"Ya sudahlah kalau nggak mau nggak apa-apa." Terdengar Mas Huda berbicara dengan nada kecewa.
"Eh ... bukan begitu Mas. Aku mau sebenarnya mau sekali. Tapi, memang selama ini aku terlalu sibuk sendiri dan tak ada yang ngajakin juga sih sebetulnya," sahut Nadia yang akhirnya mau berterus terang kepada Mas Huda.
"Ya besuk kapan-kapan aku ajakin lihat-lihat kota Jogja. Dari ujung ke ujung, dari gang ke gang aku hafal semua. Tenang aja. He ... he," kata Mas Huda sambil tertawa dengan bangganya.
"Iya Mas, kapan-kapan kita atur deh," sahut Nadia sembari tersenyum di belakang tas ransel yang dipakai oleh Mas Huda.
Tak terasa juga, keduanya sudah tiba di depan gerbang kampus Nadia.
"Stop, di sini saja Mas Huda. Biar aku jalan sendiri ke sana." Nadia tampak meminta diturunkan di dekat pohon mangga yang cukup rimbun di depan pagar kampur agak di pojokan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com