tentu, aku pulih dengan cepat. Kenapa memanggilku kemari, Anda perlu sesuatu dariku? Lebih baik katakan secepatnya!"

"Tenangkan dirimu. Kau seperti dikejar-kejar sesuatu. Duduklah Masio!" Tuan Shiho mengisyaratkan agar Masio duduk di depannya. "Ayahmu ... Yushimaru ...."

"Rei ... ah, maksudku ayahku, Yushimaru Yamato. Dia sedang di luar kota. Sementara ini, aku tinggal dengan paman. Tapi paman juga sedang di luar kota. Jika ada sesuatu, anda dapat membicarakannya denganku saja. Boleh aku pergi sekarang?"

"Ahh, cepat sekali!" belum lagi Tuan Shiho melanjutkan ucapanya, Masio membungkuk lalu melejit keluar dari ruang guru.

"Kenapa dengan anak itu?" gumam Tuan Shiho, heran. "Ah, padahal aku ingin bertanya soal ruang labulatorium." Tuan Shiho memasukkan kembali kaca objek dengan darah Masio yang telah kering, ke dalam laci meja.

Masio yang sibuk mengkhawatirkan Kenta, terus mempercepat larinya. Tujuan utamanya langsung mengarah pada ruang ganti lantai dua, dekat ruang latihan renang.

Brak!

Masio gagal mengontrol kecepatannya sehingga pintu terbanting cukup keras. Semua orang kaget dan menoleh padanya.

Di dalam ruang ganti penuh loker itu, setidaknya terdapat sebelas pemuda yang sedang berpakaian minim, bahkan hanya menyisakan kancut dan beberapa sedang memakai celana renang. Matanya bergerak liar mencari keberadaan dua bocah bodoh itu. Tetapi hanya Kenta yang ditemukan sedang melepas kancing seragam.

Masio menarik kerah leher Kenta lalu membawanya ke sudut yang sepi.

"Di mana Fujia?"

"Aku bukan barang! Jangan menarikku mentang-mentang kau lebih besar ..." ucapan Kenta terputus-putus saat mengikuti langkah Masio yang lebar.

"Fujia di mana?" Masio mengulangi pertanyaannya.

"Dia, pergi meminjam celana renang pada siswa kelas 1."

Masio membawa Kenta ke lokernya. Masih tersisa emosi pada wajah Masio, ketika ia menumpu tangan di dinding, Kenta terkesiap. Keduanya pun saling berhadapan.

Masio menambil baju renang lalu meletakkannya di kepala Kenta.

"Gunakan itu, asisten pelatih senang mengerjai siswa baru yang tubuhnya kurus. Dia punya mental maniak terhadap bocah kecil sepertimu."

"Kau berbohong!" tuduh Kenta sembari meraih baju renang di kepalanya. Baju renang itu memiliki lengan dan menutupi perut hingga di atas lutut dan bahannya elastis. Memiliki bantalan pengaman pada area vital.

Menggebrak suara pintu loker begitu ditutup dengan cukup kuat.

"Aku tidak pernah memperingatkan orang dua kali. Kau masih punya janji, jika masih ingin tidur di kamarku, kau harus menuruti perintahku!" Masio mengambil celana renang beserta kaca mata anti air dalam lokernya.

Diliriknya Kenta yang memasang wajah masam. Maka didorongnya dahi Kenta dengan telunjuk lantas berkata, "Mau tidur satu kandang dengan Yubi? Baiklah, akan kuambil ini kembali!"

...

Masio merebut kembali baju renang itu, tetapi langsung ditahan oleh Kenta. "Dilarang mengambil barang setelah diberikan pada orang lain. Aku akan memakainya, tsk!"

Masio diam-diam tersenyum, lalu didorongnya punggung Kenta hingga masuk ke salah satu kamar toilet. "Biasakan mengganti pakaian di dalam ruangan! Jangan begitu mudah memperlihatkan tubuh pada orang lain, meski itu pria."

Kenta mengeluh, suaranya terdengar merengek. "Wah, kau ini banyak sekali maunya!"

...

Di sebuah ruang yang luas, terdapat dua kolam renang besar. Di dekat tembok ada beberapa peralatan renang seperti pelampung, balon pembatas dan kaca mata renang. Masio beserta 18 orang berada di kolam renang sebelah kanan. Mereka berjejer dan saling berhadapan, bersama papan pelampung sebagai penahan lengan.

Hari ini asisten pelatih datang agak terlambat dari biasanya. Fujia dan Kenta juga masih berada di ruang ganti. Ketika itu, seorang gadis berwajah manis membuka obrolan. Ia berdiri di depan Masio.

"Stand sirkus sudah dibuka di pasar malam sebelah utara, Sapporo. Kak Masio, mau ikut? Katanya, pasar malam akan diadakan sampai satu bulan penuh, sebelum ujian. Sayang jika dilewatkan."

"Sirkus?" Masio melirik para gadis di sekitarnya.

Seorang gadis berwajah bulat mengangguk padanya. "Iya, betul! Aku juga ingin ke sana. Akan menyenangkan kalau kak Masio ikut. Banyak wahana menyenangkan di sana. Biaya tiketnya juga murah, mungkin hanya menyediakan uang untuk pergi naik bus atau kereta ke sana."

"Ketua kelas mengajak semua orang ke sana saat perayaan hari ulang tahunnya yang tinggal dua minggu lagi. Dan ... kebetulan hari itu tepat pada hari Minggu. Bagaimana Kak Masio? Tidak menyenangkan kalau kau tidak ikut?"

Sebelum Masio menjawab, perhatian mereka terarah pada kedatangan seorang pelatih berusia 40 tahun dan asisten pelatih berusia 45 tahun. Dua orang dewasa itu berjalan bersama Fujia dan dua gadis lain. Adapun di bagian paling belakang, Kenta terlihat menyusul.

"Astaga, masih ada yang memakai pakaian renang seperti itu," ujar seorang gadis di depan Masio. Tatapan mereka tertuju pada sosok Kenta yang mulai menceburkan diri ke kolam renang.

"Mungkin dia tidak percaya diri dengan tubuhnya. Tapi baju itu cocok untuknya," tambah seorang gadis yang satunya lagi.

Masio hampir tertawa.

Gadis Sakit Mental itu satu-satunya yang mengenakan baju renang elastis. Dadanya yang sedikit menonjol terlihat seperti otot yang padat, tetapi ukuran tubuhnya tampak kurus. Di tambah bantalan pengaman alat kelamin membuat gadis itu tampak seperti laki-laki.

Di kolam renang sebelah kiri, Fujia datang dengan membawa papan pelampung. Ia memasuki kolam renang lalu merangkul pundak Kenta. Pemuda berwajah joker itu tampak keheranan melihat Kenta. Lantas katanya, "Kenta, ini bukan pantai ... Kau bisa lepas baju ketat itu dan berbaurlah dengan yang lain. Model begini sudah ketinggalan jaman untuk dipakai."

Kenta dengan wajah malu menjawab sambil sedikit tertawa. "Ehehe, aku punya bekas luka dan itu tidak nyaman untuk diperlihatkan," sambil berkata Kenta melirik pada Masio, namun Masio membalasnya dengan seringaian.