webnovel

Duel

Sudut pandang Arthur Veriz

"Hah, hari yang cukup baik walau menggunakan hari libur dengan belajar, karena itu setidaknya aku dapat memahami dengan lebih baik tentang elemen milikku." Ia menghela napas dan meregangkan tubuhnya yang kaku setelah duduk dan membaca buku sejak pagi hingga sore hari. "Yah entah bagaimana mengucapkannya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu."

"Sudahlah tak perlu berterima kasih, aku juga tidak memiliki teman selain dirimu." Aku segera merangkul pundak temanku itu, lalu aku pergi menuju sebuah tempat.

"Kau ingin kemana?" Suara Hozard dengan keras bertanya padaku diantara keramaian orang, Ia terlihat penasaran karena kami sekamar, harusnya kami menuju arah yang sama, sudah jelas kenapa Ia bertanya.

"Menemui seseorang." Aku menjawab dengan singkat dan pergi hingga tak kelihatan lagi. Aku pergi menuju sebuah gang yang terlihat sepi dan memasukinya.

Ketika aku memasuki tempat itu, atmosfer ruang berubah secara drastis, namun itu wajar karena ini adalah dimensi yang berbeda dari dunia nyata, ini semacam pembatas yang memisahkan dunia nyata dengan dunia di dalam batas.

Namun aku tidak panik, selain aku mengerti sistem pengaktifannya, aku juga mengenal siapa orang yang mengaktifkannya.

"Bagaimana? apakah kau akhirnya mendengarkan rencanaku sebelumnya? kau juga sangat terlihat enggan untuk melakukannya sehingga mengubah tujuan awal dan belajar bersama dengannya." Sebuah suara terdengar dan Ia berbicara padaku, Ia terdengar mengejek, namun itu sebenarnya memang karena yang Ia sarankan benar dan aku tak mau mengikutinya.

"Baiklah, kau benar, ini memang bukan waktunya, dan membuatnya menerima ingatan itu juga mungkin akan berdampak buruk juga, seperti yang kau sarankan sebelumnya, kita akan menunggu kekuatannya cukup untuk menerima sumber itu." Aku hanya bisa menghela napas, memang sangat sulit untuk menerima kenyataan bahwa dunia ini memang sulit diprediksi.

"Yah, akhirnya kau mulai mendengarkanku." Seseorang keluar dari kehampaan, Ia hanya keluar begitu saja di hadapanku, seorang pria yang memiliki kulit perak dengan 2 tanduk yang menempel pada dahinya.

Ia mendekat padaku dan mengulurkan tangannya yang menggenggam sebuah bola seukuran ibu jari berwarna hitam mengkilat. "Tapi pada akhirnya, kau juga penting untuk dunia ini." sambil tersenyum, Ia melemparkan benda itu kepadaku.

Sudut Pandang Hozard

Aku mendapat hal yang baik sekarang, Kekuatan milikku telah berkembang dengan baik walau masih memiliki kekurangan sebagai orang dengan bakat terbaik dan elemen terkuat.

Namun aku memiliki kelebihan yang sangat menguntungkan, setelah beberapa kali berlatih, aku menyadari sesuatu yang membuatku kegirangan, kecepatan sihir yang kukeluarkan 10 kali lebih cepat dari kecepatan orang yang memiliki bakat setara denganku.

Normalnya, seseorang akan membentuk mantra sihir mereka, lalu memiliki sedikit jeda untuk melepaskan jika mereka adalah para murid, bahkan beberapa pengajar di Akademi Evaria pun memiliki jeda yang cukup lama untuk melepaskan sihir mereka.

Sedangkan aku tak memiliki jeda. Pada dasarnya, jika melepaskan mantra terlalu cepat, itu akan membuat sihir rusak, bahkan dalam beberapa keadaan, dapat membahayakan keadaan sangat perapal.

Aku pun baru saja mengetahui keahlianku setelah tak sengaja melepas mantra terlalu cepat ketika menggunakan sihir tingkat menengah, Light Soul.

Dan kebetulan sekali, hari ini akan ada latih tanding antar murid. Dan aku mendapatkan musuh yang membuat darahku mendidih karena semangat karena Ia adalah Galeon Heros, keturunan dari keluarga Heros.

Dan saat ini, Ia berada di hadapanku, melakukan peregangan dan bersiap untuk melakukan duel denganku.

"Baiklah, jangan terlalu berlebihan, ingat, ini hanyalah latihan, bukan pertarungan sebenarnya!?" Erin mengingatkan kami berdua dari pinggir arena, namun aku tak yakin bahwa Galeon mendengarkan Erin, Ia pun hanya meludah dan menatapku dengan penuh kebencian.

Aku tak tahu mengapa Ia menatapku seperti itu, tapi kemungkinan itu dikarenakan darahku yang berasal dari rakyat jelata, namun dapat disetarakan olehnya, bahkan aku beberapa kali mendengar ketika Ia merendahkanku.

Yah, aku tak mempersalahkannya sama sekali, namun tetap saja aku tidak ingin kalah walau ini hanyalah latihan. Sepertinya, mendapatkan bakat kelas atas seperti ini membuat sifat ambisius ku bangkit hingga membuatku sempat berpikir untuk mendapatkan gelar bangsawan.

Namun itu bisa saja terjadi jika peperangan dengan iblis kembali terjadi setelah lebih dari puluhan tahun, kedua belah pihak, manusia dan iblis melakukan gencatan senjata.

Yah, semoga saja.

Saat ini Galeon mulai menggunakan serangan serangan kecil padaku sejak Erin mengatakan mulai, aku masih dapat menghindari serangan itu dengan mudah.

Ia bergerak dengan cepat dan mendekat kearahku, Ia pasti sedang mencoba pertarungan jarak dekat jika dilihat dari sebuah tombak petir yang Ia pegang.

Gerakan tusukan mengarah ke kepalaku, lalu dilanjutkan dengan tebasan menyamping yang mengarah kaki, perut, dan leherku, lalu Ia berputar dan membuat sebuah gelombang petir yang menyebar ke segala arah, aku sedikit terkena oleh petir tersebut, namun itu tak menimbulkan luka sama sekali, hanya sedikit rasa sakit.

Ia kembali dengan tombak petir yang Ia miliki lalu melemparkannya padaku dari jarak yang tak terlalu jauh, aku sekali lagi menghindar, namun kali ini aku segera menerjang kearahnya dengan cahaya berbentuk kerucut yang berada di sepuluh jariku.

Tombak petir kembali tercipta di dalam genggaman Galeon, Dan ini adalah waktu untuk pertarungan jarak dekat yang sebenarnya.

Ia memutar tombaknya dengan tatapan yang penuh kebencian. "Cih, dasar rakyat jelata yang sombong."

Entah kenapa ia terlihat sangat membenciku, Aku melepaskan semua benda kerucut cahaya tersebut, lalu membuatnya lagi dan lagi setelah kulepaskan lagi dan lagi yang membuat Galeon sedikit tersudut.

"Apakah kau kesulitan? tuan bangsawan?" Aku menyeringai, membuat ekspresi benci di wajah Galeon semakin menjadi-jadi. Ini bisa menjadi sedikit gawat, Ia mulai membuat sebuah pusaran airair yang bercampur dengan elemen petir yang ganas.

Apakah Erin belum memutuskan untuk memberhentikan latihan ini? bukankah ini terlalu berlebihan? aku ingin menyerah, tapi aku sama sekali tak ingin menyerah dari orang bajingan seperti Galeon, itu akan membuatnya memiliki sebuah celah untuk kembali merendahkan diriku.

Pusaran tornado air yang bercampur dengan petir itu bergerak dengan cepat menuju arahku, membuatku tak memiliki pilihan lain. "Light Soul: Butterfly Dream."

Ratusan kupu-kupu yang terbuat dari cahaya keluar dari tubuhku, dan mereka mulai mengejar Galeon. Ketika Galeon mencoba untuk menghancurkan kupu-kupu itu, mereka berpencar dan mulai kembali.

Ia pun mulai mengalihkan fokus tornado dari diriku dan mulai mengincar kupu-kupu milikku, dan beberapa dari mereka berhasil dihancurkan, namun tidak semuanya.

Sisa-sisa dari jiwa kupu-kupu pun memasuki tubuhnya satu persatu, awalnya tidak ada yang terjadi, namun lama kelamaan Ia mulai terlihat mengantuk, lalu tak lama kemudian Ia tertidur, aku pun segera memacu kecepatan menuju Galeon yang tersungkur.

Ketika aku hampir sampai pada tubuh Galeon, Erin menahanku dengan dengan sebuah ular yang melilit tubuhku.

"Apa yang ingin kau lakukan pada temanmu yang sudah terkapar?!" Ia meneriaki diriku dengan lantang,membuat semua perhatian tertuju pada diriku.

"Ah, mohon maaf, karena anda belum menghentikan saya sebelumnya, sepertinya saya berlebihan, dan yah, Galeon bukan teman bagi saya." Aku menyatukan kedua telapak tanganku menunjukkan gestur meminta maaf dengan wajah polos.

Wajah Erin setelahnya dipenuhi dengan tatapan tajam padaku, nampaknya Ia memiliki kesulitannya sendiri, namun pada akhirnya aku tak peduli dan meninggalkan lapangan.