webnovel

24 Rio

"Makasih skincare-nya," ucap Anya via telepon pada Jenan. Perhatian pria itu berlebihan menurutnya karena tak seharusnya skincare manja itu jatuh ke tangannya. Mau perawatan sebanyak apapun kalau hati dan pikiran masih bercabang kemana-mana semua tidak akan ada gunanya.

Sejak kecelakaan itu pikirannya tidak pernah tenang. Mau tidur nyenyak sekalipun, otaknya masih bekerja sehingga pikirannya lelah. Efeknya sudah pasti ke kulit wajah sebagai gerbang pertama penampilan.

"Kamu nggak usah repot-repot, tapi ini skincare yang biasa aku pakai kok," ucapan Anya dilontarkan jujur untuk menghargai pemberian Jenan.

Satu kalimat meluncur dari bibir Jenan, Anya membalasnya dengan senyum dan kata "iya."

Anya kembali melirik ke arah jam dinding kemudian pamit pada Jenan karena harus mengajar.

"Maaf Jen, aku harus ngajar," kata Anya. Percakapan terhenti saat itu juga. Dia bergegas berangkat ke sekolah.

Saat itu dia hanya berpikiran untuk menjalani hidup ke depan. Harapannya dia bisa mengganti bayang Bobby dengan yang lain. Mungkin masa lalu tanpa Bobby yang juga indah misalnya saat SMP. Namun seindah apapun masa lalu tetap saja masa kini adalah yang paling indah sedang kita jalani. Anya ingin naik taksi online menuju sekolah.

Tanpa disangka, driver taksi bernama Rio Wijaya. Dari fotonya, ia mengenal wajah itu sebagai teman Bobby. Bagaimana bisa dia melupakan masa lalu jika seseorang yang pernah ia temui muncul kembali saat ini juga. Kemarin Nindya, sekarang Rio. Sebenarnya dia tinggal menekan tombol cancel order kalau kurang berkenan untuk naik bersama driver tersebut. Namun itu sama saja dengan membatalkan rezeki orang jadi Anyar meneruskan order apapun yang terjadi.

Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Anya. Gadis yang sudah siap berangkat itu segera membuka pintu mobil.

"SMAN 127, sebelah sekolah saya," sapa Rio begitu Anya duduk di jok penumpang.

"Kak Rio?" sapa Anya balik. Dua kata sapaan itu membuat badan Rio berbalik untuk melihat wajah Anya.

"Loh, ceweknya si ibob!" seru Rio. Dia masih ingat gurat wajahnya yang tak banyak berubah sejak masa SMA mereka.

"Sini duduk depan, kita teman lama. Tenang aja, gue nggak gigit," ajak Rio. Tak menunggu waktu lama, Anya pindah ke depan melalui pintu mobil.

Rio adalah salah satu saksi kisah cinta Anya dan Bobby saat mereka masih bersama sampai Bobby menghilang tanpa jejak.

"Apa kabar?" satu pertanyaan dari mulut Rio yang terkesan basa-basi padahal dia benar-benar ingin tahu kabar Anya terlebih setelah mereka berdua kehilangan sosok orang terdekat secara mendadak. Dua kata yang ditanyakan untuk mengisi waktu selama perjalanan dari rumah ke sekolah.

"Bisa dibilang baik kalau dilihat dari luar," jawab Anya.

"Ya iyalah, hati orang siapa yang tahu. Lagian kapan ya terakhir kali kita ketemu?" tanya Rio.

Anya mengingat kembali, seingatnya terakhir bertemu Rio di rumah Bobby saat mereka menemukan rumah itu kosong.

"Waktu ke rumah Bobby kayaknya," jawab Anya. Maksud hati ia tak lagi ingat akan masa lalu tapi selalu ada saja yang mengingatkan. Apa boleh buat, semua yang terjadi di luar kuasanya.

"Iya, Gue juga penasaran kalau lagi ingat sering lewat rumah itu dan sampai kira-kira 3 hari yang lalu semua itu tetap kosong. Mau lewat sana?"

Anya sudah pindah rumah sejak mamanya membeli rumah sendiri. Dia sudah tak lagi satu perumahan dengan Bobby. Harusnya pindah rumah bisa menghilangkan Kenangan tapi tidak dengan Anya.

"Jangan, Lain waktu aja kalau lagi nggak ke sekolah. Dulu waktu masih ngontrak, ke rumahku satu perumahan dengan rumah Bobby tapi sekarang sudah beda," ujar Anya.

"Iya, seiring berjalannya waktu semua orang pasti ada perubahan dari waktu ke waktu tapi paling tidak kita bisa tetap bertukar kabar karena kota ini memang nggak selebar itu, aku juga narik taksi lantaran jual beli mobil dan ketemulah kita, teman lama. Cuma orang aneh yang namanya Bobby ini udah kayak pindah planet. Semua sosial medianya off bahkan satu keluarga nggak ada kabar, rumahnya kosong. Perumahan milik keluarga Bobby kini sudah diambil alih oleh orang lain," kata Rio panjang lebar.

Anya hanya bisa memandangi wajah Rio dari samping. Ia tak tahu apa yang harus dikatakan. Dia merasa kalau yang kehilangan Bobby bukan cuma dirinya melainkan sahabatnya juga.

"Kalau Anya tahu, perumahan Bobby sekarang sudah jadi mewah, lahan yang dulunya sawah sekarang sudah dibangun rumah. Namanya juga zaman semakin maju dan Tuhan tidak menambah jumlah tanah," kata Rio lagi.

Rasa aneh dan tidak nyaman bergelayut di hati Anya. Hari masih pagi sementara dirinya sudah merasa lelah. Masa yang harusnya sudah berlalu, baginya tidak bisa selesai selama kabar Bobby masih menggantung.

"Sama sekali nggak ada petunjuk keberadaan Bobby?" tanya Anya.

"Nggak ada, oh iya, kapan terakhir kali ketemu Bobby?"

"Semester empat, sebelum aku balik kuliah ke Jogja. Itu terakhir kali aku bertatap muka sama Bobby, Setelah itu kita cuma chat, video call, voice note. Komunikasi sebelum dia menghilang adalah voice note 'mau mandi sebentar' lalu dia nggak bales lagi. Chat hanya terkirim tanpa pernah dibaca sampai detik ini," kenangnya dengan pahit.

"Kalau kasusnya pembunuhan atau orang hilang pasti ramai jagat raya. Masalahnya aku nggak kenal sama sekali keluarga Bobby selain papa mamanya," kata Rio. Hilangnya Bobby menjadi misteri hingga sekarang.

"Kita nggak biasa biarin ada yang hilang dalam hidup apalagi orang terdekat. Pasti akan timbul tanda tanya. Ke mana dia sekarang?"

"Apalagi kamu dan Bobby nggak ada kata putus, ya?"

"Dia cuma pamit mandi setelah itu menghilang. Kalau di cerita fantasi, dia sudah pindah ke dunia paralel atau diculik alien," canda Anya diiringi tawa kecil. Sementara ada duka dibalik tawa. Perasaan tidak nyaman di dalam dadanya karena dia baru menyadari tidak ada kata putus antara dirinya dengan Bobby.

"Mungkin dia udah pindah dimensi," kata Rio.

"Aku pernah baca cerita di Webnovel judulnya Queendom in The Water, ceritanya ada cowok yang diculik ratu di dalam kerajaan danau. Mungkin Bobby diculik sampai pindah dimensi," kata Anya dengan sisa kekuatan. Ia mencoba bercanda di tengah ketidak pastian.

"Mungkin aja soalnya dia nggak meninggalkan jejak apapun. Berat juga karena kita sahabat dari SMP," kata Rio.

Bobby jadi topik pembicaraan mereka sepanjang perjalanan. Anya melewatkan kabar tentang Rio sendiri.

"Apa kak Rio pernah mencari kabar Bobby di sosmed? Kalau aku ngga bisa, Kak. Nggak enak sama pacar aku," kata Anya.

"Boleh juga, gue masih ada foto si monyet itu sih. Bentar, Anya udah punya pacar?" tanya Rio.