webnovel

When The Party's Over.

WSA Indonesia Kanneth dan Irina adalah pasangan muda yang menikah secara diam-diam karena tidak mendapat restu, memaksa keinginan mereka mengatas namakan cinta. Namun bagaimana jadinya, jika ada orang ketiga yang akhirnya mengguncang rumah tangga mereka yang baru seumur jagung. Apalagi saat semua perkara itu semakin panas, Olivia, sahabat dekat Kanneth mengandung anaknya. Sedangkan Irina, harus mendapati dirinya mengidap depresi dan aneroksia karena rasa sedih mendalam juga ketakutan akan perubahan tubuh yang dapat dikomentari banyak orang jika dia tak pantas berada di sisi Kanneth sebagai perempuan biasa. Tentu setelah banyak penderitaan itu, Irina tak akan membiarkan Olivia hidup dengan tenang di sisi suaminya. Bahkan Kanneth, Irina tak akan membuat menyenangkan hidupnya selama bersamanya. _____________________ "Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." Setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Aku menyela cepat."Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku lebih banyak!" Irina menarik napas sesak saat sadar air mata mengaliri kedua pipinya. "Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."

Alexa00_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
10 Chs

PANGGUNG SANDIWARA

_Aku bisa berbohong kalau aku menyukainya meski aku tidak suka_

...

Olivia terus menerus bergelinjang, sentuhan Kanneth membuatnya tak bisa tinggal diam. kedua tangannya memeluk leher Kanneth agar lebih dekat, dia mencium bibir itu dengan lumatan panas. Kedua orang itu sudah saling menelanjangi tubuh masing-masing, Kanneth masih dalam pelukan obat yang Olivia berikan.

Mungkin pagi ini, dia akan tersadar oleh rasa sesal yang memeluk diri.

"Kamu nggak akan aku biarkan pergi, Irina!! Apapun itu, kamu harus tetap disisi aku!" Ucap Kanneth saat dia menyatukan tubuhnya dengan Olivia."Akan aku buat kamu hamil, dan setelah itu tak akan ada yang dapat memisahkan kita berdua."

Kedua orang itu bergerak dengan gila karena nafsu, Olivia duduk di pangkuan Kanneth dan mereka kembali bergerak. Mencium, menyentuh sampai suara decapan terdengar begitu menggelikan di telinga.

"Irina...Irina... Irina, kamu akan tetap disini sama aku!!"

Beberapa menit kemudian semua itu berhenti, Kanneth jatuh pingsan dan Olivia tertawa hambar. Padahal di depannya tidak ada Irina sama sekali, kenapa bahkan di bawah alam sadar Kanneth perempuan rendahan itu selalu menjadi yang nomor satu.

"Ugh! Kenapa kamu berat banget!" Ucap Olivia sambil mendorong tubuh Kanneth ke samping. Dia mendekati nakas dan mencari ponsel miliknya, rasa sakit ini tidak boleh hanya dia yang merasakannya. Irina harus ikut, agar dia bisa lebih senang lagi."Aku harus berpose begini."

CEKREK.

Dia melihat hasil jepretannya, disana terpampang fotonya memeluk punggung telanjang Kanneth."Ini sudah bagus, mari kita lihat tanggapan dari perempuan rendahan itu!"

Sedangkan di apartemen, Irina masih disana. Dia mendapatkan telepon dari Marcus, pria itu bertanya tentang lokasinya saat ini. Tapi Irina tak mungkin memberitahukannya, ia yakin saat itu juga Marcus akan datang kemari untuk membawanya pulang dari rumahnya bersama Kanneth.

Matanya bengkak, dia tak tertidur di sofa ruang tamu. Tak sudi menyentuh ranjang yang pernah digunakan Kanneth bersama Olivia, dia berkata jika perempuan itu hanyalah sahabatnya tetapi menggunakan ranjang mereka, pakaian tidur miliknya yang ada di sini.

"Kamu memang pembohong Kanneth!" Ujar Irina sambil melihat foto terakhir yang dikirimkan oleh Olivia.

Irina tau hubungan Olivia dan Kanneth lebih dari dia bersama Kanneth, mereka sudah bermain api dan Irina hanya ingin menghentikan rasa sakit hatinya dengan putus. Jika memang Kanneth lebih menyukai Olivia, maka lepaskan dirinya.

"Brengsek!!!"

Pagi yang heboh, Kanneth bangun dalam keadaan sangat mual dan pusing. Dia berlari ke kamar mandi untuk muntah, kemudian setelah itu menatap ke arah cermin.

'Ini bukan kamar mandi apartemenku!'

"Ken, kamu gapapa?"

"Irina?!" Kanneth menoleh saat melihat jika itu bukan Irina, tetapi Olivia yang tengah kesusahan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang."A-apa yang terjadi, Olivia?!"

Olivia tidak langsung menjawab, perempuan itu mendekat untuk menarik wajah Kenneth dan bertanya dengan nada khawatir. Kanneth langsung memegang kedua tangan Olivia dan melihat ke segala penjuru tempat di dalam ruangan ini, dia berlari keluar kamar mandi dan melihat.

"Dimana kita?!!" Tanyanya dengan nada yang sudah kehilangan ketenangannya.

"Ken, tenang sayang. Kita ada di hotel, kamu semalam mabuk dan..."

"Dan apa aku yang udah meniduri kamu?!"

"Y-yeah, memang siapa lagi. hanya ada kita berdua, semua itu sudah terjadi."

"SI**AN!! KENAPA KAMU MALAH BAWA AKU KE HOTEL OLIVIA!!"

Kanneth yang berteriak membuat Olivia terkejut, perempuan itu menatap ke arah Kanneth dengan mata yang benar-benar tak mengira. Air mata langsung menggenang di matanya, dia mundur beberapa langkah sambil membalas.

"Dan kamu menyalahkan aku tentang ini?!!"

Kanneth membalik tubuhnya dan baru sadar jika dia tak memakai apapun, dia berjalan kearah ranjang dengan mata Olivia yang terus mengikuti. Pria itu memakai bukan hanya boxernya saja, tetapi seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia berbalik ke arah Olivia dengan mata merah, dia ingin memaki tapi bahkan Kanneth tak mengingat jelas kejadian semalam.

Sampai-sampai dia meniduri Olivia, sahabatnya sendiri. Meski mereka kini berpacaran, dia selingkuh dari Irina. Itu hanya untuk pelampiasan saja, sebagai bentuk agar ibunya tak lagi mendekati Irina.

Memiliki hubungan bersama Olivia juga atas perintah ibunya, tapi bukan begini caranya.

"Aku pulang, kamu bisa pakai baju dan aku antar sekarang ke apartemen kamu." Ucapnya dengan nada pasrah yang sudah tak tau lagi harus bagaimana. Dia perlu kembali ke apartemen. Perempuan itu pasti masih menunggu, saat dia memberi pesan agar jangan pergi sampai pikirannya lebih baik.

"Kamu brengsek Kanneth!!" Olivia menangis dan berjalan melewati Kanneth begitu saja, dia tak menyangka usahanya malah mendapatkan penghinaan ini.

'Awas saja!!'

Kanneth mengusap kepalanya tanpa peduli dengan suara isak tangis Olivia, perempuan itu mengenakan pakaiannya dengan cepat kemudian memukul pinggang Kanneth tiba-tiba mengenakan sepatunya.

"Brengsek kamu!!" Olivia menangis dengan suara keras, tangannya tak berhenti memukuli Kanneth dengan tas di tangannya. Tak akan bisa mengurangi rasa sakit ini, perasaan malu dan tak berharga atas pernyataan Kanneth atas posisi mereka saat ini. "Aku akan buat kamu menyesal!! Pergi kamu, aku gak butuh kamu untuk antar aku pulang!!"

"Olivia, tolong tenang..."

"GAK MAU! PERGI KAMU SEKARANG JUGA!!!"

Kanneth tak melawan balik, dia hanya membiarkan saja Olivia memukuli dia dan mendorongnya ke arah pintu. Saat tubuhnya sudah di luar, pintu tertutup tepat didepan wajah Kanneth.

BRUK.

"Hah... sebenarnya apa yang udah lo lakuin bangsat!!"Pintu apartemen kembali terbuka dan Olivia dengan mata menyala emosi melempar kunci mobil dan juga dompet miliknya. "Astaga!" Kanneth berucap terkejut.

Sedangkan di dalam apartemen, Olivia membanting segala furnitur milik hotel. Dia tak peduli, sekarang dia hanya ingin melampiaskan segala rasa frustasi, marah, terhina dan juga sedih. Tapi Olivia adalah perempuan yang diajarkan menjadi kuat oleh ibunya, Sintya berkata dia harus bisa menyembunyikan kesedihannya dari pria yang ia cintai agar tak terluka.

"Kamu harus tau, pria adalah serigala yang kita butuhkan. Tetapi serigala kerap kali melukai kita yang hanya seonggok daging, kamu harus menyembunyikan rasa sakit itu jika mereka tak ingin melukai kamu lebih banyak. Angkat bahu dan dagu kamu, katakan kalau kamu tidak pernah terluka akan semua yang sudah mereka lakukan!!" Itu adalah pesan dari ibunya sampai saat ini.

Di Lain tempat, Kanneth yang sudah berada di basement mencari keberadaan mobil miliknya. Dan pergi segera dari hotel menuju ke kosan temannya, dia perlu mandi untuk menghilangkan bau alkohol dan juga parfum milik Olivia yang bercampur padu membuat mual.