webnovel

Which One Should I Choose

Hanya gara-gara mimpi digigit ular, aku sekarang dijodohkan dengan seseorang. Perjodohan itu merupakan perjanjian atau surat wasiat antara mendiang Ayahku dan sahabatnya. Jika aku menolak perjodohan itu, maka aku harus membayar uang dalam jumlah banyak. Dari mana coba aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dan atas dasar apa pula Ayahku menjodohkan aku dengan anak sahabatnya itu? Aku juga sudah menaruh perasaan kepada teman dekatku, kenapa harus pakai acara perjodohan lagi! Benar-benar frustasi aku sekarang, entah apa yang akan terjadi ke depannya. Yang mana harus aku pilih sekarang? Menolak perjodohan, menerimanya dengan pasrah, menyatakan perasaan kepada teman dekatku itu? Atau terjerat ke dalam perasaan cinta antara teman dekat dengan orang yang dijodohkan denganku? Tetap ikuti terus ceritanya!

LaveniaLie · Teenager
Zu wenig Bewertungen
316 Chs

Tetap Santuy

Arti mimpi digigit ular ini dipercaya memberikan pertanda bahwa seseorang akan mendapatkan pasangan, jika kamu masih single atau belum punya pasangan. Namun jika orang itu sudah memiliki pasangan, arti mimpi ular satu ini memberikan pertanda bahwa akan mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan dalam hidup. Arti mimpi itu boleh dipercaya, boleh juga tidak.

Hai namaku Carissa Daniza, usiaku kini 20 tahun, aku adalah anak jurusan Psikologi. Aku ini seorang gadis yang tidak suka akan aturan. Saat ini, aku sekolah Universitas Bunda Mulia di Jakarta Utara. Aku tidak pernah percaya tentang arti mimpi apalagi kalau arti mimpi yang bermakna tidak masuk akal. Namun semenjak beberapa hari dari mimpi ular itu, esoknya aku dijodohkan dengan seorang pemuda tampan kaya raya.

Aku sendiri tidak mengenali siapa orang yang dijodohkan denganku itu. Yang jelas aku sudah bersikeras menolaknya. Namun saat aku tahu, perjodohan itu adalah surat kesepakatan antara mendiang Ayahku dengan sahabat dekatnya yaitu, Bapak Santoso. Suratnya berisi Pak Rotno menjodohkan anak perempuan pertamanya dengan anak Bapak Santoso. Dan juga tertulis, perjanjian dirahasiakan dari kedua anak sampai usiaku 20 tahun.

Dan ketika aku harus berusia 21 tahun atau lulus jadi sarjana, aku harus menikah dengan anak Pak Santoso itu, dan parahnya itu wajib. Serasa sedang dilema cinta yang membingungkan. Masalahnya aku sudah mempunyai seseorang yang mengisi hatiku, bernama Martin Purnomo Andra dan satu jurusan mata kuliah juga denganku.

Suratnya juga sudah disahkan oleh pengacara, sehingga surat perjanjian itu memiliki kekuatan hukum untuk dilaksanakan oleh pihak yang terbebani perjanjian tersebut. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dendanya saja dua ratus juta rupiah. Dari mana coba aku mendapat uang sebanyak itu?

Ini benar-benar gila dan konyol sekali, sangat konyol. Bagaimana bisa Ayahku membuat surat perjanjian seperti ini. Atas dasar apa ia membuatnya? Sungguh frustasi sekali. Mana minggu depan Pak Santoso datang dengan anaknya untuk menjemput aku lagi. Apa yang harus aku lakukan coba. Bisa gila aku ini lama-lama!

***

Suara alarm yang berdering keras, berhasil membangun seorang gadis yang tidur terlelap. Dengan malasnya, gadis kecil itu langsung tengkurap dan menutup telinganya dengan bantal.

"Carissa! Cepat bersiap-siap! Hari ini kamu kelas lho! Mau sampai jam berapa emangnya kamu tidur! Cepat mandi!" teriak Rani, Bibi Carissa dari lantai bawah.

"Iya Bibi, 5 menit lagi!" sahut Carissa. Karena geram mendengar sahutan Carissa, Rani pun berjalan naik menuju kamar Carissa.

"Memangnya harus berapa menit lagi hah? Ini sudah pukul 7," teriak Rani dari luar pintu kamar Carissa.

Sontak Carissa membuka matanya dan bersiap-siap untuk kuliah. "Senin lagi ... Senin lagi, kenapa tidak hari Minggu saja," gerutunya. Usai bersiap-siap, ia turun menuju ruang makan.

"Makan dulu Rissa," tawar Rani ramah.

"Tidak ada waktu lagi Bibi ... Aku sudah benar-benar terlambat saat ini!"

"Makanlah sedikit, ini kan nasi goreng kesukaanmu." Carissa memang tidak bisa pangling dari namanya nasi goreng, ia senang sekali makan nasi goreng apalagi jika rasanya pedas. Badannya yang kurus kering begini saja, bisa habiskan 3 piring nasi goreng sekaligus.

"Ah kenyang sekali." Diliriknya jam sudah pukul 7 lewat 15 menit dan ini sudah mepet sekali. Tapi karena jiwa santuy yang melekat bagaikan kerak membandel, ia tidak khawatir sedikit pun. Tetap santuy ....

"Aku pergi dulu!" pamit Carissa lalu menaiki sepedanya menuju kuliahan, jarak rumahnya dari tempat kuliahnya tidaklah jauh, hanya membutuhkan waktu sekitaran 10 menit untuk sampai disana. Hanya tertinggal beberapa menit lagi. Dan terlambat, pintu gerbangnya sudah tertutup.

"Gawat ini, aku harus bagaimana sekarang ... Ayo dengan Rissa, tetaplah santuy." Carissa memarkir sepeda lebih dulu di pojok kanan gerbang, tempat itu memang disediakan untuk mahasiswa yang membawa sepeda.

"Terlambat lagi ya Neng?" tanya Sastro, Bapak penjaga pintu gerbang.

"Iya Pak, tolong buka dong," pinta Carissa.

"Hah ... Sudah, masuklah." Pak Sastro membuka pintu dan mempersilahkan Carissa masuk ke dalam. Baru saja pintu mau ditutup, terdengar teriakan seseorang. "Pak! Tunggu!"

"Kok suara itu gak asing sama sekali, ya." Pak Sastro membuka kembali pintu dan mempersilahkan orang itu masuk. Carissa berbalik dan menatap terkejut kearah Martin. "Eh, tumben banget kamu terlambat?" tanya Carissa.

Martin langsung menarik tangan Carissa berlari menuju kelas. "Hush! Nanti saja aku jelaskannya. Kamu lupa apa? Hari ini pelajarannya Dosen hantu itu."

Seketika Carissa membulatkan matanya. "Astaga! Pak Andrean itu kan?"

"Iye lah, siapa lagi kalau bukan dia Dosen yang paling seram."

"Sudah tenang, tetap santuy."

"Udah, kebanyakan santuy kamu."

Mereka berdua pun sampai di depan pintu kelas dan sebelum masuk tentunya diwajibkan mengetuk terlebih dahulu. "Maaf Pak, saya terlambat," ucap Carissa lalu masuk ke dalam kelas disusul oleh Martin. Dengan tatapan dingin dan senyum menyeringai, Pak Andrean memukul penggaris panjang kesayangannya di atas meja.

PLAK!

"Kenapa kalian berdua bisa terlambat! Terutama kamu Carissa! Jadi cewe bandel bener! Alasan apalagi hah? Dan kamu duduk sana," kata Pak Andrean dengan nada tinggi.

"B-baik Pak," cicit Martin dan berjalan ke tempat duduknya.

"Hari ini saya kesiangan, tadi sebelum berangkat kuliah, sarapan dulu. Habis itu kesini naek sepeda," jelas Carissa dengan wajah datar.

"Alasan itu terus! Kamu tahu kan apa hukumannya?" tanya Pak Andrean sembari berjalan mendekati Carissa.

"Iya tahu Pak," jawab Carissa.

"Oke, kita tunda sebentar ... Sekarang Carissa bernyanyilah," ujar Pak Andrean. Tanpa ragu sedikitpun, Carissa mulai bernyanyi, "Namun ... Apalah daya ini ... Bila ternyata ... Sesungguhnya ... Aku terlalu cinta ... Dia ...." Suara tepuk tangan langsung bergemuruh saat Carissa selesai bernyanyi.

"Lagi ... Lagi ... Lagi!!" teriak semua teman satu jurusannya dan meminta Carissa untuk bernyanyi lagi. "Wah, seperti Carissa banyak penggemar, ya. Tidak masalahkan, jika kamu bernyanyi lagi?" tanya Pak Andrean.

"Ya sudah." Carissa menarik nafasnya dan mulai bernyanyi lagi. "Potong bebek angsa ... masak di kuali ... Kualinya pecah, bebeknya lari ...." Belum selesai Carissa bernyanyi, suara gaduh dan riuh rendah terdengar menggema seisi kelas.

"Huhh ... Jelek sekali!" teriak semua teman sekelasnya sambil melempar gulungan kertas kecil kearah Carissa. Reflek, Carissa berbalik untuk melindungi wajahnya dari lemparan kertas. Dalam waktu singkat, kelas menjadi sangat kotor karena gulungan kertas kecil tadi. "Mampus! Rasain tuh!" gerutu Carissa tersenyum jahil.

PLAK!

"Hentikan, sekarang semuanya bersihkan kertas gulungan kecil ini dan Carissa bisa menunggu di luar sembari kelasnya sedang dibersihkan," pinta Pak Andrean.

Sontak wajah teman sekelas Carissa menjadi memucat dan lesu karena harus membersihkan kelas. Tapi ya harus bagaimana lagi, ini sudah menjadi tanggung jawab mereka karena sudah mengotori kelas. Berani berbuat, berani juga bertanggung jawab.

Dengan langkah kaki sombong, Carissa berjalan keluar kelas. "Yang rajin ya ...," ejek Carissa.

Tetaplah santuy :D

By : Carissa Daniza

LaveniaLiecreators' thoughts