Mendengar kata-kata adiknya, Mas Huda menjadi berpikir keras. Usai makam tengah malam, dia kembali masuk ke kamar. Namun bukannya melanjutkan pekerjaannya mengotak-atik servisan tapi dia justru memikirkan kata-kata Hanifa barusan.
"Apa yang dikatakan Hanifa benar ya? Sebaiknya besuk aku segera bilang sama Nadia, perasaanku sebenarnya. Tapi, nanti dia tersinggung tidak? Nanti dikiranya, aku selama ini berbuat baik sama dia cuma ada maunya lagi," batin Mas Huda sambil duduk.di kursi tempat dia mengerjakan revisannya. Mejanya yang seperti biasa selalu berantakan, sama sekali tak dia hiraukan. Hingga hampir jam 2 pagi, dia pada akhirnya baru bisa memejamkan matanya.
Pagi hari sudah menjelang, seperti biasanya Nadia sudah bersiap untuk berangkat ke kampusnya. Saat membuka ponselnya, Nadia setengah heran ketika melihat Mas Huda katanya sudah ada di depan kos an.
"Lho, maksudnya gimana?" gumam Nadia. Dia pun menelpon Mas Huda.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com