"tok . . . tok . . . tok . . . " suara sepatu heels memasuki ruangan itu, dengan riasan rambut di biarkan terurai dan gaun hitam belahan samping gadis itu menuju ke atas pelaminan.
Pandangan Arsya tertuju pada gadis itu, Yumna memerhatikan dimana mata Arsya memandang. Melihat pemandangan itu, hati Yumna terasa sesak dan sakit. Bagaimana mungkin calon suaminya memandang wanita lain tanpa berkedip di depan matanya.
🔹🔹🔹
Kedua orang tua Yumna sudah sampai di acara tersebut, mereka segera menemui orangtua Fahri dan berbincang. Meskipun tidak jadi bebesan tetapi ayah Yumna dan ayah Fahri masih tetap akrab, lain halnya dengan mama Fahri yang tampak cuek dengan kehadiran mereka. Bunda Yumna berusaha bersikap ramah, namun mendapat tanggapan yang ketus dari mama Fahri.
"Katanya Yumna mau nikah juga? dengar-dengar calonnya seorang dokter dra?"
"Insha Allah 3 bulan lagi, iya dia dokter muda di RS Bhayangkara"
"Waah udah dokter, hebat pula bisa masuk RSB"
"Jelaslah dia lebih milih calon mantunya sekarang dari pada Fahri, rupanya dokter kaya" ucapan Mirna membuat ayah dan bunda Yumna sedikit tersinggung. Pasalnya dulu yang tidak merestui Yumna dan Fahri adalah Mirna, karena keluarga Liandra sedang dalam ambang kebangkrutan.
"Mama !!!" hardik Firman kepada istrinya.
"Loh iya kan pa, nyatanya mana ada dokter miskin. Pantas saja langsung buru-buru nikah, biar bisa bantuin perusahaannya yang bangkrut" ucapan Mirna terlontar begitu saja tanpa di saring dan memikirkan hati oraang lain.
"Maaf mba, bukannya dulu yang selalu menunda pernikahan Yumna dan Fahri itu keluarga Firmansyah? karena tahu kami sedang kesulitan keuangan kalian tidak merestui mereka?" bunda yang awalnya diam sudah sedikit geram dengan ucapan tante Mirna.
"Ayo yah, bunda ingin pulang" bunda tampak sedih dengan ucapan Mirna, sekarang pergi meninggalkan mereka dan segera ke mobil untuk pulang.
"Maaf man, silaturahmi kita malah jadi kacau. Aku pulang dulu ya, sekali lagi selamat"
"Aku yang minta maaf dra, pulanglah"
Lain halnya dengan pertikaian para orang tua, gadis yang baru saja datang ke lokasi langsung ke pelaminan dan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
"Hai sahabatku, selamat ya" ucap gadis itu dengan senyum manisnya
"Putri? bukannya kamu?" Laras masih bingung dengan kehadiran Putri. Gadis itu hanya tersenyum sambil memeluknya erat. Setelah itu dia turun dan menghampiri sosok lelaki yang sudah berganti mengenakan jas hitam dan tatanan rambut rapi sambil tersenyum manja. Laras dan Fahri sudah sibuk dengan tamu yang lain meskipun masih tampak bertanya apakah yang sebenarnya terjadi.
"Putri" ucap Arsya dengan lirih. Yumna tampak bingung dengan situasi itu. Perempuan itu berjalan mendekati mereka.
"Hai sya, apa kabar?"
"Putri? ini benar kamu? bagaimana bisa?"
"Iya sya, ini aku queen"
Arsya seolah tidak percaya dengan kehadiran gadis itu. Dia hanya tersenyum dan mendekatkan diri dan menggandeng Arsya. Perempuan itu tampak bahagia dan Arsya menatapnya dengan tatapan tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Sedangkan di sana, ada seorang gadis yang memerhatikan keduanya. Tanpa Arsya sadari Yumna sudah meninggalkan tempat itu sembari menahan air matanya yang sudah mulai menetes.
"Iya ini aku, kamu sama siapa sya?"
"Aku . . . sama . . ." Arsya nampak bingung dengan situasi itu sekarang, dia mencari keberadaan Yumna tapi sudah tidak terlihat.
"Aku pamit dulu ya" Arsya segera berpamitan dengan Putri namun tangannya di tarik oleh Putri.
"Kenapa sya buru-buru? kamu nggak rindu sama aku?"
"Aku senang kamu di sini, tapi setelah kepergianmu tanpa kabar dan pesan ke luar negeri. Lalu berita kepergianmu selamanya dan sekarang kamu muncul seperti ini? kamu pikir itu mudah bagiku?" Arsya berlalu dari Putri dan segera mencari Yumnya yang menghilang dari pesta itu.
Gadis itu masih menatap kepergian Arsya.
"Kamu berubah sya"
Sedangkan Yumna berjalan cepat dengan membawa handbagnya dan berjalan melewati para tamu yang datang dengan air mata yang hampir tumpah.
"Yumna!" Yumna hanya berjalan tanpa menghiraukan panggilan itu.
"Yumna, itu kamu?" ucap lelaki itu.
"Pak Dimas?"
"Kamu ngapain di sini? kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa pak, kebetulan yang menikah sahabat saya itu kenapa saya di sini. Bapak sendiri?"
"Oh begitu, panggil Dimas saja kita tidak di kantor na. Ini kamu kemana? ayo aku antar"
"Tidak usah pak terima kasih"
Dari kejauhan Arsya melihat Yumna sudah bersama Dimas, dia segera menghampiri Yumna dan Dimas.
"Na! " Yumna tak menghiraukan panggilan Arsya.
"Pak tadi mau antar saya kan? ayo pak" Dimas tampak bingung tapi mengiyakan ajakan Yumna.
** Di dalam mobil **
"Maaf ya pak, bapak jadi nganterin saya"
"Sudah saya bilang ini bukan kantor na, panggil saja Dimas"
"Iya mas makasih ya"
"Kamu ada masalah? itu pacar kamu?"
Yumna hanya diam tidak menjawab pertanyaan Dimas.
"Emm iya"
"Ya sudah. Btw jalannya sudah betul kan?" Yumna mengangguk mengiyakan.
Tidak berapa lama kemudian mereka sudah sampai ke rumah, rupanya bunda dan ayah sudah sampai duluan.
"Masuk dulu Dim"
"Enggak na, lain kali ya"
Dimas berlalu dari rumah Yumna dan segera masuk ke rumah. Bunda yang melihat Yumna datang dengan lelaki asing segera menegurnya.
"Tidak baik nduk berduaan dengan lelaki bukan mahrom, dan kamu sudah di khitbah tidak sepantasnya juga jalan dengan lelaki lain"
"Maaf bund, tapi tadi terpaksa"
"Arsya mana?"
"Sudahlah bund, nanti kalau dia datang bilang Yumna belum pulang" Yumna segera berlalu dari ruang depan dan masuk ke kamarnya. Bunda hanya menggeleng kepalanya, tidak habis pikir baru saja baikan sudah ada berantem lagi.
"Onty banguuuuuun!!!" rengek Ellen yang melihat Yumna tidur lagi masih dengan mukenanya.
"Ah apaan si kamu len, tante mau tidur"
"Udah siang ty, udah jam 8!!!"
"Astagfirullah, kenapa baru bangunin onty? kamu? gak sekolah?"
Ellen hanya tertawa melihat Yumna panik masuk ke kamar mandi dan segera turun. Yumna kaget melihat sosok Arsya sudah ada di ruang tamu. Dan ini, masih jam 6 pagi.
"Awas ya, kamu bocah" sambil menatap tajam ke Ellen yang sudah berada di samping Arsya dan melakukan tos dengannya. Yumna bukan ke ruang tamu langsung ke dapur.
"Na" panggil Arsya.
"Bentar, mau ke dapur"
"Awas kalian sekongkol, hhh"
"Pagi-pagi gak baik manyun gitu, udah bikinin minum dan selesaikan masalah kalian. Arsya semalem ke sini, pagi ini dia udah di sini lagi itu tandanya dia serius sama kamu"
"Hhh, bunda belain aja dia terus"
Yumna segera menyelesaikan minumannya dan keluar menemui Arsya, meski dengan setengah hati.