webnovel

UtopiaVerse

Tahun 2031 menjadi sebuah era awal dimana teknologi masa depan telah berhasil diadopsi secara masif,pada masa itu mayoritas orang telah menanamkan sebuah perangkat pintar berukuran mikro di otak mereka,sebuah chip pintar bernama Cybral yang memungkinkan para penggunanya terhubung secara real-time ke jaringan internet Web 3.0 dan memberi mereka keleluasaan kendali dalam melakukan segala aktifitas digital mereka hanya dengan menggunakan gelombang otak dan sistem syaraf sensorik. Kemajuan yang sangat signifikan pun juga terjadi di berbagai sektor berkat dorongan dari perkembangan teknologi digital khususnya teknologi blockchain yang telah secara luas dimanfaatkan orang-orang dalam berbagai aspek dan kepentingan,bahkan aktifitas transaksi menggunakan cryptocurrency atau mata uang berbasis kriptografi telah menjadi hal yang dilegalkan di berbagai negara pada masa itu. Suatu ketika sebuah metaverse ultra-real yang diciptakan oleh seorang anonim secara cepat menjadi sangat populer di masyarakat karena setiap fitur serta detil yang dihadirkan dibuat serealistis dan juga semirip mungkin dengan kehidupan nyata,bahkan setiap orang yang telah menanamkan Cybral dapat secara penuh memindahkan kesadaran mereka ke dalam semesta virtual yang futuristik dan megah tersebut,hingga ada segelintir orang yang beranggapan bahwa metaverse tersebut adalah sebuah revolusi besar dari tatanan kehidupan sosial di era digital modern. Metaverse tersebut adalah UtopiaVerse yang berdiri dan dikembangkan di atas ekosistem blockchain induk terdesentral bernama Utopia Chain yang juga diciptakan oleh anonim yang sama,dengan Utopic Coin sebagai koin natif dari blockchain Utopia,tak sedikit orang yang menggadang bahwa Utopic Coin nantinya akan menjadi rival terberat koin-koin crypto pendahulunya yang berada di jajaran teratas seperti Bitcoin,Ethereum,Ripple dan Cardano. Berkat kepopulerannya yang terus meningkat semakin banyak perusahaan-perusahaan besar yang melirik lalu secara beramai-ramai melakukan ekspansi bisnis mereka ke dalam metaverse tersebut,mulai dari perusahaan besar yang bergerak di bidang fashion hingga restoran-restoran makanan cepat saji pun juga turut meramaikan seisi ruang metaverse tersebut dengan menjual produk-produk andalan mereka dalam bentuk NFT atau Non-Fungible Token. Namun di balik semua sisi positif tersebut ternyata terdapat sebuah bahaya tak terduga yang tengah mengintai keselamatan para penggunanya,terjadi semakin marak tindak kejahatan cyber yang dilakukan oleh orang tak dikenal dengan motif yang belum diketahui semakin gencar menelan korban jiwa yang kesemuanya adalah para pengguna platform metaverse Utopia. ------------------------------------------------------------------------ ------------------------PERINGATAN !!------------------------ Cerita ini memuat unsur kekerasan fisik dan verbal,sadistik dan romansa dewasa (18+) yang mungkin sensitif bagi orang-orang tertentu.

Pseudohorror · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

Keberadaan Di Antara Kesepian

Dinginnya udara malam itu seketika menyerbu setiap sudut kota Ravenfield yang masih diramaikan dengan lalu lalang para pejalan kaki dan kendaraan-kendaraan listrik di sepanjang jalan,Declan yang semakin dibuat tak tahu harus bagaimana untuk membuat gadis itu bicara padanya pun menawarkan gadis itu untuk diambilkannya sekaleng minuman ringan.

"Ummm....Aizawa ? Kau mau ku ambilkan Cola atau jus buah bersoda ?",tanya Declan dengan nada terbata-bata.

Gadis itu hanya diam,tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya untuk menjawab tanya Declan.

"Hey Aizawa,Apa yang sedang kau...?",Tanya Declan yang terpotong oleh jawaban dingin gadis itu.

"Berisik...",pangkas gadis itu.

"Maaf,aku...",kata Declan yang lagi-lagi tak sampai selesai bicara.

"Jangan panggil aku Aizawa ! Aku tidak suka ! Namaku Claire !",sahut Gadis itu dengan nada dingin.

"Oh,Maaf...,Claire aku...",tak sampai Declan selesai bicara gadis itu pun beranjak pergi meninggalkannya disana.

Seketika Declan menjadi sangat kebingungan karena sepengetahuannya nama gadis yang ternyata teman sefakultasnya itu memanglah Aizawa Claire,mahasiswi jenius yang sangat misterius,hal itu pun membuat Declan merasa heran dan bertanya-tanya tentang apa yang salah dari sikap dan perkataannya kepada Claire sehingga membuatnya tampak begitu kesal kepadanya.

Declan pun berjalan menghampiri pamannya yang tengah berada di dalam kedai,dengan menggaruk-garukkan tangan ke kepalanya Declan masih tampak begitu terheran-heran dengan apa yang salah dari perkataan dan perilakunya barusan.

"Kau mengenalnya ?",tanya Joe kepada Declan

Declan pun menganggukkan kepalanya untuk menjawab tanya sang paman.

"Teman sefakultasku",imbuhnya.

"Ku kira tadi gadis itu pacarmu yang tengah merajuk.",Canda sang paman kepada Declan.

"Bukan,mana mungkin dia pacarku ? Aku sendiri tidak mengerti mengapa dia seperti itu,dia aneh sekali...",Jawab Declan dengan ekspresi yang tampak malu-malu.

"Ku rasa dia gadis yang menarik,hey,apakah kau menyukai gadis itu ?",goda sang paman.

"hehehehe...,mana mungkin orang sepertiku membuatnya tertarik ?",jawab Declan dengan ekspresi yang salah tingkah.

"Bukankah kau mahasiswa paling pintar di kampusmu ? Tentu saja kau akan dengan mudah membuatnya tertarik padamu.",kata Joe.

"Masalahnya dia jauh lebih pintar dariku paman,hehehehe...",jawab Declan.

"Hah...?! Kau serius ?!",tanya Joe yang kaget dengan hal itu ?

Declan pun kembali menganggukan kepala sembari tersenyum.

Sedangkan di lain tempat di dalam sebuah mobil mewah,Claire yang duduk di deret kursi tepat di belakang sopir pribadinya tampak tengah melamunkan sesuatu,tatapan matanya tampak kosong dan hanya berdiam diri sedari tadi.

"Nona,kita telah sampai.",ucap sang sopir pribadi.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun Claire turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah mewahnya,para pelayan yang tengah menanti kedatangannya pun segera memberi salam untuk menyambutnya,namun sifat acuh Claire yang dingin membuatnya nengabaikan keramahan mereka semua.

Sesampainya di ruang makan keluarga telah tersedia hidangan-hidangan mewah yang tertata rapi di atas meja makan,Claire terus menatap ke ketiga kursi kosong yang tertata menghadap meja makan dengan raut wajah yang tampak kecewa.

Ketika salah seorang pelayan bermaksud melayani Clair untuk makan malam Claire justru menolaknya lalu menyuruhnya untuk meninggalkan Claire sebab dia sedang ingin sendirian.

"Tidak perlu,aku bisa melakukannya dengan tanganku sendiri,tinggalkan aku sendirian !",perintah Claire kepada si pelayan yang baru saja akan menyiapkannya peralatan makan Clair.

Claire pun melangsungkan makan malamnya seorang diri,beberapa saat kemudian ada sebuah pesan masuk yang dikirim oleh sang ayah.

Secara sengaja Claire tak membalas pesan itu sebab dia merasa bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang penting baginya.

Di lain tempat Declan yang baru saja membuka pintu rumahnya tampak begitu lemas setelah melihat keadaan rumahnya yang saat itu sedang tak ada siapapun selain dirinya.

Declan pun menghembuskan nafas panjang lalu berjalan menuju ke dapur dan membuka lemari pendingin untuk mengambil beberapa bahan makanan yang akan dia masak untuk dijadikan hidangan makan malamnya.

Singkatnya setelah melangsungkan makan malam seorang diri Declan tampak tengah berbaring di tempat tidurnya sambil terus memandangi foto keluarga yang terpajang di dinding seberangnya.

Tak lama kemudian Declan menerima sebuah panggilan telefon dari seorang temannya yang bernama Brandon yang diterimanya secara langsung pada Cybralnya,Brandon mengajak Declan untuk log in dan online di Utopia sebab tak lama lagi pertandingan basket antara kedua tim favorit mereka akan berlangsung.

Declan yang sempat lupa akan hal itu dengan sangat tergesa-gesa segera log in untuk online di utopia,dia pun memejamkan mata lalu tak lama kemudian saat dia kembali membuka matanya dia telah berada di sebuah tribun stadion basket virtual yang sangat futuristik dimana para utopian lain telah berada di sana meramaikan tempat itu.

"Hey ! Hey ! Declan ! Kemarilah !",panggil Brandon di antara keramaian sambil melambai-lambaikan tangan.

Declan pun tersenyum lalu menghampiri temannya itu,mereka duduk bersebelahan sembari menyantap hotdog berbasis NFT yang dijual di sana.

Di Utopia para Utopian atau para pengguna metaverse itu dinamai harus tetap menjalani kehidupan normal mereka layaknya di dunia nyata,seperti mereka harus makan dan minum,berolahraga,bersosialisasi secara baik dengan para Utopian lain sebab ada status pada setiap diri Utopian yang harus terus dijaga dengan baik-baik.

Kesemua yang mereka butuhkan mulai dari pakaian,kendaraan,real estate hingga makanan pun tersedia dan dijual dalam bentuk NFT yang dapat mereka beli dengan menggunakan Utopic Coin yang merupakan mata uang kriptografi asli Blockchain Utopia itu sendiri.

Saat itu telah banyak perusahaan-perusahaan ternama yang juga masuk ke Utopia untuk melebarkan sayap bisnis mereka,mengingat Utopia adalah platform metaverse yang paling populer pada masa itu dan satu-satunya yang menghadirkan fitur dan detik yang sangat identik dengan kehidupan nyata.

Pertandingan pun dimulai para penonton pertandingan yang diselenggarakan secara virtual itu tampak bersorak ria mendukung aksi para atlit dari tim kesayangan mereka yang tengah berlaga.

Di lain tempat pada waktu yang bersamaan Claire memasuki kamarnya dengan wajah yang murung lalu meletakkan tas yang di bawanya di atas sebuah meja.

Seketika ekspresi wajahnya menjadi semakin tampak lemas ketika dia memandang sebuah foto keluarga pada pigura yang terletak di atas meja itu,dalam foto tersebut terlihat sepasang suami istri yang berbeda kebangsaan dengan seorang gadis kecil yang berada di tengah-tengah keduanya.

Setelah selama beberapa menit lamanya Claire memandangi foto itu dengan raut wajah yang tampak bersedih dia pun kemudian kembali meletakan pigura itu di atas meja dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelahnya saat dirinya tengah mengganti pakaian tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang entah dari mana suara itu berasal.

"Claire...,berdasarkan pengamatanku kau sudah sangat depresi dan kelelahan,aku menyarankan agar kau segera beristirahat lalu berkonsultasi dengan psikiater besok.",kata suara wanita misterius itu.

"Masih ada sesuatu yang harus aku lakukan saat ini...,aku akan beristirahat ketika sudah menyelesaikannya dan lagi pula aku tak butuh seorang psikiater",Jawab Claire dengan nada acuh sembari menatap bayangan dirinya sendiri di depan sebuah cermin besar.

Sesaat setelah itu dia pun membuka super komputer yang telah mengimplementasikan sistem augmentation reality miliknya dan mengerjakan sesuatu yang tampaknya sangat sukar dimengerti oleh kebanyakan orang.

"Claire...,apa kau merasa kesepian ?",tanya suara misterius itu lagi.

Pertanyaan wanita itu membuat Claire terdiam sesaat,dia pun menghela nafas begitu dalam lalu menghembuskannya.

"Bagaimana bisa aku merasa kesepian ? Sedangkan aku telah bersahabat begitu dekat dengan kesendirian...",jawab Claire.

"Sedang ku pelajari...",kata suara misterius itu.

Di dalam ruangan kamar yang sangat minim pencahayaan tersebut Claire tengah fokus dan serius mengetikkan sesuatu yang entah apakah itu,jemarinya tampak bergerak dengan begitu lincah di atas keyboard virtualnya.

"Tahap peningkatan sistem ke versi 1.0.1 telah mencapai 64% ! Tahap pembangunan fitur baru sedang dalam proses,silahkan menunggu hingga proses terselesaikan !",kata suara yang muncul dari super komputer milik Claire.

"Claire...,sekarang waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari,kau harus segera tidur,kadar synaptic protein dalam otakmu telah meningkat,ini tidak bagus untuk kondisi fisik dan mentalmu.",kata suara misterius itu.

"Aku tahu itu...",Jawab Claire sambil melepas kaca mata serta ikatan rambut ponytailnya.

Beberapa saat setelah memejamkan mata Claire yang tampaknya memang sudah sangat kelelahan setelah melalui hari yang panjang pun terlelap di atas kursi putar di depan super komputernya yang masih aktif.

Sesaat kemudian muncul sesosok wanita bergaun merah dengan tubuh yang tampak transparan berdiri tepat di samping kursi putar tempat Claire telah terlelap.

Rupa dari sosok misterius yang berada di samping Claire itu tak terlihat begitu jelas sebab kondisi pencahayaan dari ruang kamar itu cukup redup dan hanya bercahayakan bias dari super komputer yang masih aktif memproses sesuatu.