"Waah wah anak mama jago gombal sekarang. Pantesan lupa jemput mama papa" suara seseorang dari luar.
🔹🔹🔹
"Loh mama? kok udah sampai rumah? kapan mama papa sampai? katanya sampai Malang jam 2?" Arsya heran kedatangan orangtuanya lebih cepat.
"Cukup lama melihat kemesraan kalian, dan sampai Ellen tertidur." membuat rona kemerahan di wajah Yumna karena malu.
"Apa ? Ellen? aa dia tidur? ya ampun" dia menepuk jidatnya, lupa jika ada Ellen bersamanya.
"Coba deh kamu cek WA mama A". Lanjut mama dan Arsya melihat hp nya dan ternyata benar, dia salah membaca harusnya jam setengah 1.
"Hehee" Arsya hanya cengengesan menginghat kekonyolannya.
"Tuh kan mas, udah Yumna bilang segera ke bandara malah ikutan ke dapur kasihan mama papa kan". Arsya memeluk mamanya dan di susul Yumna segera mencium tangan kedua orang tua Arsya.
"Udah sana mandi, ganti baju terus makan deh mama nggak sabar cicipin masakan anak mantu mama".
"Maafin Yumna ya mah"
"Nggak papa sayang, kamu juga ya sana mandi di kamar tamu dulu. Kamu cari aja baju Salsa kayanya muat deh".
"Apa mau mandi di kamarku?" Yumna mencubit pinggang Arsya, Arsya meringis kesakitan.
"Udah deh A, jangan godain Yumna terus. Sabar dong bentar lagi kalau udah halal mah bebas mau ngapain aja".
"Hehe iya ya ma bawel ah" Arsya berlalu dan pergi ke kamar untuk mandi.
"Tuh anak ya emang" mama geleng-geleng kepala heran dengan anak sulungnya.
"Terima kasih ya sayang"
"Untuk apa ma?"
"....."
"Ya sudah sana kamu juga mandi di kamar tamu, biasanya di pake Salsa. Ada baju, kamu cari aja ya"
"Tapi Ellen gimana ma?"
"Sudah, kan ada papa sama mama" Yumna pun mengikuti perintah mama Arsya.
"Baik ma, Yumna mandi dulu ya" Yumna pun berlalu ke kamar tamu. Dia mengganti baju dengan baju Salsa yang sengaja di tinggal kalau ke Malang.
Setelah semua selesai, Yumna kembali dan mempersiapkan makanan di meja. Di sana hanya ada 4 meja makan saling berhadapan. Tentu saja saat ini tidak cukup karena ada si kecil Ellen, sehingga Yumna harus memangkunya.
Saat ini mereka sudah berada di depan meja, mama samping papa dan Yumna mau tidak mau harus bersebelahan dengan Arsya. Mama mengambilkan makanan untuk papa, dan Arsya terus melirik Yumna dengan canggung.
"Kamu gak mau gitu ambilin makananku? lihat mama aja ke papa gitu"
Dengan malu Yumna mengambil piring Arsya dan mengisi dengan makanan keinginan Arsya.
"Nasinya lagi?"
"Cukup yang"
"Pakai apa?"
"Pakai tomyam sama jamur crispy nya, sama cuminya crispynya juga"
Yumna mengambilkan makanan yang di minta oleh Arsya. Mama hanya menggeleng melihat kelakuan anaknya.
"Aa, alon to nang takut banget di habisin"
"Hee, habisnya enak ma. Cobain deh ma, ya kan pa enak?"
"Iya ini enak banget" papa kali ini bersuara dan hanya mengatakan itu langsung melahap lagi makanannya.
"Wah kamu hebat sayang, sudah bikin dua lelaki kesayangan mama ini terbius masakan kamu"
"Mama bisa aja"
"Tapi ini beneran enak" mama menambahkan.
"Bakalan betah Aa di rumah kalau udah nikah nanti" ucap Arsya menggoda Yumna sehingga membuat wajahnya menjadi merah padam.
Yumna memangku Ellen sambil menyuapinya, sesekali suapan untuk dirinya sendiri. Melihat Yumna kerepotan Arsya berinisiatif menyuapi Yumna.
"Kamu juga makan yang !"
"Ini juga sambil makan"
"Buka mulutnya, aaaa"
"Yumna bisa makan sendiri kok a"
Tapi Arsya sudah mengambil sesendok nasi dan lauk di atasnya. Yumna malu-malu membuka mulut menerima suapan Arsya sambil melirik mama dan papa yang memerhatikan mereka.
Terpaksa Yumna menerima suapan dari Arsya sembari menyapi Ellen. Mama mulai membuka suara.
"Duh kalian mengingatkan mama waktu masih muda, ya kan pa?"
"Iya ma, romantis ya. Mama mau juga?" jawab papa sekenanya.
"Jangan di sini ah pa, malu sama anak-anak kita udah tua juga". Papa hanya tersenyum menggoda mama.
"Mama sama istirahat aja, biar Yumna yang beresin"
"Tapi sayang . . ."
"Tidak apa ma, mama dan papa pasti lelah lebih baik istirahat dulu"
"Makasih ya sayang, udah menyambut mama dengan masakan enak kamu. Udah yuk pa istirahat dulu"
"Sama-sama ma"
Mereka pergi membiarkan Yumna, Ellen dan Arsya dengan kegiatan makannya yang belum usai. Ellen sudah duduk di kursi sendiri dan memakan makanannya sendiri.
"Udah onty, Ellen mau makan sendiri aja"
"Pinter kesayangan onty"
"Atau mau om suapi?" tanya Arsya kepada keponakan calon istrinya itu.
"Udah jangan di manjain mas, dia udah bisa makan sendiri kok"
"Ciee ada yang cemburu?"
"Siapa ikh ngarang"
"Gak mau ngaku nih?" Arsya sambil mendekatkan wajahnya di hadapan Yumna, membuat Yumna segera ingin berdiri dari kursinya. Tangan Yumna di cegah oleh Arsya untuk duduk kembali, terpaksa Yumna duduk lagi mengikuti kemauan Arsya.
"Iya deh iya, cemburu" Refleks Arsya mencubit pipi Yumna yang tampak seperti bakpao.
"Udah ah mas, Yumna beresin itu dulu"
Tanpa di sadari mereka Ellen memandang keduanya dengan tatapan bingung.
"Ah orang dewasa membingungkan" gumam Ellen. Akhirnya benar saja Arsya menyuapi Ellen dan dia makan dengan lahapnya. Selesai makan Arsya dan Ellen menonton tv dan bermain di depan, sedangkan Yumna mencuci piring di dapur. Mama dan papa? ya tentunya mereka beristirahat karena kelelahan perjalanan Yogyakarta Malang.
Tanpa aba-aba Arsya sudah di dapur memegang piring dan mengolesi dengan sabun, memberikan kepada Yumna. Dia tampak kaget tidak melihat kedatangan Arsya. Lengan baju yang panjang tampak membuat Yumna kesusahan. Arsya segera menggulung lengan itu untuknya tanpa izin. Tak lama kemudian cucian beres.
"Makasih mas"
"Sama-sama sayang"
Arsya memerhatikan Yumna lebih dalam dan mulai mendekat kepadanya, hati Yumna tampak berdetak lebih kencang.
'Mau ngapain ni orang bikin jantungan aja'
"Mas ngapain? udah sana"
Arsya mengabaikan pertanyaan Yumna dan wajahnya justru semakin dekat, Yumna memejamkan matanya dan Arsya mengusap sabun yang menempel di pipi bawahnya.
"Ini lo yang, nyuci piring sabun nyampe pipi. Haha. Kamu kira ngapain hayo? mau yang lebih?" Arsya mulai menggoda Yumna.
"Ikh apaan sih" dengan menyembunyikan wajah merahnya Yumna segera menanggalkan celemeknya. Arsya menarik Yumna dan kali ini, dan membuat terjatuh dalam dekapan Arsya.
Yumna tampak shock dan diam mematung, tidak tau harus bereaksi bagaimana. Yang jelas nafasnya serasa berhenti, jantungnya berdebar lebih cepat dan tak berapa lama merasakan kenyamanan itu.
Wajah Arsya sudah sangat dekat dengan Yumna, hampir dia hilang kendali untuk mencium Yumna. Yumna tampak sangat keibuan dan terlihat menggoda di mata Arsya saat dia berada di dapur. Perlahan menarik Yumna dan beberapa saat kemudian Arsya sudah sangat dekat , bibirnya hampir mengecup bibir Yumna. Yumna melonggarkan pelukan Arsya namun tidak cukup kuat menahan Arsya, hingga suara deheman menyadarkan mereka.
Maafkan hanya up satu bab lagi, dan maaf jika ada sedikit adegan yang tidak pantas di paragraf terakhir. Semoga suka, dan happy reading.
Jangan lupa like, komennya kak ?