webnovel

Chapter 11

Reynold mengacungkan shotgun ke wajah monster berkepala banteng. Dia menghindari serangan kapaknya. Pedang gergaji menahan serangan tersebut. Energi sihir mengalir dalam tubuh Reynold dan senjata yang dipakai. Issac hendak membantu. Tetapi Reynold mencegahnya.

"Hentikan Issac! Aku akan melakukan pelambatan serangan terlebih dahulu."

Pemuda berambut perak mundur ke belakang. Tombak hitamnya dia cengkram dengan erat. Dia berlari membelakangi monster berkepala banteng. Badannya tegap, melihat Issac sedang berlari ke arah berlawanan. Pemuda berambut perak mencengkram tongkatnya. Menghunuskan ujung tombak ke bagian belakang lutut. Energi sihir kegelapan pun dilepaskan. Ditambah pedang gergaji milik Reynold dapat ditekuk dalam mode bentuk tumpul. Menodongkan shotgun ke arahnya. Dua butir peluru terkena serangannya. Tetapi tembakan tersebut belum bisa membunuhnya.

"Sial," kata Reynold berdecak lidah.

Sebuah pusaran dari energi kegelapan. Menyerang dari belakang, dilakukan secepat kilat oleh Issac. Pemuda berambut perak tidak ingin melewatkan begitu saja serangan tersebut. Saat hendak menyerang, muncul nama Bullmond. Reynold mundur ke belakang. Membiarkan Issac menyerang. Serangan tersebut mengenai tulang belakangnya. Meski demikian, makhluk itu dapat beregeneasi. Pemuda berambut perak mendorong kaki kanan ke belakang. Sampai kedua kaki menggesek permukaan lantai.

"Bullmond kah? Tidak bisa dipercaya!" keluh Issac.

Rongga hidung dari monster berkepala banteng mendengus. Berteriak lantang hingga Reynold dan Issac menutup telinganya. Tiba-tiba, sebuah serangan cepat diagonal menyerang keduanya. Issac maupun Reynold mengaktifkan energi sihirnya beserta refleks mundur cepat. Kedua bola mata mereka melihat sebuah bayangan dari diagonal pojok kanan.

Sementara itu, Andrew tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Kedua matanya tidak membaca pergerakan di antara Issac, Reynold maupun monster berkepala banteng. Semua terjadi begitu cepat. Bisa dikatakan, dia beruntung. Tubuh dia bergetar hebat. Kedua kakinya tidak mampu berjalan atau sekedar mendekatinya.

Pemuda berambut perak melihat lengan kanan Bullmond dipenuhi luka yang cukup banyak berupa tebasan di sekelilingnya. Issac mencoba untuk menusuk ke lengan kanan. Dia belari kencang, menangkis serangan kapak ke samping. Sebuah peluru ditembakkan ke punggung Bullmond. Mengerang kesakitan lantaran tepat ke titik kelemahan selama ini belum terpikirkan Reymond sedari tadi. Yaitu bagian pinggang dipenuhi luka tusukan. Saat itulah, pedang gergaji digunakan. Mencengkram gagangnya beserta mekanisme serangan. Akan tetapi, Bullmond tidak membiarkan Reynold menyerang balik. Saat itulah, dia menghindar dengan berguling ke tanah. Lalu bangkit kembali dengan pedang gergaji miliknya. Menebas dengan sekali serangan. Tepat ke titik kelemahan tersebut.

Saat itulah, Reynold punya firasat bahwa monster itu mulai agresif menyerang. Kedua kaki dan tangan mundur ke belakang. Bersembunyi di balik dinding tiang itu sembari memperhatikan Issac bertarung. Tangan kanan menggenggam tongkat pada tombak. Berlari sembari berbelok ke kanan. Menjadikan dirinya sebagai umpan. Hentakan keras terdengar dari arah belakang. Pemuda berambut perak mencari cara untuk mengalahkan Bullmond tanpa menghancurkan isi Aeckland Stronghold tersebut. Istana itu merupakan satu-satunya petunjuk untuk mengetahui tentang Unknown Origin. Meski secuil apapun informasinya, Reynold dan dirinya akan mengambil resiko yang mereka pilih.

Kapak raksasa itu menghancurkan tiap-tiap tiang yang ada di sekelilingnya. Tombak berwarna hitam menyerap energi sihir Issac. Dia tidak tahu harus mengambil jalan yang mana. Kemudian, ada anak tangga sebelah kiri. Tangga itu akan menghubungkan ke bawah. Pemuda berambut perak menuruni anak tangga itu. Menaruh tombak hitamnya ke dalam punggungnya. Dengan gerak cepat, Issac mendongak mendengar suara hentakan kaki sangat keras dan bergetar. Menduga permukaan lantai tidak akan bertahan lama.

Issac pun menuruni anak tangga. Dia berlari kencang. Melirik apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Dinding dari batu bata, serta beberapa barel ditempatkan dalam terpisah. Serta juga dua tengkorak posisi bersandar, berada di pojok samping kiri. Sedangkan satunya hanya menyisakan separuh badan serta sebuah pedang tergeletak. Issac merasakan energi sihir mengalir pada dua buah tengkorak itu. Menduga Bullmond memanggil para undead yang ada. Suara erangan dari mulut mereka beserta menadahakan tangan kanan, berjalan lambat dan sempoyongan.

Sebuah serangan tombak dari Issac, melesat cepat mengenai orb pada bagian jantung. Sedangkan dua skeleton tadi menyergap pemuda berambut perak. Tubuh Issac bergerak secara spontanitas, ke kiri sembari menodongkan ujung tombak ke tulang dada menuju bagian belakang. Dia menarik ke kanan. Suara skeleton berjatuhan. Undead lainnya merespon serangan Issac.

Pemuda berambut perak melihat jendela ke benteng satunya. Nampaknya, Reynold mencari keberadaan dia. Kendati demikian, Issac ingin memberitahukan kepadanya bahwa Bullmond sedang mengejar dia. Di sisi lain, Reynold menarik pelatuknya. Menodongkan shotgun miliknya pada Bullmond. Menarik perhatian monster berkepala banteng menuju kemari. Dia tidak tahu ke mana Issac. Tetapi setidaknya Reynold tidak akan membiarkan siapapun mati di depan mata dia. Pedang gergaji yang dia gunakan, siap untuk menyerang balik. Dia berlari ke samping kanan. Memaksa diri untuk menyerang. Kedua kakinya masih bisa digerakkan. Tangan hingga indera pendengaran dan penglihatan mulai kembali aktif. Walau demikian, kedelapan bayangan masih terus mengganggunya. Mencoba fokus pada satu objek sekitarnya. Reynold tidak ingin menjadi sosok monster yang menyeramkan. Saat berlari, dia mengatur napas sebisa mungkin. Lalu hentakan kaki cukup keras. Mengalihkan perhatian dari Bullmond selagi dirinya menjadi umpan. Kaki kanan menjinjit dan memijak lantai. Lalu terbang dan melompat ke kepala Bullmond.

Para undead yang dibangkitkan, langsung menyerbu Reynold. Pedang gergaji miliknya membelah para undead sekuat tenaga. Erangan dari mulutnya selagi memutar. Langkahnya berhenti sejenak. Kapak besarnya diayunkan secara diagonal. Reynold pun mundur ke belakang. Menarik pelatuknya ke para undead yang hendak mengerumuni dia. Reynold menebas lagi. Menendang tiap undead hingga tersungkur. Lirikan bola mata sekilas ada bayangan yang ada di belakang Bullmond. Saat itulah, dia sadar bahwa energi tersebut dari Issac. Reynold melakukan sliding sembari menodongkan shotgun ke para undead. Amunisinya tinggal satu butir peluru. Seluncur barusan ditambah berupa tebasan ke bagian kaki para undead dan Bullmond. Tepat di bagian bawahnya dia. Menusuk ke bagian dubur Bullmond. Jeritan terdengar dari monster berkepala banteng. Menjerit kesakitan sehabis diserang bagian situ. Reynold langsung berlari untuk bertemu Issac. Ketika hendak menemuinya, Issac terburu-buru menaiki anak tangga. Tanpa banyak bicara, shotgun milik Reynold ditodongkan ke segerombolan undead di lantai bawah. Tetapi, itu tidaklah cukup baginya.

Mereka sangat banyak. Sulit jika kuteruskan lebih dari ini, gumam Reynold dalam hati. Akhirnya, dia memutuskan untuk menutupnya berupa kayu yang dibawa Issac. Serta mendorong tiap barel untuk memperlambat pergerakan Bullmond. Dorongan dari bahu kanan Issac dan Reynold menghasilkan decitan bunyi yang menganggu telinga. Issac menaiki anak tangga duluan. Disusul oleh Reynold.

Tiba-tiba, sebuah ledakan terjadi di bawah. Sepertinya, Bullmond tidak sengaja menginjak barel berisikan bubuk mesiu. Sampai ledakan tersebut membakar makhluk berkepala banteng dan para undead. Suara erangan minta tolong beserta berteriak secara menggema. Mengakibatkan permukaan lantai atas turut bergetar. Walau Issac dan Reynold sudah menaiki anak tangga, mereka berniat untuk mengincar kelemahan seperti yang dilakukan Reynold.

"Ke atas!" teriak Reynold pada Issac.

Pemuda berambut belakang berjalan seirama dengan Reynold. Shotgun miliknya ditaruh ke punggung dia. Sebuah pedang gergaji beserta botol peledak digenggam. Sosok makhluk berkepala banteng menghancurkan dinding permukaan atas. Suaranya menggelegar hingga Reynold dan Issac menutup telinga. Termasuk Andrew yang bersembunyi di balik dinding benteng.

Hentakan kakinya menghampiri Reynold dan Issac. Mereka memilih jalan berputar. Sampai segerombolan undead menyerang ke arah kedua pemuda itu. Tanpa basa-basi, mereka menyerang secara horizontal. Memenggal dan menusuk ke tubuh undead yang menghalanginya. Issac mendorong tombak dari samping kanan. Kaki kanan dimajukan, melompat kecil menendang ke orb undead sampai terpental. Mereka saling bergantian tanpa bersuara. Memberikan isyarat lantaran tahu apa yang harus diperbuat setelahnya. Reynold memotong separuh badannya. Suara gergaji nyaring terdengar. Memotong hingga tulang-tulangnya. Suara retakan terdengar sampai Bullmond telah berada di samping kiri. Mengayunkan kapak raksasanya ke arah Reynold. Dia pun menghindar disertai berguling berdiri. Menusukkan pedang gergaji ke titik kelemahannya. Issac pun melancarkan aksi serangan terakhir. Menusukkan ke bola mata Bullmond. Energi sihir gelapnya merasuki tubuhnya. Erangan demi erangan beserta suara banteng begitu kentara. Berusaha melepaskan diri dari serangan dua arah. Reynold menggergaji bagian belakang hingga ke tulang selangka dengan lompat semampunya. Sedangkan Issac menginjakkan kaki kanan ke bola mata berkali-kali. Injakan barusan mengakibatkan Bullmond tersungkur ke lantai. Lantainya ambruk sampai atap langit mengalami retakan. Reynold mundur teratur saat getaran hebat di sana. Dia melirik sekitarnya. Para undead pun tergeletak tanpa nyawa. Sepertinya, Bullmond menjadi penyebab mereka muncul. Di sisi lain, Issac terbatuk-batuk sehabis menyerang monster berkepala banteng.

~o0o~

Andrew melongo tidak percaya. Issac bersama temannya berhasil mengalahkan monster itu dalam sekejap. Tanpa ampun, mereka berhasil menghentikan musuh yang memiliki kekuatan yang setara dengan seekor naga.

Dia tidak kuasa menahan ketakutan. Kedua bola matanya melotot tajam pada aksi temannya. Tidak ada tanda-tanda kemunculan pemuda berambut perak. Andrew ingin menmui dia, mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan dirinya dan membalaskan kematian Zack serta Glenn. Tetapi, kedua kakinya tidak mau menuruti permintaan Andrew. Organ dalamnya serasa ditekan lebih kencang sampai tidak mampu memuntahkan isinya. Serta mengalami sesak napas yang tidak biasa. Serasa dirinya sehabis dicekik oleh sesuatu.

"Kenapa … dengan tubuhku …"

Andrew pun menoleh sekitarnya. Saat hendak ke arah belakang, sebuah serangan mengenai punggung lehernya. Andrew tergeletak di permukaan lantai beserta senjata tongkat disarungkan ke ikat pinggang. Tidak ketinggalan, Reynold memberikan sebuah ramuran amnesia. Berharap dia melupakan kejadian barusan. Termasuk tewasnya Glenn dan Zack di tangan monster. Reynold meminum air putih dalam konsumsi cukup banyak. Tegukan demi tegukan terus dilakukan hingga botol itu habis.

Kemudian, Reynold menendang tubuh Andrew ke luar portal. Mendengar suara tubuhnya terpental ke lantai koridor. Setelah itu, Reynold menutup portal sejenak. Mengejar Issac dengan lari cepat.

Sementara itu, Tiecia melihat secara langsung peristiwa yang dialaminya. Gadis berambut pirang bergegas untuk menolong Andrew. Mengecek urat nadinya, kondisinya baik-baik saja meski keadaan dia belum sadarkan diri. Berteriak minta tolong. Dia tidak tahu, portal beserta jalan itu menghilang tanpa jejak.