webnovel

Chapter 17

Profesor Read dan Profesor Tristan terus mengayunkan tongkat ke para makhluk Astraldi. Ekspresi keduanya menegang. Bahkan menghadapi monster tanpa kasat mata mengalami kesulitan. Profesor Read mulai kehabisan napas. Otot lengan semakin kram. Tidak menyangka mereka kesulitan menghadapi Astraldi. Terutama Profesor Tristan yang daritadi menyerang mereka. Geraman dari rahang giginya bergetar. Tongkat yang dipegang oleh beliau, dicengkram begitu kuat. Hembusan angin meniup dari sebelah kanan. Menerbangkan rambutnya.

"Sialan! Kalau begini terus, kita tidak akan bisa menghentikan Astraldi!" keluh Profesor Read.

Sementara itu, sebuah ledakan terjadi di arah timur. Terlihat Profesor Watts tersungkur ke tanah. Dengan luka di sekujur tubuhnya. Tiecia yang melihatnya, tidak kuasa menahan ketakutannya. Muncullah Astraldi lainnya dari samping. Hentakan kakinya begitu terasa. Kondisi Profesor Watts mengalami luka cukup serius. Seragam pengajarnya penuh bersimbah darah. Mulutnya menganga akibat serangan brutal dari Astraldi. Tiecia buru-buru mengecek kondisinya. Beliau seperti masih mengembuskan napas walau keadaan lemah. Gadis berambut pirang membawanya dengan hati-hati. Merangkulnya supaya bisa menopang tubuh dia yang mengecil. Meski demikian, Tiecia tidak ingin dirinya disebut beban. Dia mendapati Andrew masih belum siuman.

"Profesor Read! Bawa mereka dari sini!"

"Lalu bagaimana dengan anda?"

"Kau tahu apa yang harus kulakukan bukan?"

Namun, perkataan Profesor Tristan tidak mengindahkan. Beliau mengeluarkan sebuah kalung dari leher. Sebuah peluit berwarna putih yang dilapisi sihir. Bentuknya menyerupai seekor banteng raksasa. Tetapi warnanya sudah modifikasi berupa merah. Dia menarik napas panjang. Meniupnya sekuat tenaga. Keluarlah pasukan golem yang setia dengannya.

Satu persatu, golem pun melancarkan sebuah pukulan keras kepada Astraldi. Salah satu dari mereka terpental. Menghancurkan bagunan dekat dengan koridor. Batu-batuan mengalami retak dan nyaris mengenai para siswa. Akan tetapi, para pengajar melindungi mereka dengan tongkat sihir berbentuk kubah. Membentuk sebuah barikade yang kuat transparan. Mereka hanya bisa melihat celah-celah di antara puing-puing. Pertarungan para makhluk Astraldi dengan Profesor Read dan Profesor Tristan. Kedua pengajar nampaknya kesulitan menghadapi mereka. Apalagi, salah satu pengajar berbaring di taman bersama murid bernama Tiecia.

"Baiklah Profesor Read! Kau menang!" ucapan keras terlontar dari Profesor Tristan.

"Huh?"

"Bantu aku ok? Aku membutuhkanmu untuk mengalahkan makhluk itu. Jadi …"

Senyuman bibir Profesor Read terpancar. Beliau menunggu momen yang tepat untuk membantu Profesor Tristan. Tidak bisa mengalahkan mereka sendiri.

~o0o~

Profesor Tristan menarik napas dalam-dalam. Dia berlari ke samping kiri. Berteriak sekencang-kencangnya sembari mengangkat kedua lengannya. Astraldi menghampiri Profesor Tristan. Sedangkan para golem diperintahkan oleh Profesor Read untuk membantu beliau, melalui mengulur waktu sebisa mereka. Astraldi terkena serangan. Wajahnya mengalami luka yang cukup serius. Dia mengelus-elus bagian pipi kanan. Makhluk tanpa kasat mata itu melancarkan serangan balasan. Di sisi lain, Profesor Tristan berencana untuk menyiapkan jebakan yang pas untuk mereka. Telapak tangan kiri menggenggam sebuah serbuk di dalam botol. Serbuk itu berwarna abu-abu. Sudah lama tidak menggunakan benda untuk melawan makhluk itu.

Kepala Sekolah Clay menatap pada Profesor Tristan. Mendengarkan setiap perkataan yang diutarakan oleh beliau. Tidak ada sanggahan apapun dari mulutnya. Masih beruntung Profesor Tristan bersedia menceritakan kisahnya.

Sepertinya, luka lama masih membekas dalam diri beliau. Kedua telapak tangan digenggamnya. Berusaha untuk menahan amarah yang dia rasakan dalam insiden tersebut. Menarik napas panjang. Dikeluarkan secara perlahan. Berpikir tidak ada gunanya menyembunyikan kebenaran di hadapan para pengajar. Ketika Profesor Watts sudah memberitahukan kepada beliau mengenai Astraldi, maka Profesor Tristan akan menjelaskan mengenai insiden tersebut. Tepat saat bersuara, jendela tertutup rapat beserta sihir anti suara. Bersifat rahasia dan tidak berani ada yang membocorkannya

"Makasih Kepala Sekolah Clay. Aku akan menceritakan mengenai Edgeville Incident yang kualami sebelum mengajar di sini. Saya harap, informasi ini berguna apabila Astraldi mengincar para siswa dan pengajar kemari."

"Katakan saja Profesor Tristan."

"Astraldi itu merupakan makhluk tidak kasat mata sesungguhnya. Makhluk itu memiliki tinggi seperti tiang koridor dua kali lipatnya."

"Dengan kata lain, ukurannya sama seperti golem milikku?" tanya Profesor Read.

Profesor Tristan mengangguk pelan. Tongkat miliknya diangkat dan mengaktifkan sihir ruangan. Muncul rune sihir berbentuk lingkaran dengan enteng. Setelah itu, beliau membagikan sebuah kopian buku kecil kepada tiap pengajar yang ada. Termasuk Kepala sekolah Clay. Ketika pelayan membagikan buku tersebut, para pengajar dibuat tarik napas. Secara tidak langsung, beliau terperangah dengan adanya tulisan berisikan Astraldi. Serta gambar sketsa percobaan memadukan monster dengan manusia yang dilakukan oleh Diligent Prince Waldwin. Sampai para ksatria ketakutan saat kabur dari Aeckland Stronghold. Kepala sekolah Clay menatap sketsa itu lebih dalam. Kedua bola mata beliau memegang secarik kertas.

"Waktu aku masih muda, Aeckland Stronghold ini sebenarnya tidak layak untuk dijadikan sebagai markas utama atau tempat persinggahan Diligent Prince Waldwin. Unknown Origin itu sejatinya menyimpan sebuah misteri. Bagi orang-orang pada umumnya, tempat itu adalah tempat neraka. Terutama para kriminal. Mereka akan dihadapi dua pilihan. Mati secara mengenaskan. Atau mati secara heroik. Kedua pilihan itu sama-sama menyakitkan, yaitu mencari mati. Jika heroik, tiap Kerajaan akan mempertimbangkan untuk menghapus semua tuduhan dan dosa yang diperbuat di masa lalu asalkan pihak korban mau memaafkan. Tapi …"

Profesor Tristan menoleh pada para pengajar lainnya. Termasuk Kepala sekolah Clay. Telapak tangan kanan beliau cengkram. Menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan diri.

"Tidak halnya dengan Astraldi. Makhluk itu sebenarnya adalah para ahli sihir yang dibuang oleh Diligent Prince Waldwin."

Beberapa dari para pengajar beranjak dari kursinya. Mereka sepertinya tidak salah dengan penjelasan barusan. Beberapa dari pengajar berhutang budi pada Diligent Prince Waldwin perihal Sekolah Akademi Daponia. Kepala sekolah Clay tidak bersuara, memperhatikan halaman buku yang ditulis berdasarkan dari pengalaman Profesor Tristan. Dimulai dari karakteristik, munculnya monster itu hingga ada di Sekolah Akademi Daponia.

"Bagaimana bisa? Kalau seandainya berita itu tersebar, lalu nasib Kerajaan bagaimana?" tuntut salah satu pengajar.

"Tentu saja rakyat … akan melakukan kudeta. Itulah pilihan terakhirnya."

"Karena itulah, kau tidak ingin membicarakannya?" tanya Kepala sekolah Clay.

"Bukan itu saja yang membuatku enggan berbicara," lirih Profesor Tristan.

Kedua pihak saling menatap satu sama lain. Profesor Tristan membayangkan dirinya ada di penjara bawah tanah, Edgeville Prison. Beliau yang saat itu masih muda dan berstatus sebagai ahli sihir yang minim pengalaman. Beliau saat itu mendapatkan jatah berupa menangkap monster yang ada di sekitar Aeckland Stronghold. Setiap kali menangkap, Profesor Tristan mengaku mendapatkan peningkatan level yang signifikan. Sampai ilmu sihirnya mencapai tingkat master. Walau demikian, semakin beliau rasakan energi sihir mengalir terlalu deras, tekanan batin dan efek yang dialaminya semakin berat. Sampai beliau kesulitan bangkit jika tidak dibantu sesamanya.