webnovel

WARISAN EMAK TONAH

Warisan Emak Tonah Sinopsis Mak Tonah Adalah seorang Nenek dari Gadis belia Yatim Piatu anak dari Almarhummah Putri mak Tonah yang meninggal dalam kecelakaan 22 tahun yang lalu bersama sang menantunya. tragisnya Cucunya yang baru berusia 3 bulan itu harus mrnyandang status yatim piatu karena ditinggal mati kedua orang tuanya saat mereka hendak bekerja. Dalam kondisi ekonomi yang sulit saat ditinggal oleh Anak dan Menantunya , terpaksa Emak Tonah harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan Susu dan Keperluan lain dari sang cucu. Ia akhirnya bekerja menjadi seorang Pengasuh anak di luar kota demi memenuhi kebutuhan sang Cucu, dan sang cucu ia titipkan kepada Adik dari Emak Tonah yang bernama Ratih yang juga mempunyai seorang putri yang usianya 2 tahun lebih tua dari cucu h Tonah. dari hasiu upahnya ia selalu kirimkan kepada sang Adik untuk memcukupi kebutuhan Cucunya dan juga keponakannya. 22 Tahun telah berlalu, Emak Tonah akhirnya memberikan sebuah wasiat berisikan warisan untuk sang cucu sebelum dia meninggal, ia menitipkan surat wasiat itu kepada anak sang majikan untuk memberikannya secara langsung kepada cucunya. Saat Sang Cucu mendapatkan kabar akan menerima warisan dari Sang Nenek awalnya senang, namun saat membaca apa isi waridan Emak Tonah, sang cucu tak mau menerima warisannya, namun karena saat itu ia harus melunasi semua hutang-hutangnya kepada bank kreditnya ia terpaksa menerima warisan tersebut. apakah isi dari warisan Emak Tonah ? sanggupkah Cucu Emak Tonah untuk melaksanakan amanah warisan itu? Bagaimana kehidupan sang Cucu setelah menerima warisan itu? yuk ikuti kisah mereka WARISAN EMAK TONAH

Siti_Tarwiyah_4062 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
24 Chs

Chapter 19

Tepat jam makan siang Resty, Fifi dan Jaya pamit untuk membeli makan di warung pojok depan. Tak lupa Resty menanyakan rencananya sore untuk mengajak Shafeeya mencari kos yang dekat dengan Kantor tempat kerjanya kini, hampir saja Shafeeya lupa akan hal itu iapun rmngangguk .

Setelah demua karyawan Kantor sudah sepi, kini Shafeeya berjalan ke Ruangan Diom dengan membawah secangkir kopi pesanannya pagi tadi yang sempat tidak dibuatnya.

Tok..tok..tok..

Tak lama kemudian pintu diketuk seseorang sudah membuka pintunya, namun betapa terkejutnya saat Shafeeya melihat Alan yang membuka pintu untuknya.

Alan pum sepertinya tampak kaget melihat Shafeeya yang saat ini mengenakan seragam Offive girl dan membawah nampan berisikan kopi untuk Dion. Sesaat kemudian dia mengernyitkan dahinya lalu menoleh ke arah Dion berharap adik sambungnya menjelaskan kepadanya.

" Fee, kamu Kerja disini jadi Office Girl ?"

Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari mulut Alan yang tak mengetahui posisi Shafeeya saat ini, karena sebelumnya Dion bilang kepadanya akan memberikan posisi sekretaris kepada Shafeeya namun akhirnya Shafeeya yang menolak.

" Iya Mas eh Pak ." ucapnya dengan tergugup

" Tak usah formal selama tak ada karyawan yang melihat panggil aku Mas saja. Jadi kamu memang benar-benar ingin jadi Office Girl seperti yang kamu katakan dulu kepadaku ?" cerca Alan saat melihat gadis itu hanya cengigiran

" Apa salah Mas kalau aku bekerja dengan posisi bawah dulu? Bukankah aku oernah mengatakan kepada Mas Alan untuk mencarikan aku pekerjaan meski sebagai cleaning service? Aku belum punya pengalaman kerja mas jadi menurutku posisi ini cocok untukku, aku bisa membuatkan kopi yang spesial buat Mas Alan dan pak Dion." Ucapnya dengan meletakkan secangkir kopi keatas meja Dion

" Hanya untuk Dion?" tanyanya dengan menunjuk dirinya

" Mas Alan mau dibuatkan apa?" tanyanya dengan menangkup Nampan diatas dadanya

" Cappuchino saja ." ucapnya dengan tersenyum ke arahnya

" Siap pak Bos." Jawabnya dengan melangkah kakinya keluar.

Saat Shafeeya keluar , Alan dan Dion mulai mengobrol.

" Serius kamu tidak menyuruh Ernes melakukan hal yang kamu perintahkan? Ernes HRD teladan yang punya reputasi bagus dalam merekrut pegawai sudah pasti tidak akan memberikan posisi itu begitu saja kepada Shafeeya. "

Dion memincingkan sebelah matanya

" Aku lebih percaya Shafeeya yang mengatakan sendiri Mas dari pada Ernes yang mengatakan. Mana mungkin Ernes berani menolak perintahku." Jawab Dion

" Bagaimana hari pertamamu dengan Shafeeya? " Alan bertanya

" You Think? Kamu datang kesini disaat aku akan akan makan siang bersama dengannya

" Decaknya kesal

" Aku mengganggu? Aku akan pergi setelah meminum kopi buatannya,lagi pula aku tak sengaja datang kesini karena ada dokumen yang harus segera kamu tanda tangani."

" Berhenti lah Kamu berada di posisiku saat ini sudah saatnya kamu kembali pada posisimu semula Mas ."

" Tidak sekarang Dion, Saat ini kamu lebih pantas mrnduduki Posisi ini. " jawab Alan

Tak lama kemudian Shafeeya mengetuk pintu dan segera dia masuk ke dalam ruangan itu setelah Dion mempersilahkan masuk kedalam.

" cappuchinonya Mas Alan." Ucapnya drngan meletakkan secangkir cappuchinonya diatas meja

" Terima kasih ya Fee." Ucapnya dengan mulai mengambil Cangkir berisi cappuchinonya diatas meja lalu menyeruputnya.

Setelah menyeruput kopinya, Alan langsung berpamitan keluar karena tak mau mengganggu waktu untuk Dion dan Fee.

" Saya mau pamit dulu ya, kalian nikmati waktu untuk bersama aku tak akan mrngganggu kalian." Ucapnya dengan terkekeh.

Dion berdecih setelahnya, Fee hanya memandang punggung Alan saat dia keluar.setelahbitu duduk di kursi sofa yang ada di Ruangan Dion. Dion sudah memesan makanan lewat aplikasi online sebelum jam makan siang tiba.

" Fee kita makan siang sekarang! Masih ada waktu empat pulih lima menit sebelum karyawan yang lain datang. "

" Iya Mas." Ucapnya lalu melihat beberapa menu makanan yang ada diatas meja.

Setelah memilih menu yang ada diatas meja, merekapun langsung makan bersama. Tampak Fee makan dengan lahapnya dengan menu pilihan yang dipesan oleh Dion, Ayam fried chicken, burger, nasi padang dan juga Rice bowl.

" Suka fee dengan menu makanannya?" tanyanya disela makan siangnya

Fee mengangguk lalu melahap kembali makanannya dengan mulut penuh.

" Jangan cepat-cepat kalau makan nanti tersedak." Dion mengatakan itu setelah melihat Fee yang terburu-buru makan makanannya.

" Maaf Pak Dion Fee harus cepat sebelum yang lain melihat." Fee membersihkan mulut setelah melahap suapan terakhirnya.

" Kan sudah aku bilang masih banyak waktu , lagi pula mereka makan juga lama kok jadi kamuntidak usah khawatir Fee." Ucap Dion santai

Fee hanya nyengir kuda, entah kenapa dia kurang nyaman saja kalau makan berdua dengan Dion katena biasanya makan bertiga dengan Alan, sempat dia memikirkan Alan saat ini dia lagi makan apa dan makan dimana.

Dion yang sempat memperhatikan Fee sempat berfikir sejenak, sepertinya Fee sedang memikirkan sesuatu.

" Fee kamu kenapa melamun terus?"

Ucapan Dion sedikit menyentak hingga dia mulai membuyarkan lamunannya.

Fee menggeleng cepat sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu

" Pak Dion apa boleh saya mengatakan sesuatu?" tanyanya ragu-ragu

" Apa Fee? Katakan saja ." Dion lalu mrnyudahi makannya lalu mulai duduk mendengarkan Fee yang ada didepannya.

" Hmm Maaf Pak Dion apa hari ini saya boleh menemani Resty untuk mencari kos didekat sini?"

Dion lalu menatap wajah Fee, tak ada kebohongan disana. Sempat dia mulai berpikir bahwa Fee pernah mengatakan sesuatu untuk mencari teman untuk menemaninya tinggal bersama mereka.

Kenapa tak menawarkan Resty tinggal bersama mereka saja pikirnya.

" Ehem...Fee apa boleh aku mengatakan sesuatu?"

" Iya pak Dion silahkan."

" Apa tidak sebaiknya Resty tinggal bersamamu saja?" tawarnya

" Apa?" maksud Pak Dion tinggal sama kita bertiga? Kalau dia tau rahasia Wasiat Emak Tonah bagaiamana Pak Dion ? Jangan ngadi-ngadi deh?"

" Hei dengarkan saya dulu Fee kan sebelah Rumah Mas Alan itu ada Rumah kecil yang sudah lama tak ditempati selama Memen tak kerja disana."

Fee sempat berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Dion mengenai Rumah Alan, Rumah Alan? Bukannya itu rumah kontrakan?

" Jadi itu Rumah Mas Alan? Bukan Rumah Kontrakan? " tanya Fee seakan tak percaya

" Iya itu Rumah Mas Alan bukan Rumah kontrakan kamu pikir dia mengontrak disana?"ucapnya dengan sedikit menertawakan Fee.

Sampai kapan Alan membohongi Fee dan mengerjainya seperti itu sampai-sampai dia peracaya akan hal itu. Fee terlalu polos dan mudah dibohongi oleh Alan .

" Kok Mas Alan jadi sering ngebohong ya sama Fee, atau jangan-jangan posisimya di Perusahaan ini bukan jadi bawaha Pak Dion?" tanyanya dengan pandangan menyelidik

Dion sempat gelagapan lalu mencoba mentralisirkan keadaan agar Fee tak mencari tau tentang Alan lebih jauh lagi .

" Ehem.. Apa kau mencurigaiku Fee?" tanya Dion dengan menatap wajah Fee

Fee lalu tertunduk lalu dia menggelengkan kepalanya.

" Tidak Pak Dion mana mungkin Fee curiga dan menuduh Pak Dion menyembunyikan status posisi Pak Dion di Perusahaan ini." Jawabnya dengan sedikit takut

" Good girl, jangan pernah meragukan saya Fee, jadi bagaimana? Kalau iya aku akan menyuruh pak damar dan bi heti membersihkan dan merapapikan Rumah itu sekarang. Kamu bisa mengajaknya nanti sore untuk tinggal disana." Terangnya

" Tapi perjanjian itu bagaimana Pak, artinya saya kan keluar dari sana."

" Fee..fee kamu kan masih tinggal satu Rumah dengan kita bedanya kamu menempati sebelah Rumahnya dan kamu bisa setiap waktu datang kalau kami membutuhkan , bilang saja pada Resty kalau kamu itu disana juga membantu melayani keperluan kami sebagai ganti uang sewa kontrakan dan kamu bisa mengajak Resty membantumu menyiapkan masakan untuk kami, bagaimana?"

Fee manggut-manggut apa yang ditawarkan oleh Dion itu cukup bagus karena Fee bakalan ada teman untuk tidur dan teman ngobrol .

" Baik Pak saya setuju lagi pula untuk menghindari fitnah juga kan Pak. " Tukasnya

" Oke Fee aku akan menghubungi Pak Damar dan Bi Heti untuk membersihkan rumah itu dan memindahkan barang-barang mu kesana."

" Baik pak Dion terima kasih banyak ya Pak akhirnya Fee punya teman."

" Sama-sama Fee. Sekarang kamu boleh kembali ke Pantry sebelum yang lain datang."

" Baik Pak Dion saya permisi."

Shafeeya lalu beranjak pergi menuju pantry dan tak sabar untuk memberitahulan kepada Resty bahwa Pak Dion menawarkan dirinya untuk tinggal bersamanya.

Bersambung...