Tidak ada penolakan atau kebencian atas tindakan Jendral Su. Gadis itu sepenuhnya pasrah. Jubah gadis itu telah di lepaskan sepenuhnya memudahkan Jendral Su bergerak.
Tangannya mulai berpindah. Kini jari jarinya yang siap bekerja. Jarinya siap mengaduk aduk pusat kenikmatan seksual gadis itu.
Terasa hangat dan lembab dan hangat.
Sesuatu di balik jubah kebesarannya semakin menegang dan mengeras. Gadis itupun secara sadar atau tidak terangsang atas perbuatannya.
Jendral Su di kagetkan dengan tangannya yang di dorong kencang pada pangkal pahanya.
Senyum Jendral Su pun mengembang. Darahnya semakin mendidih dan masih puncak gelora gairahnya. Desahan halus terdengar dari gadis itu. Dia menikmatinya
Tanpa banyak kata, Jendral Su mulai mencumbunya dengan liar. Kini tidak hanya tangannya yang bergerak aktif. Gadis itu yang mencegkram kuat apa yang ada di balik jubah Jendral Su.
Segera saja Jendral Su melepas jubahnya tanpa melepas cumbuan liarnya. Di dorongnya dengan kasar sampai semua masuk kedalam. Tarikan demi tarikan kasar membuat gadis itu menatapnya tanpa perlawanan.
Tidak ada darah yang mengalir dari gadis itu. Dia sangat hebat dalam melayaninya. Itu adalah hal yang aneh mengingat semua tawanan adalah seorang gadis perawan. Tapi semua akal sehatnya telah menghilang berganti dengan gejolak hasrat.
Pertarungan itu terjadi dalam masa yang lama. Berkali kali mereka melakukannya dengan ganas. Tubuh gadis itu telah di penuhi dengan kemerahan. Gadis itu tertidur di atas ranjang Jendral Su tanpa sehelai benang di atasnya.
Dia tampak kelelahan atas pertarungan yang terjadi.
Jendral Su duduk terdiam di atas ranjangnya. Hal ini sudah lama di pendamnya. Setelah peperangan antara hidup dan mati memang sudah biasanya dia melakukan hal ini.
Dia perlu melampiaskan semua amarahnya. Tapi rasa bersalah menghampiri dirinya. Hampir saja gadis yang dia cintai menjadi korbannya.
Jendral Su segera mengenakan jubahnya dan pergi ke kamar Xing Xing.
Wajahnya pucat pasi dan tak bedaya. Dia sedang terbaring lemah. Berbeda dengan dia yang dulu tetap berdiri tegar walau ada ular berbisa di depannya sekalipun. Jendral Su mengecup keningnya dan menggenggam tangannya.
Jendral Su benar benar takut dia akan membenci dirinya atas hal yang baru saja dia lakukan ini. Baginya hal yang dia lakukan hanyalah suatu kesalahan. Itu sama sekali bukan seperti dirinya.
Diapun akhirnya ikut berubah karena dirinya.
Sepertinya cintanya bagi Xing Xing sudah terlalu dalam. Bahkan dia tak pernah berfikir dia akan menganggap apa yang baru saja dia lakukan adalah penghianatan bagi Xing Xing.
Dia benar benar merasa bersalah.
Di tengah pergolakan batin Jendral Su, ada seseorang yang memandang hal itu dengan tawar.