Usai makan malam Mas Huda dan juga seluruh keluarganya berkumpul di ruang keluarga.
"Biasanya ada Hanifa. Dia selalu melihat drama korea jam segini," kata Mama Riri.
"Kalau enggak ada anaknya, jadi kangen ya Ma," sahut Mas Huda.
"Ya kangen lah. Namanya juga sama anak sendiri. Kalau nggak kangen justru nggak normal dong," sahut Mama Riri.
"Kenapa Mama nggak telepon aja Hanifa?" tanya Mas Huda.
"Susah sinyal. Di sana katanya susah sinyal. Kemarin saja mama coba telepon putus-putus, nggak jelas suaranya,"sahut Mama Riri.
"Belum lagi, besok kalau Hanifa sudah menikah ya Pa. Kita pasti bakalan kesepian," kata Mama Riri.
"Mama ini pikirannya jauh sekali," sahut Pak Ridwan.
"Ya harus dong, jadi orang kan harus visioner," sahut Mama Riri sambil tersenyum
"Ya besok Hanifa kan ikut suaminya. Tapi kan Huda yang mengajak istrinya ke sini," sahut Pak Warto yanh tidak mau kalah memberikan masukan.
Mereka semua pun tersenyum dan mengangguk setuju.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com