Laboratorium Bedah Saraf
Cyclops Intelligence, Hatemoor
3 Februari 2157
10.00 NAM
Setelah satu jam pemulihan, Rachel telah mampu beraktivitas seperti biasa meski Lars membatasinya agar tidak terlalu aktif. Tidak masalah pergerakan fisiknya terbatas, namun yang terpenting untuk pulih adalah kemampuannya berpikir, memantau dan mengevaluasi hasil eksperimen. Sampai saat ini Lars belum mengizinkan Rachel pindah ke ruang lain, terlebih ruang isolasi untuk menguji kerja awal gen dan microchip yang telah sukses tersisip di batang otaknya. Tidak hanya Lars yang ragu, tetapi juga Rachel sendiri.
DING!
DING!
Representasi dua dimensi aktual yang menerangkan kinerja gen dan microchip di batang otak Rachel muncul dalam sebuah hologram seluas dua puluh satu inchi di hadapannya dan Lars. Rachel perlu memastikan bahwa gen dan microchip itu sepenuhnya teraktivasi dan membangun kebutuhan nutrisi dan oksigen dalam tubuhnya secara automatis.
DING!
[Notifikasi sistem: 202 sirkuit microchip ICNG-257 telah sukses terhubung ke sinapsis saraf]
[Notifikasi sistem: sub-gen 86, 87, dan 88 telah bekerja lebih awal membentuk penyusun utama lemak dan gula sederhana di organ hati dan otot]
[Notifikasi sistem: adaptasi perlu dilakukan sampai maksimal satu minggu]
"Satu minggu? Kenapa harus menunggu lagi?" Rachel sedikit keberatan karena waktu eksperimen automatis akan diperpanjang tanpa persetujuannya di awal.
Lars mengangguk, "Ya, itu karena sistem rangsangan dan respon endokrin atau hormonalmu bekerja lebih lambat dibanding sistem rangsangan dan respon dari sel-sel saraf. Mereka bahkan lebih lambat dari waktu rata-rata, maka aku salah memprediksi."
"Bagaimana kau bisa salah memprediksi, Lars?" Rachel mengerutkan dahi tajam, ia tidak suka kegagalan dalam bentuk apapun, meski orang-orang bijak mengatakan bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda. Oh, tapi bukankah sukses yang tertunda itu tetap akan memakan waktu?
Lars menghela, "Aku tidak mengerti, padahal di tahap screening awal, sistem endokrinmu bekerja normal, seperti rata-rata wanita seusiamu. Artinya sebelum eksperimen ini dilakukan, terjadi sesuatu yang mempengaruhi kerja sistem hormonmu," jelasnya.
"Se-sesuatu… yang seperti apa? Hormon mana yang paling terganggu?" Rachel sedikit curiga akan satu hal. Cepat saja ia menemukan kemungkinan-kemungkinan penyebab sistem hormonnya terganggu.
"Hormon yang berkaitan dengan kesenangan, relaksasi, dan… gonad. Itu Terdengar tidak berkaitan, tetapi ada komposisi kimia yang muncul dan mempengaruhi metabolisme di tubuhmu."
Oh, rupanya dugaan Rachel tidak meleset.
"Bolehkah aku curiga, apakah kau memikirkan sesuatu secara berlebihan belakangan ini? Atau… katakanlah... tertarik dengan sesuatu yang baru sampai kau terobsesi?" lanjut Lars, gemar mengulik penyebab perubahan minor pada pasien dan kliennya. Pertanyaannya barusan adalah diagnosis paling mungkin, bahwa sesuatu tengah membuat Rachel antusias sehingga kadar hormon kesenangannya dalam darah meningkat dan menghambat yang lain.
Rachel tampak bingung, "Kurasa… tidak ada. Mungkin karena gangguan panik yang kualami di malam sebelum operasi dilakukan. Itu juga memungkinkan."
"Ah, begitukah?"
"Ya. Aku padahal sudah meminum obat darimu, tapi tetap saja, gangguan kecemasan bukan hal mudah untukku. Aku masih belum menemukan cara terbaik untuk menanganinya." Rachel bercerita apa adanya, sekaligus mencegah Lars bertanya lebih lanjut.
Lars lantas mengangguk, "Baiklah. Kalau begitu sebaiknya kau beristirahat dan kembali memulihkan diri sampai satu minggu kedepan, sebelum kau memasuki ruang tanpa oksigen dan makanan."
"Ya, baik. Bagaimana dengan lama aku berada di ruang vakum? Bisakah itu berjalan sesuai rencana alias tetap satu minggu?"
"Aku akan mengusakannya, dan itu juga terkandung kondisi tubuhmu nantinya."
"Oh, terima kasih. Kau boleh pergi sekarang." Rachel kembali masuk ke dalam kapsul, berbaring di dalamnya tanpa menarik penutup. Ia hanya ingin tertidur lebih lama, dan anggap saja masa adaptasi itu adalah liburan untuknya usai betahun-tahun tidak pernah berhenti bekerja.
Baru beberapa langkah, Lars kembali berbalik, "Oh ya, apakah kau sudah merencanakan kapan kau akan muncul di depan publik dan berbicara? Jurnalis-jurnalis gila itu sungguh menunggumu di luar laboratorium, mereka bahkan tidak kunjung pulang meskipun aku sudah memintanya."
Rachel kembali membuka mata, "Ah, benar juga. Aku lupa. Sebetulnya aku sudah memiliki rencana terkait apa saja yang akan kulakukan ketika prosedur bedah dan uji coba ruang vakum selesai dilaksanakan. Aku berencana melakukan konferensi pers secara virtual dan terbuka, menunjukkan lebih rinci isi dari pada laboratorium Cyclops Intelliegence dan prosedur yang kujalani."
"Benarkah? Kalau begitu kapan konferensi yang pertama?"
"Mungkin besok. Aku akan melakukan siaran langsung dari sini. Tolong katakan pada Halsey di Departemen Humas untuk mempersiapkan segalanya, Lars."
"Baiklah. Tapi… apakah kau yakin?" Lars tampak sangsi, "Kau bahkan belum sepenuhnya pulih. Bagaimana jika musuh-musuh bisnis dan politikmu menyerang lewat cara-cara kotor mereka? Apa kau siap untuk itu?"
Rachel mengangguk yakin, "Aku siap. Untuk apa aku susah-susah melakukan eksperimen ini jika bukan untuk mengalahkan ide-ide karatan mereka itu?"
"Aku akan segera memantik perang bisnis ini, Lars."
****
Old Landald
Distrik 15, Bridgewald
9 Februari 2157
09.00 NAM
Niels tengah menikmati waktu-waktu liburnya menjelang ekskavasi di hutan Malarpon minggu depan. Bukannya tidak mau bekerja, tetapi alurnya sebagai tenaga ahli dan konsultan memang sudah seperti pekerja lepas. Niels hanya akan berperan di tahap-tahap penting: pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan. Pria itu tidak berurusan dengan persiapan alat, bahan, dan personel menjelang keberangkatan, dan di tahap pelaksanaan pun ia tak akan banyak bekerja fisik, namun sekedar mengarahkan dan mengkonfirmasi temuan. Meski demikian, tidak perlu diragukan bayarannya akan sebesar apa. Maka tidak heran jika Niels cukup menikmati hidupnya sejauh ini.
Tidak ada kegiatan lain yang gemar Niels lakukan sewaktu libur selain merawat tanaman-tanamannya di halaman belakang rumah. Berbagai vegetasi tumbuh dalam green house besar yang dibuatnya, mulai dari tumbuhan merambat yang daunnya sekecil rerumputan, sampai tumbuhan berkayu yang buahnya dapat dipetik ketika memasuki musim panen. Pekerjaannya sebagai arkeolog dan pemerhati lingkungan memang sangat dijiwai, dan itu berangkat dari hobinya merawat tumbuhan.
Terkadang Isabela hanya mampu geleng-geleng kepala mendapati betapa perfeksionis seorang Niels pada tumbuh-tumbuhannya yang berharga. Seperti saat ini, dimana pria itu menyikat satu per satu daun pohon leci yang entah bagaimana caranya bisa terhinggapi debu. Aneh saja, padahal mereka tumbuh di dalam green house yang sering ditutup atap dan dindingnya.
"Kau ini sungguh seorang pengangguran berkedok ilmuwan, Niels." Isabela kembali mencibir, gatal sekali mulutnya jika tidak mengkomentari gerak-gerik sang kakak.
"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menyayangi sesuatu dengan tulus sebelum kau merawat pohon-pohonku dengan baik dan tidak membiarkan mereka terhinggapi debu pabrik pasta makanan itu, Isa," sindir Niels balik.
"Kau menyalahkanku? Bukankah debu itu datang sendiri ketika pintu dan jendela depan rumah kita terbuka? mereka jelas terbang dari sana, bukan dari atap green house yang memang selalu kau tutup," bantah Isa, tidak terima disalahkan.
"Ya, terserah kau saja. Intinya aku kesal." Niels berpindah ke daun selanjutnya. Masih sama, menyikat permukaan daun dengan sikat gigi bekas, meniup debunya sampai hilang sempurna.
DING!
"Oh? Rupanya hari ini?"
Niels menoleh, apa gerangan yang membuat adiknya begitu antusias. "Ada apa? Pacarmu lagi? Kurang-kurangilah berpacaran, lebih baik kau urusi tanamanku."
"Ck! Dasar pria kuno. Tapi kau benar, ini dari pacarku."
"Siapa lagi pacarmu kali ini? Suruh dia menemuiku dulu sebelum kalian pergi."
Isabela tersenyum-senyum sendiri sembari menatap layar ponselnya, "Pacarku akan segera memberi kabar setelah eksperimennya berhasil. Aku harus menonton siarannya!"
"Hah?" Niels bingung.
"Rachel Richmann, dia akan melakukan siaran pers hari ini. Sepertinya eksperimen gen dan microchip itu sukses. Apakah kau tidak penasaran?"