"Arrrrrgggghh." Chris berteriak dan duduk namun dengan tidak tenang.
"Kenapa sih?? Ribut sekali. Aku ingin tidur." Yosh yang sedang tiduran di atas kasur merasa terganggu.
"Aku tidak bisa hanya menunggu Yosh!! Aku harus menyusul mereka!!" Chris menggerak-gerakan kakinya dengan cepat dan beberapa kali mencoba menghubungi Yu namun dibatalkannya.
Yoshito menarik nafas panjang membenamkan wajahnya ke atas bantal.
"Yoshitooooo!! Adikmu sedang dibawa orang asing.. dan kau masih bisa tidur???" Chris berteriak kearah Yoshito.
"Hrrrrrggghhhh" Yoshi membanting-bantingkan kakinya ke atas tempat tidur. Dua orang kekar ini sedang bertingkah seperti anak kecil yang tidak sabar menunggu kabar. Tidak ada yang dapat membuat mereka menjadi kehilangan jati dirinya seperti ini, kecuali oleh adiknya Yuire.
"Kau ini!! Yu sudah besar, lepaskan dia sekali-kali!! Dia harus punya dunianya sendiri!! Jangan terlalu mengekangnya!! Jika kau ada urusan pergilah!! Agar pikiranmu teralihkan"
"Aku tidak terbiasa membiarkan dia pergi tanpa salah satu dari kita Yosh!!" Chris memeluk lututnya seperti anak kecil yang sedang dihukum oleh orang tuanya.
"Jangan berakting seperti itu!! Mau aku foto dan kusebar kepada saingan bisnismu!?! Haha."
"Diam kau brengsek!! Kau tidak tahu rasanya khawatir.!! Dia masih asing disini!!" Chris menendang Yoshi yang sedang terbaring.
"Kau bukan khawatir. Kau takut kan??" Yoshi sekarang menatap mata Chris dengan serius.
Chris mengangguk " Aku tahu Yu tidak akan mengikuti syaratku, dan si Sam itu pasti mempengaruhinya." Mata Chris berubah kesal.
"Aarrrrggghh.. Aku pergi saja!!!" Chris beranjak dari kursinya.
"Eh. Mau kemana??" Yoshi terbangun dari kasurnya lalu memakai bajunya.
"Aku tidak peduli orang mengatakan aku kakak yang posesif, pokoknya aku harus menyusulnya." Chris dengan kasar mengambil kunci mobil di atas meja dan melangkah keluar kamar.
"Eh eh eeh.. Nanti Yu malu kalau melihat kau mengikutinya!!. Pikirkan kata orang, lelaki yang sudah dewasa masih dibuntuti oleh kakaknya yang seharusnya sudah mengantar anak sendiri!!!" Yoshi mengikuti langkah Chris dengan tergesa.
Chris berhenti dan menatap Yosh " Aku tidak peduli Yosh, tidak apa-apa dia merasa malu, daripada aku gila disini!!!"
"Eh tunggu dulu!!!" Yosh membuat langkah Chris terhenti lagi
"Apalagi Yoshitooo Minatooo!!!!" Bentak Chris dengan malas.
"Yamada Minato, aku ikut ya?!!" Yoshito memelas
Chris menatap wajah adiknya itu dengan tajam. " Kau juga khawatir kan??" Yoshito hanya mengangguk dan menyeringai.
"Aku yang menyetir??" Yoshito menadahkan tangannya meminta kunci mobil.
"Tidak!!!! Kau akan membuatku tidak pernah sampai!!! Aku tahu akal busukmu!!"
"Tapi kecepatan normal ya!!" Bujuk Yoshito yang tahu bahwa kakaknya akan menjalankan mobil dengan gila.
"Kau ikut saja, jangan banyak bicara!!! Atau kau turun dan tidur saja lagi seperti kerbau!!!." Ucap Chris sambil memasang seat belt dan menyalakan mesin mobil.
...
"Yakin kau hanya ingin naik permainan-permainan anak kecil itu??" Tanya Sam yang mendengar ucapan Yu jika dia hanya ingin naik Carousell, Kincir angin dan Gondola
"Iya.. Kenapa memangnya??" Jawab Yu polos
"Kau sudah dewasa Yuire!!!"
"Kau tahu kenapa kita diijinkan pergi??"
"Karena Chris memberimu syarat?? Benarkan??" Jawab Sam bangga
"Ya. Dia tidak mengijinkan ku menaiki permainan ekstrim." Yu mencibirkan bibirnya.
"Hahahaha Ya Tuhan. Kakakmu terlalu berlebihan Yu. Kau bukan anak kecil lagi dan bukan juga anak perempuan yang lemah."
"Tapi mereka selalu menganggap ku keduanya."
....
Di dalam mobil Chris menyetir dan Yoshi beberapa kali mengingatkan untuk mengurangi kecepatan. Tidak ada suara apapun, keduanya tidak berminat mendengarkan musik ataupun berita.
"Chris,," Yoshito memanggil Chris dan tidak merespon.
"Chris," Sekali lagi Yoshito memanggil kakaknya yang hanya direspon singkat oleh Chris "hmm"
"Sam mengirimku pesan." Pandangan Chris seketika menoleh kearah Yoshi dengan tatapan tajam.
"Kita harus lebih cepat!!!" Tatapan Yoshito berubah menjadi khawatir.
Dengan sigap Chris menambah kecepatan "Si brengsek itu!!!" Chris memukul kemudi, wajahnya menjadi penuh amarah dan kegelisahan.
Dengan membawanya saja kau sudah salah
Aku diam demi tawanya
Tapi kau membuatnya terluka
Dia dan tawanya, kau akan kehilangan keduanya
(ghandistri)