webnovel

Hamil?

"Setelah tidur denganku, jangan pernah berpikir bahwa kamu itu pantas untuk berada di sampingku. Kamu tak ada bedanya dengan para jalang-jalang lainnya yang pernah aku tiduri sebelumnya. Cuma bedanya, aku hanya sedikit tertarik untuk mempunyai peliharaan sepertimu," tutur Sky sembari duduk di sofa empuk yang menghadap langsung dengan ranjangnya, sembari menyesap perlahan cerutu yang ia nyalakan.

"What?" Hati Caca terasa perih teriris luka oleh pria kaya aneh yang ada di hadapannya, memandang tubuh dirinya dengan sangat hina.

Saat ini posisi Caca sangat memprihatinkan, setelah digunakan oleh Sky. Kedua tangannya di ikat dengan tali dan dikaitkan pada ujung ranjang. Tentu, dengan kondisi tubuhnya yang masih polos tanpa tertutup sehelai benangpun.

"Tu—tuan Sky," seru Caca memanggil nama Sky dengan nada yang lirih.

Sky hanya diam, menatap wanita yang ia ikat sembari menunggu Caca berbicara lagi.

"Aku memang tidak pantas untuk berada di sisi tuan, mendampingi tuan dengan baik. Tetapi setidaknya tuan perlakukan Caca sebagai manusia yang baik dan benar. Bukan seperti binatang seperti ini tuan." Dengan berlinang air mata, Caca mencoba melakukan protes sembari memandang tubuhnya sendiri yang terlihat sangat kacau dan mengenaskan. Hatinya seperti hilang, harga dirinya seakan runtuh diperlakukan sedemikian rupa, dan belum lagi tiap-tiap kata yang terucap dari mulut Sky terasa begitu menyayat dan menyakiti hatinya.

"Kamu budak dan aku tuan, konsekuensi menjadi budak adalah menerima segala bentuk apapun yang dilakukan oleh sang tuan terhadap dirinya. Bukankah seharusnya point itu sudah berada di luar kepalamu saat kamu menandatangani perjanjian 500 juta?"

Mata Caca seketika memerah, semakin Sky berucap rasanya semakin mendekatkan dirinya dengan rasa ingin bunuh diri. Menyesali langkah yang telah ia ambil dengan menyetujui perjanjian itu. "Ibu ... aku sangat menyayangimu, tetapi kenapa kamu dengan tega melempar ku ke dalam lembah hitam yang begitu gelap seperti ini hanya karena hutang yang kamu buat sebesar 500 juta itu," batin Caca menjerit, bahkan beberapa kali Caca hanya bisa memejamkan kedua matanya sembari membiarkan air mata itu lolos dari kelopak matanya. Membiarkannya mengalir seperti membiarkan tubuhnya yang sudah terlanjur sakit.

Hal ini tak akan mungkin bisa Caca lupakan selama hidupnya, bagaimana cara Sky menyentuh dan menjamahnya. Dan bagaimana Sky memperlakukannya di akhir permainan seperti seorang pengembala yang memaksa hewan peliharaannya kembali ke kandang dengan mengikatnya.

Sky justru kini tengah tertawa sinis, "Hahahaha, bukankah ini yang kalian inginkan? Wanita-wanita seperti kalian akan rela melakukan apapun hanya demi uang."

Sky beranjak dari duduknya, ia berjalan menghampiri Caca yang masih terikat di atas ranjang, Sky kini duduk di tepi ranjang. Sembari mencekal kedua pipi Caca dan mendekatkan wajahnya ke wajah Caca. Bahkan Caca mampu merasakan hembusan napas Sky yang kini beraroma tembakau, karena baru saja Sky menghabiskan satu cerutu miliknya.

"Tetaplah menjadi kelinci yang baik," bisik Sky sembari melepaskan ikatan kedua di kedua tangan Caca. Lalu beranjak pergi.

"Apakah kamu akan memperlakukan semua wanita seperti kelinci?" Caca hanya bisa bertanya demikian dengan lirih setelah Sky pergi. Bulir-bulir air mata masih dengan setia meluncur membasahi pipinya. Perlahan ia sudah mendapat gambaran, bagaimana hidupnya kedepan bersama pria arrogant seperti Sky.

***

Dua bulan kemudian ...

Caca telah terbiasa dengan kehidupannya bersama Sky. Seminggu terakhir ini memang Sky tidak bertemu dengannya karena ada urusan bisnis yang sangat urgent di Singapura. Sehingga untuk seminggu terakhir ini, Caca bisa hidup dengan normal dan bernapas dengan lega tanpa tekanan dari Sky.

Bukannya happy yang Caca rasa, justru ia merasa seperti orang sakit yang bertubuh lemah dan sering muntah.

Bulir-bulir peluh membanjiri keningnya ketika ia keluar dari toilet. Lemah dan tak berdaya rasanya, sedangkan di rumah itu hanya ada para asistan rumah tangga yang menemaninya.

"Nona baik-baik saja? Apa perlu saya menghubungi tuan sekarang, memberitahu jika nona sedang sakit?"

"Tidak perlu Bi," tolak Caca dengan segera, ia tidak ingin CEO arrogant itu cepat pulang ke mansion ini. Semakin lama ia di luar, maka akan semakin baik menurut Caca. Ia tak perlu pusing-pusing melayani tuan arrogant itu dengan segala alir permainannya yang sangat menyakitkan.

Bibi segera menyodorkan teh hangat kepada Caca. "Ini, diminum dulu non. Biar agak enakan badannya."

Caca perlahan meminum teh hangat itu dengan hati-hati. Hanya meminum dengan beberapa kali teguk saja, perut Caca sudah merasa jauh lebih baik.

"Terima kasih ya Bi, sudah mau buatin Caca teh hangat."

"Sama-sama non Caca, kalo sampe terjadi apa-apa dengan non Caca. Ya pasti saya juga akan kena marah sama tuan."

"Enggaklah Bi, namanya juga orang sakit. Masa mau dimarahin."

"Tapi non, sepertinya saya curiga kalo non Caca itu hamil deh. Apa ga mau dicoba melakukan test dulu pakai test pack? Kebetulan Bibi punya sisa test pack 3bulan yang lalu karena takut pas ga mens-mens. Taunya ternyata udah masuk menopause."

"Serius bi?"

"Iya," sahut Bibi cepat. "Ini juga sudah Bibi bawakan test pack nya. Nona Caca apa mau coba test sekarang? Tapi paling akurat ya pakai air kencing malam hari si non."

"Ya sudah Bi. Nanti malam akan Caca coba pake ya, terima kasih sebelumnya Bi."

"Iya, sama-sama Non. Kalau begitu, Bibi pamit ke dapur lagi. Kalo non Caca butuh bantuan tinggal call saja."

"Baik Bi."

Setelah Bibi berlalu pergi meninggalkan kamar Caca. Caca merebahkan tubuhnya di kasur dengan asal. Pikirannya seketika berkelana, memikirkan banyak hal.

Jika nanti dirinya benar-benar hamil, apakah Sky akan mau mengakui bahwa itu adalah anaknya? Atau justru ia akan marah besar dan akan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya?

Lagi-lagi bulir air mata jatuh begitu saja. Ia bahkan belum sempat bertemu dengan ibunya dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya akibat hutang ibunya 500 juta itu.

"Apa lebih baik aku melakukan tes sekarang saja? Agar pikiranku yang penakut ini tidak memikirkan yang tidak-tidak sebelum aku memastikan kebenarannya."

Caca bergegas mengambil tes pack pemberian dari Bibi dan segera menuju toilet untuk menampung cairan urinenya. Setelah menampung urine, Caca langsung melakukan tes dengan menggunakan dua alat tes pack sekaligus. Hal ini sengaja Caca lakukan untuk meyakinkan dirinya sendiri, apakah nanti hasil yang keluar akan sama?

Caca juga merekam sedari awal aktivitasnya saat memulai menggunakan alat tes pack ini menggunakan kamera dari ponselnya. Untuk berjaga-jaga jika nanti Sky mempertanyakan kebenaran dan keaslian dari hasil test packnya.

Setelah menunggu beberapa menit, kedua tes pack itu telah menunjukan hasil. Dan garis yang muncul pada alat test adalah ....

Bersambung ...