webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Horror
Zu wenig Bewertungen
27 Chs

Bab 4: Misteri kematian Tuan Eugene

"Iya Madam, kami telah menemukannya." Bianca dengan cepat memberikan buku itu kepadanya.

"Bagus, kalian sebaiknya mandi. Debu dan kotoran tampaknya telah melekat di badan kalian."

Madam Nigera berjalan meninggalkan mereka berdua dan masuk ke dalam ruangannya. Anastasia dan Bianca dengan cepat berlari ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Namun, ketika mereka hendak menaiki anak tangga pertama, suara madam Theresa terdengar mencari mereka.

"Astaga jadi apa yang kita lakukan?" tanya Anastasia panik. "Kita sama sekali belum sempat membersihkan diri."

"Anas, tapi aku merasa sebaiknya kita bertemu dengan madam Theresa." Bianca dengan cepat menarik tangan Anastasia dan segera berlari ke arah madam Theresa.

Anastasia dan Bianca lalu bertemu dengan madam Theresa yang ternyata berada di ruang tamu. Bola mata madam Theresa seketika membesar melihat mereka berdua.

"Hei, apa yang terjadi dengan kalian?" Madam Theresa mengerutkan alisnya melihat wajah Bianca dan Anastasia dipebuhi dengan debu . "Kalian terlihat seperti pengemis,"

Ucapannya yang begitu sarkasme membuat kepala Anastasia kembali memanas. Akan tetapi, Bianca berusaha menenangkan pikiran Anastasia. Dia sangat mengerti bahwa sahabat ini sangat membenci ucapan kasar. Bianca mengatakan bahwa dia dan Anastasia berada di lantai bawah untuk membersihkan.

"Hmm… aku tidak menyuruh kalian membersihkan di sana bukan?" Madam Theresa mengerutkan alisnya. "Tapi, aku merasa itu ide yang bagus," ucapnya diikuti dengan senyum tipis di bibirnya.

"Madam, aku merasa sebaiknya mereka membersihkan diri terlebih dahulu." Nigera berjalan mendekati madam Theresa dan memberi saran. "Kita tidak boleh memberikan kesan buruk untuk panti ini."

"Hmm, kamu benar Nigera." Madam Theresa mengangguk mendengar ucapan Nigera. "Kalian berdua bersihkan tubuh kalian, sekarang!" teriak madam Theresa hingga terdengar menggema memenuhi seisi ruangan.

Anastasia dan Bianca dengan cepat berlari menuju ke kamar mereka masing-masing dan segera membersihkan diri.

Aneh, apakah perkataan Bianca benar?

Ucapan itu terus terbayangkan di dalam benak Anastasia selama mandi. Namun, dia merasa apa yang dilihatnya itu memang nyata tetapi di luar nalar manusia. Dia berusaha menenangkan dirinya dan menarik napas yang cukup dalam.

Anas, tenang ini mungkin hanya khayalan saja.

Beberapa menit setelah mandi, terdengar ketukan pintu dari kamar Anastasia. Anastasia yang barusan ke luar dari kamar mandi dengan cepat mengenakan pakaian dan menyeka rambutnya dengan handuk miliknya.

Anastasia dengan cepat membuka pintu dan ternyata sosok itu adalah madam Theresa. Dia lalu memberikan Anastasia sebuah kertas dan keranjang belanja.

"Anas, ini semua adalah bahan-bahan makanan yang harus kamu beli."

"Baik, madam Theresa. Saya akan membelinya."

Anastasia menutup pintu kamarnya dan bergegas ke luar untuk membeli makanan. Dia menengok ke luar jendela dan langit terlihat agak mendung. Dia lalu mengambil sebuah payung berwarna hitam yang tergantung di dekat pintu dan berjalan ke luar.

Udara di luar memang cukup dingin. Embusan angin yang kencang menandakan bahwa kemungkinan akan turun hujan. Anastasia mempercepat langkahnya menuju toko penjual bahan makanan yang dikenalnya.

Jaraknya tidak jauh dari panti, sehingga hanya membutuhkan waktu beberapa menit hingga sampai di tempat itu. Anastasia akhirnya sampai di tempat itu. Sebuah rumah berukuran sedang dengan sebuah papan nama "Toko Bahan Pangan Paolo" terpampang jelas di sana.

"Aku berharap paman Paolo memiliki ini semua," ucap Anastasia sambil menggengam erat kertas pemberian madam Theresa dan melangkah masuk ke tempat itu.

Suasana di dalam begitu hening dan hanya terlihat beberapa orang saja. Beberapa daging segar dengan berbagai ukuran tersusun rapi di dalam sebuah kotak tembus pandang. Di arah berlawanan beberapa rak tersusun rapi mulai dari ukuran kecil hingga besar. Di dalam setiap rak tersebut berisi semua bumbu dapur dan beberapa buah dan sayur.

"Paman Paolo," teriak Anastasia sambil memanjangkan lehernya. "Paman?"

"Oh, Anastasia. Ada apa?" tanya seorang pria berbadan gemuk dengan kumis serta rambut berwarna putih.

"Paman, aku mencari bahan ini." Anastasia menunjukkan kertas yang berisi bahan makanan yang diberikan madam Theresa kepadanya. "Apakah kamu memilikinya?"

"Hmm…. tunggu sebentar aku akan memeriksa bahan ini terlebih dahulu." Tuan Paolo berjalan ke belakang sambil memegang kertas itu dan keranjang milik Anastasia.

Anastasia yang menunggu kemudian berkeliling melihat tempat itu. Suasana nya memang sangat tenang sehingga sangat nyaman berbelanja di sini, berbeda dengan suasana di pasar. Alunan musik klasik terdengar dari pengeras suara di ruangan itu hingga membuat pengunjung tidak bosan.

Tempat ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan, sehingga orang tidak gerah. Dia juga melihat beberapa kotak kaca yang diisi dengan air. Di dalamnya terdapat beberapa ikan, udang, kepiting yang terlihat berenang. da

Setelah menunggu cukup lama, Paolo datang dengan sebuah keranjang yang berisikan bahan-bahan yang dituliskan madam Theresa.

"Ok, aku merasa ini semua bahan yang kamu butuhkan." Paolo lalu memberikan keranjang itu kepada Anastasia.

"Baik, terima kasih tuan Paolo." Anastasia menengok dan melihat kembali semua bahan yang dibawa Paolo. "Aku merasa ini sudah semuanya." Dia lalu menutup keranjang belanja miliknya dan membayar.

"Anastasia, apakah kamu mendengar rumor yang beredar?" ucapnya dengan suara rendah. Wajahnya seketika menjadi tegang.

"Rumor apa, Paman?" Anastasia mengerutkan alisnya mendengar ucapan Paolo.

"Rumor mengenai misteri kematian Eugene," ucap Paolo sambil melirik ke kiri dan kanan. "Ada yang mengatakan bahwa kematian tuan Eugene mungkin saja telah direncanakan."

"Ah, paman kamu jangan asal bicara," ucap Anastasia tidak mempercayai ucapan Paolo. "Aku merasa orang-orang hanya mengarang semuanya."

"Hmm… aku juga berpikir demikian," ucap Paolo diikuti dengan anggukan kecil. "Akan tetapi, jika hal itu benar terjadi. Aku berharap orang yang membunuh tuan Eugene mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya."

"Iya, aku setuju Paman," ucap Anastasia dengan semangat. "Paman, aku pulang dulu. Cuaca hari ini tampaknya kurang bagus."

Anastasia melangkah pergi meninggalkan toko itu dan bergegas kembali ke panti. Di sepanjang jalan, dia melihat seorang anak bermain di lapangan ditemani dengan kedua orang tuanya. Wajah mereka tampak bahagia. Anastasia berhenti sejenak dan melihat pemadangan yang indah itu.

"Apakah itu yang dinamakan keluarga?"

Ucapan itu terus terngiang di dalam benaknya. Di dalam hatinya dia sangat ingin memiliki keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Dia ingin merasakan bagaimana kasih sayang orang tua yang belum pernah di dapatkannya sebelumnya. Di panti tidak ada siapa-siapa yang dianggapnya keluarga sekarang selain Bianca sendiri.

"Ok, aku sebaiknya bergegas dan pulang ke rumah."

Anastasia menggelengkan kepalanya berusaha untuk menyadari posisinya sekarang. Dia lalu mempercepat langkah kakinya menuju panti. Beberapa menit kemudian, dia telah sampai di depan pintu dan perlahan membuka pintu dan segera bergegas ke dapur dan meletakkan bahan itu di atas meja. Anastasia lalu berjalan kembali ke kamarnya. Di sepanjang jalan, ucapan paman Paolo masih membekas di dalam ingatannya.

"Apakah mungkin kematian tuan Eugene sudah direncanakan, tetapi siapa orang melakukan hal itu?"

Anastasia hanya bisa menghela napas. Dia berharap apa yang dikatakan tuan Paolo itu hanya omong kosong yang dibuat oleh orang jahil. Beberapa lama kemudian, Bianca ke luar dari kamarnya.

"Anas, kamu dari mana?" tanya Bianca penasaran. "Wajah kamu kok begitu tegang?"

"Bi, ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu." Anastasia menarik tangan Bianca dan masuk ke dalam kamarnya.

Dia lalu menceritakan mengenai apa yang dikatakan tuan Paolo kepadanya. Mata Biru Bianca seketika membesar sesaat.

"Anas, apakah kamu yakin dengan ucapan itu?" tanya Bianca ragu-ragu. "Kita sama sekali belum menemukan bukti bukan?"

"Iya Bi, tapi jika itu memang betul gimana?"

"Hmm… artinya ada seseorang yang memang mengincar nyawa tuan Eugene," ucap Bianca sambil menggelengkan kepalanya.

***