webnovel

WANTED! Jodoh Dunia Akhirat

Dua Insan manusia yang terjebak dalam kisah masa lalu yang membuat mereka sulit untuk sekedar move on mencari pengganti. Sefia seorang gadis lajang yang tak kunjung menikah karena cinta pertamanya yang kandas karena Obsesi sang kekasih bernama Pramudya yang ingin sukses menjadi seorang penerbang, membuat Ia malas untuk mencari penggantinya sampai sang ayah mencarikan jodoh untuknya. Berbeda dengan Bima laki – laki yang mendekati usia 30 an itu sulit Move on karena kisah percintaannya dengan Laura yang ia anggap belum usai, Laura pergi begitu saja tanpa kabar berita yang membuat Ia bertanya – tanya apa sebab gadisnya itu pergi meninggalkan dirinya saat Ia sangat mencintai gadis itu. Sefia dan Bima di pertemukan di kantor milik ayah Bima sebagai seorang sekertaris dan anak bos yang menggantikan posisi ayahnya di kantor. Tanpa Sefia ketahui laki – laki yang di jodohkan itu adalah Bima bos yang dianggap sableng dan sinting karena selalu menggoda dirinya, dimana pun Ia berada. Walau akhirnya mereka menikah namun justru permasalahan muncul disaat mereka sedang memunculkan rasa di masing hati – hati. Kembalinya mantan kekasih membuat Bima galau setengah mati. Ditambah kehadiran Pramudya sang mantan Sefia menambah pelik kisah rumah tangga mereka. Novel ini akan membawa kita ke dalam petualagan cerita rumah tangga, menyelesaikan masalah dalam rumah tangga secara dewasa, dan secara bijaksana. Apa kah rumah tangga mereka akan tetap berlanjut atau justru kandas di tengah jalan? Ikuti saja novel ini. ###JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA

Rindu_Ughi · Urban
Zu wenig Bewertungen
32 Chs

Senyum di Balik misteri hati

TrIng

Sefia menatap sekilas ponsel yang ada di meja kerjanya, sebuah pesan dari Bos Sintingnya itu lagi, pikir nya.

Sefia sengaja tak membuka pesan dari bos nya yang Ia tahu pasti diluar urusan pekerjaan. Sefia sangat hafal dengan kebiasaan bos sinting nya ini, jika sang bos membutuhkannya dalam hal pekerjaan pasti dia akan menghubunginya melalui pesawat intercom yang ada di meja kerja mereka. Lain lah jika urusan pribadi pasti akan menggunakan ponselnya untuk sekedar berbicara dengan dirinya.

Di ruangannya Bima menggeratkan giginya karena pesan yang Ia kirim pada Sefia tak kunjung gadis itu buka, apa lagi membalas pesannya.

"Perasaan aku ga kasih kerjaan dia banyak – banyak deh, malah kerjaanku yang menumpuk karena dirinya." Gumam Bima sambil menatap pintu ruang kerjanya yang tahu jika di balik pintu itu ada gadis berjilbab yang beberapa minggu ini selalu membuat Ia kesal dan uring – uringan karena Sefia telah kebal dengan semua gombalan nya.

Satu menit.

Lima menit

Sepuluh menit

Dan lima belasmenit

Tak ada balasan apapun dari gadis itu membuat Bima semakin uring – uringan.

"Apa – apaan dia ini, berani sekali mengabaikan pesan dariku." Gumam Bima lalu beranjak dari kursi nyang ia duduki.

"Fia!" Sefia terjingkat kaget melihat sosok pria tinggi besar sedang menatapnya dengan tatapan tajam dan jangan lupakan kedua tangannya yang kini berkacak pingang.

"Mas Bos." Sefia sontak berdiri lalu menundukkan kepalanya, bibir nya mengatup dengan erat. Sekesal apapun Sefia pria di hadapannya ini adalah bos nya.

"Saya bicara dengan dirimu Sefia! Tatap mata saya!"

Sefia mendongakkan kepalanya, ditatapnya wajah tampan yang ada di hadapannya itu.

"Temani saya makan siang!"

"Tapi…"

"Jangan membantah!"

"Baik Mas Bos."

Bima masuk kembali kedalam ruangan kerjanya, menggambil ponsel serta kunci mobil lalu segera keluar lagi dari ruangan kerjanya.

"Ayo!" Bima melangkah lebih dahulu baru diikuti oleh Sefia di belakangnya sambil menenteng tas kecil miliknya.

Tak ada pembicaraan apapun diantara kedua insane itu hingga mereka sampai di lobby kantor pun keduanya masih terdiam. Sekurity membukakan pintu mobil Bima saat bos mereka sampai di teras lobby bersama Sefia.

Sefia masih saja diam tak mengeluarkan suara. Bima nampak melirik sesaat setelah menyalakan mesin mobilnya.

"Kamu lagi sakit gigi atau sariawan?"

Sefia melirik bos nya lalu menggeleng pelan.

"Terus kenapa kamu diam saja?" Jujur saja Bima lebih senang jika Ia mendengar suara ketus sekertarisnya itu dari pada harus melihatnya diam.

"Saya minta cuti Mas Bos, menjelang akhir pekan nanti." Ucap Sefia sambil melirik pada pria yang sedang menyetir di sampingnya ini.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya, kenapa malah ngajuin cuti? Kamu pikir saya akan mengijinkan kamu cuti?"

Sefia menarik nafas panjang, Ia sedang malas berdebat dengan bosnya ini. Pikirannya melayang pada ucapan ayahnya tadi malam.

"Saya lagi malas bicara Mas bos!" Jawab Sefia dengan nada sedikit meninggi.

"Tapi saya ingin kamu bicara sama saya."

Sefia lagi – lagi membuang nafasnya kasar, menghadapi ayahnya yang selalu memaksanya untuk pulang dan harus menerima perjodohan dengan laki – laki pilihan sang ayah.

"Ya Allah gusti Mas Bos,perasaan saya sedari tadi udah ngomong sama mas bos deh, nyebelin."

"Jangan ngomong perasaan, karena perasaan saya udah ke kamu." Gombal Bima yang hanya ingin gadis di sampingnya ini tersenyum atau paling tidak misuh – misuh ga jelas, itu lebih baik dari pada harus diam.

Sefia reflek memukul lengan bosnya itu yang sedang sibuk mengemudikan mobil. Bima tersenyum lebar melihat bagai mana wajah sekertarisnya ini yang sedang kesal.

"Kita sudah sumpai, ayo turun, kita makan dulu. Sepertinya singanya sudah mulai bangun dari tidur lelapnya, dan siap menerkam mangsa." Bima langsung buru – buru keluar dari mobil sebelum menerima amukan dari sekertarisnya ini.

Dan benar saja, Sefia sudah berlari mengejar sang bos yang sudah ngacir lebih dulu masuk ke dalam restoran dan mengambil posisi duduk di pojokan.

"Itu muka kalau ditekuk gitu nanti tambah jelek lho." Lagi – lagi Bima mengeluarkan jurus andalannya menggoda Sefia.

"Saya balik kantor nih!" Ancam Sefia.

"Balik aja, tapi saya ga bakalan kasih ijin kamu buat cuti." Memang namanya Bos bisa melakukan berbagai cara untuk menekan karyawannya.

Dan benar saja, Sefia mengalah, lalu duduk berhadapan dengan Bos sintingnya itu.

"Ada acara apa kamu mau cuti, tumben. Saya lihat kamu selama ini jarang ambil cuti tahunan." Tanya Bima setelah memilih menu untuk makan siang mereka berdua.

"Saya diminta pulang oleh orang tua saya mas bos." Sahut Sefia sendu.

"Oh."

"Jadi saya diijinkan cuti kan mas bos?"

Bima menatap wajah sefia yang sendu, namun Ia mengurungkan menjawab pertanyaan Sefia karena pelayan restoran datang membawa pesanan mereka.

"Makan dulu." Ucap Bima.

Mau tak mau Sefia mengambil sendok dan garpu lalu mulai memakan makanan yang telah tersaji di atas meja.

"Selesaikan pekerjaan kamu sebelum kamu mengambil cuti, untuk sementara waktu kerjaan kamu akan di ambil alih oleh Radit."

Sefia mengangguk, Ia sangat kenal siapa Radit, Ia adalah salah satu orang kepercayaan tuan besar, yang sekarang menjadi asisiten pribadi Bima.

Sefia hanya mengangguk sambil melanjutkan menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

"Kamu cuti berapa hari?"

"Mungkin hanya 1 hari karena dua hari berikutnya kan week end, hari senin saya akan kembali bekerja."

"Mengapa sebentar sekali? Ambillah satu minggu, sekalian kamu liburan. Siapa tahu bisa mengubah wajah kamu yang jutek itu menjadi lebih sumringah, dan berubah jadi cantik."

Sefia memutar bola matanya malas, memang dasar bos nya ini tak henti – hentinya menggoda dirinya.

"Baiklah, saya akan ambil satu minggu." Ucap Sefia tanpa menatap sang bos yang kini tersenyum jahil.

Sejujurnya Bima tahu mengapa gadis di hadapannya di minta pulang oleh kedua orang tuanya, tentunya karena ingin dijodohkan dan malam minggu nanti adalah waktu yang dipilih kedua orang tua mereka untuk melangsungkan acara pertunangan yang akan di langsungkan di Yogyakarta, tempat kelahiran Sefia.

Bima sengaja menyuruh Sefia untuk mengambil cuti lebih lama, karena Ia pun melakukan hal yang sama tanpa sepengetahuan Sefia.

Hingga detik ini hati Bima masih tetap bercabang antara harus menerima perjodohannya dengan gadis di hadapannya atau terus menunggu dan mencari keberadaan Laura yang pergi tanpa jejak entah kemana.

Namun Bima percaya segala sesuatu telah diatur secara apik oleh Allah untuk hamba – hambanya, maka yang Ia lakukan hanyalah berdoa dan berserah diri tentang takdir hidupnya.

'Jika menikah denganmu adalah yang terbaik untukku, Semoga Allah menjaga pernikahan kita dan menghapus jejak Laura dari hatiku.' Batin Bima sambil menatap gadis yang ada di hadapannya ini yang dengan lahap menaghabiskan makan siangnya.