webnovel

Part 8

Rizan ke luar dari kamarnya dan melewati ruang televisi saat dirinya akan pergi.

Ketika itu, rupanya ada abang Rizan yang sedang menonton televisi.

"Mau ke mana lo?" tanya abangnya.

Rizan berhenti sejenak.

"Bosen gue di rumah dan debat sama lo. Gue mau mencari kebahagiaan di luar." ucap Rizan.

"Kalau sampai gue dapat kabar bahwa lo kembali melakukan hal itu, gue akan benar-benar memberi lo pelajaran. Gue udah gak peduli lagi walau lo itu adik gue!" ucap Rafka, abang Rizan dengan penuh penekanan.

"Terserah!" ucap Rizan tak peduli.

Rizan lalu pergi begitu saja mengabaikan ucapan Rafka.

Tangan Rafka terkepal kuat menatap kepergian Rizan.

....

Clemira meraih tangan kanan Alvan lalu menyalimnya. Alvan mengusap lembut kepala Clemira. Clemira lalu bersandar pada tubuh Alvan.

"Abang gak mau mengganggu tidur kamu. Sepertinya kamu lelah sekali ya? Memangnya kamu ngapain aja di sekolah dek?" tanya Alvan.

Clemira mendongak untuk menatap wajah Alvan. Ia lalu menggeleng.

"Gak ada kok bang. Clemira juga gak lelah kok. Biasa aja bang," ucap Clemira.

"Kamu tidak sedang berbohong pada abang kan dek? Abang benar-benar mengkhawatirkan kamu dek," ucap Alvan.

Clemira tersenyum untuk meyakinkan Alvan.

"Gak apa-apa bang. Clemira gak apa-apa kok. Mungkin karena hari pertama jadi belum terbiasa." ucap Clemira.

"Tapi beneran gak ada yang jahatin kamu kan?" tanya Alvan lagi.

Clemira menggeleng.

"Gak kok bang. Gak ada," ucap Clemira.

Alvan lalu memeluk Clemira. Dan tiba-tiba saja Clemira meringis saat punggungnya tak sengaja tersentuh oleh tangan Alvan.

"Awh," ringis Clemira.

Hal tersebut membuat Alvan terkejut. Ia lalu pelan-pelan melerai pelukan itu.

"Kamu kenapa dek? Kamu gak apa-apa kan? Punggung kamu sakit?" tanya Alvan.

Clemira menggigit bibir bawahnya.

'Sepertinya aku memang tidak bisa berbohong pada bang Alvan.' ucap Clemira di dalam hatinya.

Clemira menunduk.

"Maafin Clemira ya bang. Clemira gak bermaksud bohongin abang. Cle cuma gak mau abang cemas," ucap Clemira.

Alvan mengusap lembut rambut Clemira lalu sedikit mengangkat wajah Clemira dengan lembut.

"Cerita sama abang. Apa yang terjadi sama kamu? Kalau kamu gak cerita, abang justru semakin cemas dek. Tolong katakan pada abang apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya Alvan.

Clemira menatap wajah abangnya.

"Tadi punggung Clemira gak sengaja terbentur sudut meja bang," ucap Clemira.

"Kok bisa?" tanya Alvan.

"Ta-tadi Cle-Clemira gak sengaja harus berurusan dengan kakak kelas bang. Terus dia dorong Cle dan Cle gak sengaja nubruk sudut meja," ucap Clemira.

Rahang Alvan seketika mengeras. Satu tangannya terkepal dengan sangat kuat mendengar ucapan adiknya.

'Shit!' umpat Alvan di dalam hatinya.

"Lalu, apa lagi yang dia lakukan?" tanya Alvan.

Clemira menggeleng.

"Gak ada kok bang. Dia cuma beri Cle peringatan aja," ucap Clemira.

"Apa ini terjadi di jam istirahat tadi pada saat abang menghubungi kamu? Makanya kamu gak angkat telepon dari abang dan lama balas pesan dari abang?" tanya Alvan.

Clemira menggigit bibir bawahnya. Clemira mengangguk dengan ragu.

"I-iya bang," ucapnya gugup.

"Shit! Brengsek! Beraninya dia mengganggu kamu. Abang akan memberi dia perhitungan!" ucap Alvan dengan penuh penekanan.

Clemira meraih kedua tangan abangnya. Ia lalu menggeleng.

"Jangan bang. Cle mohon jangan lakuin itu. Lagi pula awalnya memang Cle yang salah karena Cle sudah mengatai dia. Makanya dia marah sama Cle. Cle mohon abang gak perlu melakukan apa pun ke dia ya bang. Cle baik-baik aja kok," ucap Clemira.

"Tapi dek punggung kamu sakit lho," ucap Alvan.

"Gak apa-apa bang. Ini hanya sakit sedikit kok. Nanti diurut aja sama tukang urut langganan kita. In Syaa Allah udah sembuh kok," ucap Clemira.

"Kamu yakin dek?" tanya Alvan.

Clemira pun mengangguk.

"Iya bang Cle yakin kok. Abang jangan khawatir ya. Lebih baik sekarang abang bersih-bersih terus sholat," ucap Clemira.

Alvan pun mengangguk.

"Ya udah kamu juga bersih-bersih. Jangan capek-capek ya. Nanti kita beli makanan aja untuk makan malam. Abang pamit ke kamar abang ya," ucap Alvan.

Clemira pun mengangguk.

"Iya bang," ucap Clemira.

Alvan lalu bangkit dari posisi duduknya dan meninggalkan kamar Clemira.

'Abang akan tetap mencari tahu siapa orang yang telah membuat adiknya abang terluka.' ucap Alvan di dalam hatinya saat ke luar dari kamar Clemira.

...

Rizan kini sedang berada di basecamp tempat dirinya dan beberapa temannya biasa berkumpul di sana.

Tak lama setelah dirinya tiba, teman-temannya pun tiba. Mereka berkumpul dalam satu meja bundar.

"Udah lama lo bro?" tanya Fano.

Rizan menggeleng.

"Kalian kok barengan? Dari mana?" tanya Rizan.

Ryan membuang permen karet yang tadi ia kunyah.

"Biasa," ucap Ryan.

"Kita tadi main PS di rumahnya Ryan. Biasalah bro,"

ucap Sauqi.

Rizan pun mengangguk.

"Oh," ucap Rizan singkat.

"Memangnya kenapa lo minta kita ke sini? Ada yang ingin lo bicarakan?" tanya Fano.

"Tadi gue habis berantem sama abang gue," ucap Rizan.

"Dah lumrah kali bro. Sering banget kok emang kalian berantem," ucap Fano.

"Pasti karena lo gak bisa diatur kan?" tanya Ryan.

Rizan melirik Ryan dengan tatapan tajamnya.

"Keep your mouth!" seru Rizan masih dengan nada bicara yang biasa.

"Upps sorry," ucap Ryan dengan cepat menutup mulutnya dengan satu tangannya.

"Kenapa lagi sih Zan? Berantem mulu perasaan. Gak takut lo kalau sampai fasilitas lo semuanya dicabut?" tanya Sauqi.

"Gue gak takut. Bokap cabut juga gue masih punya bisnis yang udah lama gue rintis hasil dari uang jajan yang gue tabung. Bodoh amat kalau memang mereka mau cabuf fasilitas gue. Gue gak akan miskin!" ucap Rizan dengan penuh penekanan.

"Iya deh iya lo gak miskin. Tapi posisi lo sebagai anak pemilik sekolah pasti juga bakalan lengser hmm," ucap Ryan.

"Nah benar tuh. Mana mau cewek-cewek itu sama lo lagi kalau lo udah gak dianggap sebagai anak pemilik sekolah," ucap Fano.

"Brengsekk ya lo bertiga! Bukannya support gue atau apa gitu. Eh ini justru pada mojokin gue! Lo bertiga itu teman gue atau bukan sih?!" emosi Rizan.

Ryan, Sauqi dan Fano pun saling memandang.

"Ya bukannya gitu nih Zan cuma ya lo rubah dikit lah sifat lo. Jangan keterlaluan banget apa lagi sama cewek," ucap Sauqi.

Brak!

Rizan menggebrak meja bundar tersebut.

"Lo sama aja ya kayak Rafka! Terus aja kalian bela tuh cewek sialan! Argh! Shit! Gue pikir dengan ke sini pikiran gue bisa lebih tenang tapi justru semakin kacau. Terserah lo semua deh mau ngomong apa! Muak gue!" seru Rizan.

Rizan lalu bangkit dari posisi duduknya dan meninggalkan basecamp.

Ketiganya lalu saling memandang. Sauqi pun mengendikkan bahunya.

"Ah bodoh lah. Capek gue." ucap Sauqi.

....

Thank you for your support ❤️

Nurliza_Karen_Nitacreators' thoughts