webnovel

Jangan Pikirkan

"Tuan apa saya perlu menyiapkan makan siang??" Ucap Seorang asisten rumah tangga kepada Chris yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tidak perlu, aku hanya pulang untuk mengambil keperluan Yuire dan mandi." Ucap Chris seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Baik. Pak Lim sudah menunggu di ruang tamu tuan." Chris hanya mengangguk mendengar bahwa orang kepercayaannya sudah menunggunya untuk memberikan informasi mengenai beberapa hal.

Chris menuju ruang tamu setelah memantaskan tubuhnya menggunakan pakaian formal seperti biasanya.

"Duduk.!" Ucapnya kepada Pak Lim yang seketika berdiri saat melihat dirinya datang.

"Apa yang kau bawa?? Sampaikan dengan cepat!! Aku sudah terlalu lama meninggalkan adikku di rumah sakit." Perintah Chris kepada Pak Lim.

Chris meninggalkan Yuire saat pemeriksaan rutin dilakukan, belum terlalu lama hanya sekitar tiga jam. Namun bagi orang yang tidak mudah percaya kepada orang lain seperti Chris, tiga jam membiarkan adiknya dengan orang lain membuat hatinya tidak tenang.

"Ini Tuan." Pak Lim memberikan sebuah amplop yang berisi beberapa berkas rumah sakit dan dua lembar foto Hua Lu dengan seorang dokter.

"Baru itu saja, orang-orang ku masih mencari informasi lebih lanjut." Ucap Pak Lim kepada Chris. Chris menyimpan kembali berkas itu lalu pergi tanpa mengucapkan apapun kepada Pak Lim. Pak Lim yang sudah paham tabiat bosnya itu hanya berdiri dan membungkukkan tubuhnya.

.....

Chris terburu- buru menyetir menuju rumah sakit saat menerima pesan dari Yoshito. Ketika masuk ke ruangan rawat Yuire, adik pertamanya Yoshito sedang duduk di sofa dengan wajah tertunduk, khawatir dan cemas.

"Ada apa ini??" Teriak Chris kepada Yoshito saat melihat

ranjang adik kecilnya sudah dikerumuni oleh dua dokter dan beberapa orang perawat, termasuk Dr. Marie.

"Aku keluar sebentar, ke taman untuk merokok, ketika aku datang tubuh Yuire sedang menggigil dan badannya sangat panas." Ucap Yoshito terbata-bata, pandangannya diarahkan ke lantai tidak berani melihat wajah kakaknya yang sudah berubah seperti singa yang siap menerkam.

"Kau!!!! (Chris mencengkeram kerah Yoshito) Menjaga adikmu saja kau tidak becus!!" Chris mendorong tubuh Yoshito ke atas sofa dan mengurungkan niatnya untuk memukul. Yoshito hanya pasrah menerima perlakuan kakaknya itu.

...

"Ini bukan salah Yoshito" Ucap Marie yang sedang berjalan mendekati mereka.

Chris dan Yoshito segera memusatkan perhatian mereka kepada ucapan Marie.

"Demamnya sangat tinggi, kami masih mencari tahu penyebabnya. Apakah ini disebabkan hal lain atau tubuh Yuire tidak menerima jantung barunya. Aku harap bukan yang kedua." Jelas Marie dengan seksama

" Apa yang harus dilakukan selanjutnya??" Tanya Chris khawatir.

"Jangan meninggalkan adik kalian terlalu lama. Jika kalian ada keperluan mendesak, panggil perawat untuk menjaganya !"

Mendengar ucapan Marie, Chris menatap tajam ke arah Yoshito. Tatapan matanya sedikit menyalahkan.

....

Yoshito mendekati ranjang adiknya yang tertidur meringkuk, keringat yang memenuhi wajah dan suhu tubuh yang tak kunjung turun membuat Yoshito semakin merasa bersalah.

"Yu,, bangunlah dulu. Kau harus makan dulu!!" Yoshito menghapus keringat di kening adiknya dengan telapak tangannya.

Yuire mengerutkan keningnya, menelan ludah di tenggorokannya yang terasa sangat kering dan membuka matanya perlahan melihat Yoshito yang sudah duduk di ranjangnya.

Chris yang sedang bekerja di depan laptop hanya memandangi adegan kedua adiknya itu. Dia berusaha memberikan waktu kepada Yoshito untuk menebus rasa bersalahnya.

"Aku tidak lapar Onii-chan. Aku hanya haus." Ucap Yuire dengan lemah.

"Ayo bangun!!" Ucap Yoshito seraya mengangkat bahu adiknya lalu membuat adiknya bersandar didadanya.

"Minumlah, agar demammu cepat turun!!" Yoshito memberikan gelas berisi air yang hanya diminum beberapa teguk oleh Yuire.

"Maafkan Onii-chan, tadi meninggalkanmu terlalu lama" Ucap Yoshito mengelus pipi dan telinga adiknya yang sekarang meringkuk di dadanya.

Chris beranjak dari sofa, mendekati kedua adiknya, meletakan punggung tangannya di kening Yuire.

"Kau masih demam, makanlah sedikit!!" Perintah Chris yang hanya dijawab oleh sebuah gelengan.

"Apa yang kau pikirkan hingga membuatmu demam seperti ini??" Tanya Chris yang sekarang duduk di hadapan kedua adiknya yang sedang saling mendekap.

"Aku tidak sengaja menonton acara konferensi pers Sam." Ucap Yuire dengan suara yang mulai bergetar.

Raut wajah Chris mulai menegang, dia mengambil remote TV yang berada di ranjang lalu melemparnya ke lantai sampai hancur.

"Praang" Suara itu membuat tubuh Yuire yang sudah meringkuk semakin mengetatkan pelukannya kepada Yoshito.

"Chris!!" Bentak Yoshito." Jangan menakuti adikku!!"

"Kau!!! Siapa yang mengijinkanmu menonton acara seperti itu hah??" Bentak Chris kepada Yuire " Tidak bisakah kau mengikuti perintah kakakmu??"

"Maafkan aku Onii-chan..." Yuire mulai terisak

"Lalu hanya karena itu kau demam?? Apa dalam otakmu hanya tentang si Sam bodoh itu?? Bisakah kau memikirkan dirimu sendiri!!! Bisakah kau menghargai kami yang susah payah agar kau sembuh!!! Bisakah kau lebih menjaga tubuhmu dan tidak memikirkan apapun!!!" Suara Chris semakin keras dan tajam.

"Ueeeek.." Tiba-tiba Yuire muntah, mulutnya mengeluarkan semua yang telah dimakannya, mengotori bajunya, tangan dan dada Yoshito..

"Yu!!!" Yoshito sedikit berteriak dan menadahi muntahan Yuire.

Chris menarik nafas panjang berusaha meredam emosinya. Wajahnya berubah khawatir saat melihat apa yang terjadi dengan adiknya.

"Onii-chan maaf.. aku mengotori bajumu. uuek!!" Yuire meminta maaf kepada Yoshito sambil terus terisak, perutnya terasa kosong setelah mengeluarkan semua yang dimakannya.

"Tidak apa-apa sayang,, muntahkanlah!! Agar tubuhmu merasa lega!! Jangan memikirkan bajuku!!" Yoshito masih merangkul adiknya dengan tangan yang dipenuhi muntahan, membiarkan adiknya mengotori tubuhnya dengan sukarela. Mengecup kepala adiknya lalu memandang Chris dengan tajam "Cukup Yamada Minato!!" Ucap Yoshito pelan namun tajam.

"Onii-chan Chris, maafkan aku!!" Yuire memandang kakaknya yang berdiri menatapnya dengan pandangan kesal namun tidak tega.

"Tidak perlu meminta maaf pada si Pemarah itu Yuire!! Dia tidak punya hati!! Dia bukan kakakmu, dia itu monster!! " Perintah Yoshito dengan kesal

Semakin aku kejam

Semakin aku peduli

Saat aku diam

Mungkin aku sudah menyerah

(ghandistri)