webnovel

You and My Destiny

:- KARYA PERTAMA -: Ketika Raka sakit hati karena penghianatan sang kekasih yang paling ia cintai, berselingkuh dengan musuh bebuyutan nya sendiri. Hingga saat dirinya hampir menyerah, Tuhan mempertemukan dirinya dengan Vania, seorang gadis lemah lembut yang membuktikan bahwa masih ada harapan di masa depan. Kedekatan antara Raka dan Vania terjalin seiring berjalannya waktu. Hingga Vania pun mulai memiliki perasaan pada Raka yang sekarang menjadi teman dekatnya. Saat Raka mulai membuka hati nya untuk Vania, sang mantan kekasih kembali dan meminta agar di beri kesempatan ke dua. Takdir bisa berubah jika kau merubah apa yang ada di pikiran mu. Bukan Tuhan yang jahat, tetapi pilihan mu lah yang salah. Story by : Risma Devana Art by : Pinterest

Risma_Devana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
323 Chs

Rasa yang tak sama

Arin tidak terima dengan keputusan Raka yang tidak mau menjalin hubungan kembali dengannya.

"Kenapa? Kenapa nggak bisa? Aku udah ngaku kalau aku salah, dan aku juga udah minta maaf. Kenapa kamu nggak mau balikan sama aku?" Tanya Arin bertubi-tubi.

"Mau gimana lagi? Aku udah terlanjur kecewa dan sakit hati sama kamu, Rin. Kamu mau kita ngulang semuanya? Itu semuanya udah terlambat," jawab Raka dengan tegas.

Kini perhatian Arin teralih pada Vania yang berdiri di belakang Raka. Tangan gadis itu menunjuk pada Vania.

"Apa karena dia? Kamu suka sama dia?" Tukas Arin tanpa mengalihkan pandangannya.

Raka pun menoleh kebelakang dan tersenyum tipis.

"Kamu nggak perlu tau alasan kenapa aku nggak bisa balikan sama kamu. Entah itu karena aku suka sama cewek lain atau pun ada alasan yang lain, tapi yang jelas aku udah nggak bisa untuk memulai hubungan lagi sama kamu," jelas Raka.

Arin mengepalkan tangannya kuat dan beranjak mendekati Vania. Tangan Raka sontak terulur menahan pergelangan tangan Arin dan menarik gadis itu ke belakang agar tidak mendekati Vania.

Raka memicingkan matanya tajam menatap Arin. Terlihat ia benar-benar tidak suka dengan sikap Arin yang mulai keterlaluan hingga melibatkan Vania yang tidak seharusnya ia lakukan.

"Kalau kamu ke sini untuk minta maaf, seharusnya tujuan kamu udah terpenuhi kan?" Ucap Raka dingin.

Arin diam tak menjawab. Ia masih terus memandangi Vania yang terdiam menundukkan kepalanya takut.

"Lebih baik kamu pulang. Ini udah malem banget. Besok sekolah," sambung Raka.

"Lihat aja apa yang bisa gue lakuin kalau kalian benar-benar jadian!" Ancam Arin dan langsung pergi meninggalkan halaman rumah Raka.

Sepasang manik Raka dan Vania menatap kepergian Arin yang penuh kemarahan itu. Tapi, Raka juga tidak bisa memungkiri bagaimana rasa sakit hatinya pada Arin karena penghianatan yang sudah ia lakukan bersama Marvel.

Sedangkan Vania masih terdiam dan melihat Raka yang sepertinya terlihat sangat gelisah.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Vania sambil menepuk pundak Raka pelan.

Raka mendongakkan kepalanya melihat Vania, lalu tersenyum. "Enggak. Gue baik-baik aja," sahutnya.

"Serius?" Tanya Vania lagi.

"Iya, serius. Gue anterin lo balik, ya?" Tawar Raka.

Vania menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri," tolaknya.

"Udah nggak usah nolak. Lo lagi sakit, dan itu karena gue. Yuk, gue anterin aja!" Kekeh Raka, lalu menggandeng tangan Vania menuju garasi rumah nya untuk mengambil motor.

Vania tanpa sadar menyunggingkan senyum senang. Ia tidak pernah membayangkan kalau Raka akan menolak keinginan Arin untuk balikan dengan nya.

Mendengar pernyataan bahwa Raka tidak mau balikan dengan Arin, membuat Vania senang. Meski ia tau bahwa Raka sebenarnya masih menyimpan rasa pada Arin.

Jika saja Vania bukan teman dekat Raka, mungkin Vania akan mengatakan bahwa ia mengagumi Raka secara blak-blak an seperti yang di lakukan oleh para penggemar Raka di sekolah.

***

Keesokan harinya, Vania sudah masuk sekolah seperti biasanya. Gadis itu bahkan lebih ceria dari sebelumnya.

"Hoho... Ada apa nih? Kenapa lo kelihatan bahagia banget?" Tanya Dara penasaran.

"Apa sih? Orang nggak ada apa-apa kok," sahut Vania sambil cengengesan.

"Kemarin lo di anterin pulang sama Kak Rayvin kan? Gue gak sengaja lihat sih kemarin," sela Vivi yang baru datang dan duduk di bangku nya.

Dara yang penasaran itu langsung mengintimidasi Vania setelah mendengar pernyataan dari sahabat nya itu.

Kini sepasang mata Dara menatap Vania dengan intens.

"Seriusan? Demi apa? Lo jadian ya sama Kak Rayvin?" Tukas Dara bertubi-tubi.

Vania langsung menggeleng ribut karena pertanyaan tak masuk akal dari Dara. Sepertinya ada kesalahpahaman di sini.

"E-enggak... Enggak. Aku sama Kak Rayvin enggak jadian. Serius," sahut Vania mantap.

"Ck, padahal Kak Rayvin jelas-jelas suka sama lo. Sayang banget kalau nggak buru-buru jadian," cebik Vivi memanyunkan bibirnya lucu.

"Iya, Vivi bener. Emangnya lo nggak sadar kalau Kak Rayvin suka sama lo? Atau sebenarnya lo tau, tapi lo udah suka sama orang lain?" Imbuh Dara semangat.

Vania menyunggingkan senyumnya sedikit, kemudian mengangguk kecil.

"Apa?! Jadi selama ini lo udah suka sama cowok lain? Gila sih, siapa yang bisa ngalahin pesona Kak Rayvin?" Seru Vivi heboh.

Tonyoran kepala pun di dapatkan oleh Vivi dari Dara karena terkejut mendengar suara nyaring teman sebangku nya itu.

"Heboh banget sih. Lo tuh sebenernya lelet atau emang sebelas dua belas sama Rizki sih? Padahal kenyataannya juga udah jelas kalau Vania suka sama... Hmm" ketus Dara sambil melirik bangku Raka yang masih kosong.

Vivi mulai paham kemana arah pembicaraan mereka, gadis cantik dan kurus itu tersenyum miring.

"Sekarang gue bener-bener yakin kalau nggak ada persahabatan di antara cowok dan cewek tanpa melibatkan perasaan!" Ucap Vivi yakin.

Dara langsung terkekeh mendengar pernyataan dari Vivi.

"Kalau gitu, kenapa lo nggak sahabat aja sama cowok biar bisa jatuh cinta?" Sahut Dara.

"Gue sih mau-mau aja sahabat sama cowok. Tapi, siapa yang mau sahabat sama gue?" Dengus Vivi memelas.

Vania pun menepuk-nepuk punggung Vivi pelan. Tangannya mengepal kuat di udara.

"Fighting!" Serunya sambil tersenyum lebar.

***

Sementara itu, di parkiran Raka sedang menunggu Rayvin untuk mengatakan sesuatu. Ya, tidak jauh dari topik tentang pernyataan bahwa Rayvin menyukai Vania.

Terlihat Rayvin baru selesai memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Cowok tampan itu menyugar rambutnya yang berantakan karena helm nya sendiri.

"Cih, tukang tebar pesona!" Gumam Raka yang masih memandangi Rayvin tak jauh dari tempatnya berdiri.

Rayvin pun berjalan menuju kelasnya dan melewati Raka yang sedang berdiri itu. Ia melirik Raka sekilas namun tidak perduli.

"Gue mau ngomong sama lo!" Ucap Raka dingin.

Rayvin yang mendengar itu langsung berhenti dan menoleh.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya nya.

"Emang siapa lagi yang ada di sini selain lo?" Sahut Raka dengan ketus.

"Gue nggak mau cari masalah sama lo. Kalau lo cuma mau ber omong kosong, lebih baik lo cari orang lain aja. Gue nggak berminat buat denger nya,"

Raka hanya tersenyum miring mendengar ocehan dari kakak kelasnya itu.

"Yakin lo nggak mau dengerin gue? Padahal gue juga mau bilang ke elo sama kayak apa yang lo bilang ke gue kemarin," sinis Raka.

Kedua alis Rayvin saling menaut. Ia mulai berpikir dan mencerna apa yang akan di katakan oleh Raka sebenarnya. Hingga ia mulai geram karena Raka terlalu bertele-tele saat akan berbicara.

"To the point aja. Gue nggak suka orang yang bertele-tele," sahut Rayvin tak mau menunggu terlalu lama.

"Gue juga suka sama Vania. Jadi, lebih baik lo jaga jarak sama dia!" Ucap Raka tegas.

****