"Bruuuk" Hua Lu melemparkan beberapa berkas ke hadapan Sam yang sedang duduk dihadapannya.
"Aku ingin kesepakatan kita ditulis hitam di atas putih. Jika kau melanggarnya, kau tahu apa yang bisa kulakukan."
Sam memeriksa semua berkasnya satu-persatu " Aku hanya meminta dua hal."
"Siapa bilang kau bisa mengajukan permintaan??" Bentak Hua Lu
"Hanya dua hal, ini tidak berarti dibandingkan dengan waktu yang akan kau lewati bersamaku. Aku memberikan semua hidupku dan kau tidak memberikan kompensasi untukku??" Ucap Sam sedikit mulai emosi.
"Katakan, aku akan mempertimbangkannya."
"Jangan sampai Yuire tahu apa kesepakatan kita." Sam dengan tegas.
"Deal,, aku setuju untuk itu ternyata kau sangat baik hati." Hua Lu tersenyum mencibir.
"Yang kedua, biarkan aku bersamanya hanya sampai operasinya selesai. Dan memastikan dia baik-baik saja"
"Aku tidak setuju dengan yang kedua."
"Nona Lu?? Aku hanya minta beberapa hari dari waktu yang kau miliki bersamaku. Tidak bisakah??"
"Baik. Hanya sampai operasinya selesai." Ucap Hua Lu
.........
Sam berlari dari tempat parkiran menuju ke dalam gedung rumah sakit, Chris sudah menunggunya di depan ruangan Yuire.
"Yu daritadi menanyakanmu." Kata yang cukup singkat membuat Sam terburu-buru masuk ke dalam ruangan Yuire.
"Sam!!" Tiba-tiba Chris menahan bahu Sam dan tatapannya penuh arti. Sam hanya mengangguk dan menepuk tangan Chris yang berada dibahunya.
Sam masuk dengan perlahan ketika kekasihnya sedang terbaring menyambutnya dengan senyum. Sam mendekatinya dengan wajah yang dibuatnya ceria.
"Kau merindukanku??" Ucap Sam menggoda. Yuire memukul paha kekasih yang telah duduk diranjangnya itu. Pukulan yang tak sekuat biasanya.
"Aku ingin duduk." Ucap Yuire berusaha bangkit dari tempat tidur.
"Tidur saja!!" Larang Sam menahan tubuh kekasihnya agar tetap terbaring.
"Aku ingin melihat wajah tampanmu dengan jelas." Kata Yuire masih berusaha untuk bangkit, menopang setengah beban tubuhnya menggunakan tangan.
Melihat kekasihnya bersikeras, tangan Sam menyusup ke dalam pinggang Yuire yang kecil, mengarahkan tangan Yuire untuk melingkar di pundaknya, lalu mengangkat tubuh kekasihnya itu.
"Sudah, sekarang sudah jelas melihat wajah tampanku??" Sam tersenyum memandangi wajah kekasihnya yang sekarang berhadapan dengannya. Yuire terus memandang mata Sam tanpa berkata-kata.
"Kenapa?? Kau tadi mencariku dan sekarang kau diam saja?? Sebegitu terpukaukah dengan ketampananku??" Tanya Sam heran melihat sang kekasih yang memandangnya tak henti.
"Apa operasiku akan berhasil??" Tanya Yuire lemah
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja akan berhasil!!" Wajah Sam memandang mata Yuire lebih dekat dan memegang leher Yuire. Yuire hanya diam.
"Apakah kau takut sayang??" Sam semakin mendekatkan matanya, mencari tahu apa yang sedang dirasakan oleh kekasihnya itu. Yuire hanya menggigit bibir bagian atasnya dan menggeleng lemah.
"Hmm??" Sam masih menunggu kata-kata yang akan dikeluarkan Yuire.
"Semenjak aku disini, aku merasa tidak ingin jauh darimu. Kau pergi sebentar saja aku sudah rindu." Sam menatap nanar wajah kekasihnya, matanya mulai berkaca-kaca.
Sam menempelkan keningnya dengan kening Yuire, berusaha memahami apa yang dirasakan kekasihnya. Rasa takut kekasihnya yang beralasan. "Apakah hati kami sudah terlanjur bertaut, sampai rasa takutku sama dengan rasa takutnya." Sam dalam hati.
"Apa itu tandanya aku akan mati dan tidak bertemu lagi denganmu??" Tanya Yuire dengan nafas lembut yang sangat terasa di wajah Sam.
"Tidak... tidak.. Kau akan sembuh!!" Sam menggelengkan kepala beberapa kali sambil meneteskan air mata.
"Kalau aku sembuh, bisakah kita ke bermain ke Lihpao Land lagi?? Aku janji takkan merepotkanmu seperti dulu" Yuire tersenyum manis, mengharapkan ada jawaban "ya" dari kekasihnya.
Sam memandang Yuire, tidak merespon pertanyaan Yuire. Dia kecup kekasihnya itu, kecupannya tidak leluasa seperti dulu, selang oksigen yang melingkar di hidung Yuire terasa mengganjal, bibir Yuire yang biasa sangat hangat kini terasa begitu dingin dan kering.
Kau tidak pernah merepotkanku sayang
Kesulitan yang kuhadapi karenamu
Aku bersumpah
Aku menjalaninya dengan bahagia
(ghandistri)