webnovel

Hari baru 2

Marra masih bekerja menyempurnakan gamenya, dia mendapat banyak masukkan dari para anggotanya, tiga dari 12 anggota belum termasuk marra saat ini berminat untuk bergabung menyempurnakan gamenya, walau draff dan bagannya sangat menarik banyak bagian yang belum sempurna jadi mereka bersedia pindah kesurabaya dan bekerja bersamanya. Selain game marra juga sedang menhembangkan sebuah program baru untuk memperluas dan kedepannya bisa sabgat membantu usaha yang ingin dia rilis.

Jam tiga sore marra sudah berada di bandara juanda untuk menjemput mereka bertiga, stevan, yulius dan bangga. Mereka bertiga termasuk jenius programer tersembunyi dan memiliki talenta lain yang sangat bagus. Mereka berencana untuk mengikutkan program gamenya di perlombaan internasional di singapura enam bulan lagi, jadi untuk sementara marra lebih fokus bekerja dengan mereka bertiga. Tapi setiap waktu luang marra tetap memantau pergerakan bursa sahamnya.

Satu minggu sangat cepat berlalu, masa liburan marra harus baerakhir, tapi untungnya dia punya tiga asisten yang bisa diandalkan untuk menangani berbagai hal. Hari ini marra kembali kekediaman rumani, dan besok dia sudah harus masuk kesekolah lagi.

"Mbok mami belum pulang?"

"Iya non, sudah tiga hari ini ibu pulangnya malem terus, wajahnya juga keliatan pucet non"

"Tolong segera kadih tau aku kalau mami uda nyampe rumah ya mbok, marra mo istirahat dulu"

"Baik non"

Sudah satu minggu lebih marra tidak bertemu maminya, memang sehari setelah marra sampai disurabaya maminya minta cukup telfon biasa atau kirim pesan saja karena alasan pekerjaan yang menumpuk, tapi dari suara maminya, marra menebak ada sesuatu yang maminya sembunyikan.

Marra membawa laptop nya yang baru dibeli dan sudah diperbaharui oleh tiga sekawan dan dengan kecerdasan marra aka Tifa, sanagt mudah untuk membobol keamanan perusahaan papinya. Marra tidak ingin mengganggu perusahaan papinya, dia hnaua ingin melihat keadaan maminya saja, sayang cctv hanya ada diluar ruangan maminya, jadi marra hanya bisa menebak-nebka sendiri dari orang-orang yang keluar masuk ruangan maminya.

Hanya satu wnaita saja yang setiap hari masuk ruangan maminya, dan biasanya setelah wanita ini masuk beberapa menit kemudian papinya yang masuk dengan wajah yang menahan marah. Siapa wanita itu, dia menggeledah kenangan dalam batinnya siapa tau marra yang asli mengenali wanita itu, tapi hanya satu kali ada memori tentang wanita itu saat marra masih sangat kecil dan itupun tidak terlalu jelas. Marra mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, marra segera mematikan laktopnya dan menyembunyikannya.

"Kata mbok putri mamai udah pulang, gimana liburannya? menyenangkan?" mami mendekat dengan senyum lembut dan segera memelunya.

"Mami kangen marra"

"Marra juga kangen mami, mami ada masalah?" marra mendengar maminya mendesah pelna dan menundukkan kepalanya.

"Maafin mami ya sayang" kata maminya setelah cukup lama terdiam.

"Hmm..?"

"Kalau ini kalau ya, kalau mami dan papi pisah apa marra akan sedih?"

"Sedihlah mi, tapi kalau mami lebih bahagia pisah sama papi, marra lebih suka mami pisah"

"Tapi sayang, kalau mami pisah dari papimu kita tidak bisa hidup disini lagi, apa kamu sanggup?"

"Kenapa gak, asal ada mami marra sudah cukup kok, toh selama ini kita juga hidupnya biasa saja disini dan kerja keras mami juga gak dihargai"

"Terima kasih sayang" kata mami sambil memelukku kembali, dari nada suaranya mami kelihatannya lega. Yah siapa yang tahan juga berbagi suami, apalagi tidak ada keadilan didalamnya.

"Sudah sampai mana prosesnya?" kurasa aku tau siapa wanita yang sering masuk kekantor mami selama ini. Wanita itu memang cantik tapi tidak secnatik mamiku, mamiku suka memakai make up alami sedang wanita itu lebih cenderung ke glamor alias dempulannya tebel. Perbedaannya jauh sekali bukan. Papi akan menyesal meninggalkan mami aku pastiin itu.

"Masih lumayan alot karena mami ingin kamu juga masuk dalam daftar penerima saham kelak, mami selama ini bekerja keraa karena papimu janji jika akan memberikan 15% sahamnya kekamu, tapi wanita itu tidak menyetujuinya jadi kakekmu juga menentang keinginan papimu, dan kamu tau papimu tidak bisa menentang keinginan kakekmu, tapi mami tidak akan menyerah demi hak kamu sayang"

"Kalau itu memperpanjang prosesnya, marra gak mau mi, marra juga dari dulu gak berharap dikasih warisan dari rumani, tanpa mereka marra yakin marra bisa sukses dan membahagiakan mami, apa karena itu mami selalu pulang telat dan kecapean?"

"Yah sebenarnya papimu kemaren masih memperjuangkan hak kamu juga walau hanya 5% saja tapi gak tau kenapa hari ini papimu marah-marah dna menuduh mami aneh-aneh"

"Aneh-aneh bagaiman mi?, tolong jelaskan kemarra"

"Dia menuduh mami selingkuh dan menyebutmu bukan anaknya, dan dia punya bukti juga selama kamu sakit wanita itu dima-diam menyuruh dokter untuk mengetes darahmu apa benar kamu anak keluarga rumani, tapi mami beraumpah kalau mami tidak pernah menghianati papimu sayang" akhirnya ketegaran mami liruh juga, sangat menyedihkan melihat wnaita tanggub yang menangis.

"Mami yakin itu palsu, wanita itu paati yang merencanakan semua ini"

"Sudahlah mi gak apa-apa suatu saat pasti kebenaran akan terungkap juga"

" Jadi kapan kita pindah?"

"Mario menyuruh mami segera pindah dalam seminggu asal mami tetap bekerja diperisahaan.

"Kita pindah besok" kataku meyakinkan.

"Tapi mami belum mencari tempat sayang, apalagi kamu masih belum pulih benar dan besokkan juga kamu sudah masuk sekolah?"

"Besok kita pindah mi, marra ada temen yang bisa membantu kok, tenang aja, sekarang mending mami beres-beres saja yah, terus istirahat biar marra yang mengurus sisanya, okay?"

Karena mario sudah memutuskan untuk memutus hubungan kenapa harus keberatan, segwra aku menelfon agen properti yang membantuku disurabaya dia pasti bis amembantu disini juga.

"Koh along, punya canel properti daerag gresik yang siap huni besok?" tanpa basa-basi langsung saja kuitarakan maksudku.

"Punya lah, mau yang ukuran berapa dan didaerah apa koh along bisa bantulah"

Aku menyebutkan keinginanku dan tidak sampai satu jam koh along sudah mengirimi pesan alamat rumahbaru yang akan kutinggali. Sekarang aku juga harus bersiap-siap. Saat kukeluar kamar untuk makan kulihat mami dan mbok darmi berpelukkan sambil menangis.

"Kenapa mami dan mbok nangis?"

"Ibu dan non besok pergi, trus gimana nasib mbok?"

"Kenapa mbok gak ikut kami aja?" kataku menengahi setelah tau maalah yang membuat mereka menangis.

"Tapi mbok gak mau jadi beban ibu"

Aku mendekati mbok darmi dan ikit memeluknya jadi sekarang kami bertiga slaing memeluk kayak cerita anak-anak yang ada ditv itu.

"Mbok bukan beban, mbok juga keluarga kami jadi mbok juga harus ikut kami juga, okay?" kataku menenangkannya dan kulihat mami dan mbok menganganggukkan kepalanya.