Sudah lama tidak bertemu kedua sosok mulia yang melahirkan pasangan ini, Reza mengajak Raina ke rumah Ibunya, disana Raina sangat dimanja, namun Raina canggung karna tidak dapat mengingat apa pun.
Reza masuk ke kamarnya, Raina mengikuti suaminya, lalu menutup pintu. "Aku harus bicara apa? Aku cuma he, iya, he lagi, iya lagi. Aku tidak ingat semuanya, dan ini membuat aku pusing," keluh Raina lalu duduk di pinggir ranjang. Reza menarik tangannya, lalu mengelus-ngelus perut buncit itu.
"Seorang Ibu itu wanita yang sangat mulia dan penuh pengorbanan, jadi seberuk apapun kita harus saling menghormati. Anak Ayah dan Bunda, kamu harus tumbuh baik, soleh atau solihah, dan harus baik kepada bunda ya sayang, jangan nakal, nanti kalau lahiran, biar ayah saja yang merasakan sakit oke ..."
"Memang bisa seperti itu?" tanya Raina, Reza memandangnya, menyatukan dua kening, mereka sangat dekat.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com