webnovel

UNREQUITED

Kalisha gadis yang ceria dan bersemangat serta dikelilingi banyak orang yang mencintainya, namun Kalisha juga mempunya banyak permasalahan dalam keluarga, persahabatan serta trauma cinta yang membuatnya sulit untuk membuka hati kepada cinta yang datang. Cerita tentang cinta masa remaja yang ringan dan membuat nostalgia

DaoistC67AJc · Teenager
Zu wenig Bewertungen
6 Chs

Dill The Trouble Maker

"Kenapa tadi bukan kamu yang datang!?"

"Dill?"

"Kenapa malah cewek Yogya itu!?"

"Maksud kamu apa sih?"

"Tami."

"Ooh...Tami, ada apa dengan dia?"

"Memangnya kamu gak terima surat dariku?"

"Surat?" Kalisha kembali mengingat. "Surat dari kamu untuk Tami itu!?"

"Untuk Tami?" Gantian Dill yang bingung.

"Iya, yang kamu kasih buat Tami itu kan!"

"Itu buat kamu!!" Dill tersadar mengapa ia bisa sebodoh itu sampai lupa menuliskan untuk siapa surat itu tertuju.

"Buat aku?"

"Iya, aku ke kelas kamu tapi, kamunya gak ada di kelas. Akhirnya aku titip surat itu ke temen kamu aja! Tapi, malah cewek Yogya itu yang datang."

"Namanya Tami! Amanda Utami Praditya Cokro Amingrum Ditriyani Raswara!" tegas Kalisha yang tidak suka mendengar Dill menyebut Tami dengan 'cewek Yogya' saja.

"I-iya, maksudku Tami." Dill bingung mendengar Kalisha menyebutkan nama Tami yang panjang dengan lancar.

"Lalu?"

"Ya, surat itu buat kamu!" Ucap Dill tertahan. Wajahnya yang putih terlihat sedikit memerah.

"Terus, ada urusan apa?" Tanya Kalisha lagi. Wajah Dill semakin memerah.

"Ng...aku suka kamu. Mau gak jadi pacar aku?" Jawab Dill akhirnya malu-malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kalisha terdiam sejenak.

"Kamu bercanda, ya? Maksud kamu Tami kan!?" Kalisha bereaksi datar atas pengakuan Dill itu. Mata Dill membelak.

"Siapa yang bilang bercanda!? Aku serius!! Mungkin ini terdengar konyol, tapi perasaanku sungguhan!" Ucap Dill berusaha meyakinkan. Mendengar ucapa Dill barusan membuat Kalisha terdiam. Ia seperti mengalami deja vu.

'Rasanya aku pernah mengalami hal ini...' Pikir Kalisha dalam mencoba mengingat-ingat. Kalisha pun teringat. Ia pernah mendengar kata-kata itu dari mulut Tian saat Tian menyatakan perasaannya kepada Kalisha.

"Jadi bagaimana? Apa kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Dill lagi menyadarkan Kalisha dari lamunannya. Kalisha tersadar. Ia merasa seperti ada kesamaan antara Dill dengan Tian.

"Terus, gimana dengan Tami?" Tanya Kalisha lagi. "Kamu tau kan kalo dia suka sama kamu!" Kalisha mengingatkan.

"Bukan urusanku! Karena yang kusuka bukan dia." Jawab Dill enteng. Kalisha kembali menarik pikirannya yang mengatakan bahwa ada kesamaan antara Dill dengan Tian. 'Kak Tian tidak akan sekejam itu!' Pikirnya lagi.

"Kamu gila!!" Ucap Kalisha kesal Karena tidak habis pikir mengapa Dill bisa mengatakan hal sekejam itu dengan mudah, kemudian membuka pagar untuk segera masuk ke dalam rumah. Dill menutup kembali pagar yang baru dibuka Kalisha.

"Kamu yang membuatku gila!" Ucapnya sambil menahan Kalisha yang hendak masuk ke dalam rumah. Kalisha menoleh ke arahnya.

"Maksud kamu apa!? datang ke rumah orang tiba-tiba terus bilang kalau kamu suka dia, bahkan tanpa mengenal kamu lebih dahulu! Dan kamu berharap ada yang percaya!?" Ucap Kalisha kesal.

"Oke, kita kenalan sekarang!" Ucap Dill mengulurkan tangannya. "Hai, namaku Dill! Aku kelas X-3, nama kamu siapa?" Lanjut Dill lagi polos. Kalisha terdiam melihat tingkah laku Dill, Dill jadi salah tingkah.

"Akh, iya! Aku sudah tau!! Kamu Kalisha kan!? Kelas XI IPS-1, anak OSIS! Tinggi kamu 165cm dan berat kamu 45kg! Paling suka olahraga Renang dan basket! Aku jago lho! Film favorit kamu action-comedy! Kapan-kapan kita nonton yuk!" Lanjutnya lagi panik takut Kalisha semakin marah. Kalisha terbengong mendengar semua ucapan Dill itu perihal dirinya.

"Jawab donk... Aku gak tau harus gimana lagi..." lanjut Dill pasrah akhirnya. Kalisha tersadar. Kepalanya masih membutuhkan waktu beberapa detik untuk mencerna semua omongan Dill tadi. Tiba-tiba Kalisha tertawa. Dill bingung.

"Kamu aneh!" ucap Kalisha tertawa kecil, "Kalisha, salam kenal." lanjut Kalisha akhirnya menjabat tangan Dill. Dill tersenyum senang.

"Boleh aku masuk?" Tanya Dill tiba-tiba. Kalisha ragu untuk mengajak Dill masuk ke dalam rumahnya. Melihat tak ada jawaban, Dill pun mengambil inisiatif untuk masuk ke dalam rumah Kalisha duluan.

"Eh, kamu mau ke mana!? Jangan masuk rumah orang sembarangan!!" Kalisha menyusul Dill yang sudah sampai di depan pintu rumahnya. Namun terlambat, Dill sudah di dalam rumah.

"Hmm...bagus juga rumahnya." Ucap Dill berkomentar saat memasuki ruang tamu rumah Kalisha. "Aku duduk, ya!" Lanjutnya lagi lalu duduk di salah satu sofa di ruang tamu. Kalisha tersadar, tidak akan ada gunanya ia menghalangi cowok ini Karena ia bisa berbuat hal gila apa saja.

"Hah...duduk deh, aku ke dalam dulu sebentar." Ucap Kalisha akhirnya lalu pergi ke dalam meninggalkan Dill. Tak lama, Kalisha sudah kembali membawakan satu gelas minuman lalu menyajikannya di atas meja.

"Wah, maaf lho jadi ngerepotin." Dill basa-basi.

"Memangnya siapa yang bilang ini buat kamu!?" Kalisha menjawab ketus. Dill kesal, ia tidak jadi mengambil gelas berisi minuman itu.

"Tadi kamu habis dari mana saja? Aku tunggu kamu lama banget!" Ucap Dill mengalihkan pembicaraan.

"Dari sekolah."

"Kok lama?"

"Sengaja."

"Tadi kenapa kamu gak lihat pertandinganku? Aku menang melawan anak kelas XII! Giliran aku kalah kamu malah menyaksikan semuanya." Ucap Dill ngambek.

"Banyak urusan."

Dill tersadar, Kalisha masih tidak suka dengannya.

"Tami itu teman kamu dari dulu, ya?" Tanya Dill tiba-tiba.

"Bukan." Jawab Kalisha singkat. Tiba-tiba Kalisha tersadar bagaimana dengan Tami tadi sepulang sekolah. "Tami gimana?" Tanyanya cepat.

"Gimana apanya?" Gantian Dill yang berlagak memegang kendali.

"Dill, aku serius! Kamu gak jahatin Tami kan?"

"Hmm...bisa aku pertimbangkan..." ucap Dill sambil memalingkan wajahnya

"Dill!! Aku serius!!" Suara Kalisha meninggi.

"Aku juga!!" Jawab Dill sedikit lebih tinggi dari Kalisha. Kalisha kaget. Dill menatap Kalisha tajam. "Aku tahu kamu tidak akan percaya dengan semua ucapanku, Aku juga tidak peduli dianggap aneh, aku sudah menunggu saat ini Kalisha.. Saat aku bisa bertemu denganmu dan mengutarakan semuanya.. kamu tidak tahu seberapa besar keberanian yang harus aku kumpulkan untuk hari ini!" Lanjut Dill lagi, suaranya tidak stabil.

"Kamu cuma punya dua pilihan! Jadi pacarku dan kita akan jelaskan semua ini kepada Tami baik-baik atau jadi pacarku dan aku akan berusaha untuk menjaga perasaan Tami." Dill memberikan penawaran. Kalisha terdiam sejenak.

"Sepertinya apapun pilihanku mengharuskanku menjadi pacarmu..." Kalisha mencerna omongan Dill.

"Memang!"

"Oke, aku pilih untuk berteman dengamu dan kamu tidak akan menyakiti Tami!"

"Berarti kamu mau menjadi pacarku!"

"Tidak, kita berteman."

Esok harinya Tami langsung bercerita kepada Kalisha perihal yang ia alami kemarin. Tami berjalan ke arah gerbang belakang dan ternyata Dill sudah berada di sana.

"Dia kaget waktu lihat aku! Aku juga kaget, ternyata yang menungguku itu bener-bener dia!!" Cerita Tami antusias.

'Sepertinya aku tau kenapa dia kaget seperti itu...' Ucap Kalisha dalam hati.

"Terus?" Kalisha bertanya perihal lanjutan cerita Tami.

"Terus...terus dia gak bilang apa-apa..."

"Lho kok?"

"Iya, dia cuma garuk-garuk kepala habis itu aku dianter pulang." Jawab Tami. "Sepanjang jalan kami juga tidak bicara apa-apa.. Jangan-jangan, dia kesal sama aku..."

"Eh, nggak kok!!" Kalisha menenangkan. "Mungkin dia hanya teringat hal yang dia lupa, jadinya buru-buru! Kita biasa gitu kan!?" Lanjut Kalisha lagi.

"Hmm...iya, mungkin!" Ucap Tami tersenyum percaya. Kalisha mendesah lega.

"Ng...Kal, makasih, ya!" Lajut Tami tiba-tiba. Kalisha Kaget mendengar Tami mengucapkan hal semanis itu.

"Untuk apa?"

"Buat kata-kata kamu. Aku pikir kamu cuma bisa bercanda dengan omongan-omongan yang kurang berguna, tapi ternyata omongan kamu ada benarnya juga!" Jawab Tami tersenyum malu. "Setelah mendengar kata-kata kamu, akhirnya aku memutuskan untuk mendukung Dill sepenuhnya! Biar aku gak penasaran lagi. Makanya kemarin aku mau panas-panasan di lapangan cuma buat kasih dukungan ke Dill! Aku senang Karena itu berbuah hasil!!" Ucap Tami benar-benar senang. Kalisha ikut merasa senang sekaligus merasa bersalah.

"Iya, sama-sama, Tam." Kalisha tersenyum. Ia benar-benar tidak menyangka cinta bahkan bisa mengubah seseorang seperti Tami menjadi pribadi yang bebeda dengan biasanya. Kalisha mengutuk Dill kalau-kalau ia sampai tega mengecewakan perasaan tulus Tami itu.

"Ayo, nanti sepulang sekolah aku kenalkan kamu dengan Dill!"

"Eh, ng...nggak usah, Tam!" Kalisha mengelak.

"Kenapa?"

"Ng...pulang sekolah aku ada rapat OSIS."

"Ooh...ya sudah, mungkin lain kali."

Seusai rapat OSIS, Kalisha tidak segera pergi meninggalkan ruang OSIS. Ia merapikan jadwal acara yang baru disusunnya secara kasar.

"Masih ngerjain proposal, Sha?" Tanya Raihan kala di ruang OSIS hanya tinggal mereka berdua.

"Hmm...iya. Aku mau ngerampungin rundown yang masih berantakan." Jawab Kalisha masih sibuk mengetik.

"Ooh..." Ujar Raihan datar. Ia memperhatikan Kalisha yang masih sibuk dengan kerjaannya. 'Ayo Rai, cepat katakan padanya!!' Dorong Rai dalam hati. Entah mengapa bibir Raihan selalu terasa kelu tiap kali ia ingin mengatakan sesuatu hal kepada Kalisha yang telah ia simpan selama ini bahkan sebelum ia terpilih menjadi seorang ketua OSIS. Tentu ini sangat berbeda dengan kesehariannya yang pintar sekali berbicara. Raihan mengambil napas panjang dan bertekad untuk mengatakannya.

"Kal, aku..." Omongan Raihan terputus. Kalisha tidak terlalu memperhatikan. Ia masih sibuk dengan kerjaannya. Raihan menarik napas lagi. 'Ayo, Rai sekali lagi! Lo bisa!!' Ujarnya kepada diri sendiri dalam hati.

"Kal, sebenernya aku..." Raihan kembali tertahan kali ini Kalisha menyimak. Kalisha menatap bingung Raihan yang sedang kesulitan mengatakan sesuatu.

"Aku mengerti kok, Rai..." Ujar Kalisha tiba-tiba. Raihan kaget.

"Kamu mengerti!?" Raihan antusias. ia merasa lega Karena merasa tidak perlu lagi memberikan penjelasan kepada Kalisha. "Lalu menurut kamu gimana?" lanjutnya lagi.

"Ng...ya, aku gak apa-apa.."

"Bener kamu gak apa-apa! Berarti..." Raihan senang bukan kepalang.

"Iya, aku gak apa-apa kok! Kamu duluan aja. Nanti kunci ruang OSIS biar aku yang bawa."

"Maksud kamu?" Raihan bingung dengan ucapan Kalisha.

"Kamu lagi banyak urusan kan! Aku gak usah ditemani gak apa-apa kok! Tenang aja aku bisa sendiri." Kalisha tersenyum dan memberi tanda oke dengan jarinya. Jelaslah sudah terjadi miss comunication diantara keduanya.

"Nggak kok, aku lagi gak ada urusan." Ucap Raihan datar akhirnya. Padahal tadi ia sudah berharap Kalisha mengerti akan perasaannya. "Kamu lanjutin aja kerjaannya, aku tunggu." Raihan tersenyum. Masih berusaha positive thinking. 'mungkin ini kesempatan buat mengajaknya pulang bareng nanti.' pikir Raihan.

"Iya." Lalu Kalisha pun melanjutkan membuat susunan acaranya.

Seusai membuat susunan acara, Kalisha dan Raihan pun pulang. Mereka berjalan beriringan ke arah gerbang.

"Aku duluan, ya Rai." Pamit Kalisha kala melewati lapangan parkir sekolah mereka bahkan sebelum Raihan mengutarakan maksudnya. Kalisha tau Raihan membawa kendaraan.

"Ta-tapi, Kal..."

"Hati-hati, ya Rai!" Potong Kalisha tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya menuju gerbang depan.

'Aku harus menyusulnya!!' Pikir Raihan lalu segera mengambil motornya dan melesat menyusul Kalisha.

Sementara itu, Kalisha berjalan keluar sekolah lalu, berhenti di tempat biasa ia menunggu angkutan umum. Raihan mengendarai motornya keluar pintu gerbang, mencari-cari sosok cewek yang diincarnya dan menemukan Kalisha sedang menunggu angkutan, Raihan segera menghampirinya.

"Pulang bareng siapa, Kal?" Tanya Raihan basa-basi kala sampai di depan Kalisha.

"Sendiri aja." Jawab Kalisha tersenyum.

"Ooh...ng...kalau gitu..."

"Iya?"

"Ng...kalau kamu nggak keberatan mungkin aku bisa..." baru Raihan hendak melanjutkan omongannya, tiba-tiba saja ada seseorang dengan motor besarnya berhenti di hadapan mereka.

"Maaf aku telat." Ucap suara pengedara itu yang tak lain adalah Dill membuka kaca helmnya. Ia menatap Kalisha sejenak lalu menatap Raihan dengan sedikit tajam. Raihan jadi sedikit kaku.

"Ooh...kamu udah ada yang jemput, ya! Tadinya aku pikir kalo kamu sendiri mungkin bisa aku antar. Dari pada pulang sendiri." Ucap Raihan berusaha tersenyum. Entah mengapa, ia sedikit merasa kesal karena merasa keduluan.

"Ah, aku-"

"Tenang aja, Kalisha sudah ada yang antar kok, kak!" Ucap Dill tersenyum memotong Kalisha yang ingin menjawab. "Jadi kakak gak usah repot-repot lagi menawarkan diri untuk mengantar Kalisha pulang!" Dill menatap Raihan tajam. Raihan hanya diam membalas tatapan adik kelasnya itu. Suasana mulai terasa tidak enak.

"Oia, Rai kenalin ini Dill anak kelas X-3! Dill ini Raihan, kamu pasti sudah kenal kan!? Dia ketua OSIS kita." Ucap Kalisha memperkenalkan kedua orang itu. Berusaha mencairkan suasana. Tingkat percaya diri Raihan seketika naik mendengar ucapan Kalisha.

'Sainganku anak kelas satu!!?' Ucap Raihan dalam hati tidak habis pikir.

"Raihan." Ucap Raihan tegas, berusaha menunjukkan wibawa Ketua OSIS yang tadi telah diperkenalkan Kalisha.

'Sial!! Kenapa Kalisha mesti bilang 'kamu pasti kenal kan!?' jadi besar kepala dia nanti!!' Gantian Dill mengomel dalam hati.

"Dill." Balas Dill sok ramah kepada Raihan. "Wah, tentu saja aku tahu! Kak Raihan ketua OSIS yang disukai banyak cewek itu kan! Dengar-dengar kakak punya banyak pacar" Dill memuji sambil menyindir Raihan, entah yang diucapkannya benar atau tidak.

"Hahaha...tidak, itu hanya gossip.. saya tidak pernah pacaran". Raihan berusaha menjawab sindiran Dill dengan ramah.

"Kal, ayo kita pulang. Nanti kamu kesorean!" Dill merasa menang satu angka karena berhasil mengajak Kalisha pulang duluan. Kalisha salah tingkah mendengar ucapan Dill. Sebenarnya, Kalisha tidak terbiasa berboncengan dengan cowok Karena itu dapat memancing kenangannya dengan Tian kembali.

"Oke, aku duluan ya, Kal!" Pamit Raihan mengalah. "Jangan lupa pastikan Bandnya Rivan bersedia atau tidak." Kalisha tersenyum mengiyakan, lalu Raihan pun pergi dari hadapan mereka. Setelah Raihan pergi, raut wajah Dill berubah sebal.

"Ayo naik!" Ucapnya lagi. Kalisha masih terlihat ragu.

"Ng...Tami mana?"

"Sudah aku antar pulang."

"Gak usah Dill... aku biasa pulang sendiri." Kalisha menolak

"Dengar, ya Kal...mulai saat ini, cuma aku yang boleh antar kamu pulang!"

"Kenapa harus begitu!?" Kalisha sedikit tidak terima.

"Karena aku tidak suka kamu diantar orang lain dan kita punya perjanjian!"

Lebih suka yang mana? Goodboy Raihan atau Badboy Dill? Pilihan yang sulit..

DaoistC67AJccreators' thoughts