webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Zu wenig Bewertungen
54 Chs

Merajuk

Li Heinan mematikan layar televisi. Pria itu menyandarkan punggungnya pada sofa, kemudian melempar remot ke sembarang arah. Ia tidak peduli benda itu jatuh berserakan ke atas lantai.

Konferensi pers yang dilakukan Gu Changdi dan Lin Xiang baru saja selesai. Li Heinan termasuk dalam orang-orang yang ikut menonton konferensi pers tersebut yang disiarkan secara langsung ke seluruh stasiun televisi nasional.

Ada perasaan iri dalam benak Li Heinan, melihat sikap Lin Xiang selama konferensi pers berlangsung. Gadis itu tampak jauh lebih berani ketika berbicara di hadapan para wartawan. Bahkan begitu tenang saat menjawab beberapa pertanyaan yang ditujukan padanya.

Sisi lain seorang Lin Xiang yang baru dilihat Li Heinan hari ini, membuat pria itu semakin ingin mengenal sosok itu lebih jauh. Ia tidak peduli soal fakta bahwa Lin Xiang adalah calon istri Gu Changdi.

Sekali menemukan sesuatu yang menarik, Li Heinan tidak akan melepaskannya begitu saja.

***

"Nona?"

Lin Xiang menoleh ke arah pintu kamar—menemukan sosok Meimei datang menghampiri sambil tersenyum hangat.

"Ada yang ingin bertemu—"

"Jika itu Gu Changdi, suruh dia keluar!" potong Lin Xiang cepat sambil melipat kedua tangannya di dada. Sepertinya gadis itu masih kesal atas sikap Gu Changdi yang sudah mencium bibirnya saat konferensi pers berlangsung.

Meimei mendengus geli melihat reaksi Lin Xiang. "Nona Shen Wanwan dan Nona Zhang Yiyi datang untuk menemui Anda," lanjutnya. Ia kembali dibuat gemas, melihat sang majikan langsung melompat dari atas ranjang, kemudian berlari keluar kamar. Meninggalkan dirinya yang masih berdiri di dekat ranjang.

Meimei hanya bisa menggelengkan kepala, sebelum menyusul keluar dari kamar.

Lin Xiang terlihat melongokkan kepalanya ke bawah, tepat ke arah ruang tamu yang berdekatan dengan tangga. Ia mendapati kedua sahabatnya sedang berbicara dengan Huang Chuan. Tanpa membuang waktu lagi, Lin Xiang berlari menuruni tangga.

Shen Wanwan dan Zhang Yiyi menoleh usai mendengar pekikan gembira Lin Xiang. Keduanya terkesiap kaget setelah Lin Xiang langsung melompat memeluk mereka.

"Astaga!" Shen Wanwan menahan diri untuk tidak mengomeli Lin Xiang. "Lin Xiang, kau berat!"

Mendengar kalimat Shen Wanwan, Lin Xiang langsung melirik galak—yang sayangnya justru mengundang tawa keempat orang di sekitarnya.

"Bagaimana kabarmu, hm?" tanya Zhang Yiyi mencoba mengalihkan perhatian Lin Xiang.

"Aku baik, Kak." Lin Xiang menjawab dengan senyuman. "Ada apa kalian datang ke mari?"

"Kami ingin melihat kondisimu, Lin Xiang." Shen Wanwan merangkul bahu Lin Xiang, "Ngomong-ngomong, tadi kau hebat sekali selama di konferensi pers. Aku kagum padamu."

"Aku tidak merasa seperti itu, Wanwan." Lin Xiang menunduk sejenak, semburat rona merah kembali muncul menghiasi pipinya. Perubahan ekspresi wajah Lin Xiang sontak saja membuat Shen Wanwan dan Zhang Yiyi bersemangat untuk kembali menggoda gadis itu.

"Kau tahu, rasanya tadi kami seperti menonton adegan drama. Aku tidak menyangka Gu Changdi akan menciummu di depan—"

"STOP!" Lin Xiang memekik histeris. "Jangan bahas itu lagi. Aku malu!"

Shen Wanwan yang paling keras tertawa, sementara Zhang Yiyi berusaha mati-matian untuk tidak meledak. Selama perjalanan menuju mansion keluarga Gu, keduanya tidak pernah berhenti membicarakan adegan ciuman yang dilakukan Gu Changdi dan Lin Xiang di akhir konferensi pers.

"Hmph! Jika kalian datang hanya untuk menertawakanku, sebaiknya pulang saja!" rajuk Lin Xiang masih berlanjut.

"Tentu saja tidak," Zhang Yiyi mendekati Lin Xiang, mengusap lembut punggung gadis itu. "Kami ke sini untuk memberikan dukungan padamu, Lin Xiang."

Seketika wajah merajuk Lin Xiang memudar.

"Kami tidak akan membiarkan orang-orang di luar sana terus-menerus menghujatmu. Kau tidak sendirian. Ada kami yang akan selalu berada di sisimu." Shen Wanwan beralih melirik Meimei dan Huang Chuan. "Benar 'kan?"

Baik Meimei maupun Huang Chuan mengangguk kompak.

Lin Xiang tersenyum haru. "Terima kasih."

"Nona tidak perlu khawatir. Kami pasti akan melindungi Nona," sahut Huang Chuan yang disetujui oleh Meimei. Kedua perempuan itu tersenyum tulus kepada Lin Xiang.

Lin Xiang tidak peduli dengan reaksi keempat orang itu. Ia langsung saja memeluk mereka secara bergantian.

"Maaf?"

Mendadak ada suara seseorang yang menyela aktivitas berpelukan mereka. Lin Xiang yang pertama kali menoleh ke arah si pemilik suara. Mata rusanya membulat lucu setelah menemukan sosok pria yang baru saja memasuki mansion. "Kak Heinan?"

"Hai, Lin Xiang." Pria itu melambaikan tangannya dengan senyuman penuh arti. "Bisa kita bicara sebentar?"

***

Gu Changdi berada di kamar Gu Jinglei dengan ditemani Su Rongyuan. Pria itu berdiri di dekat jendela, sambil memejamkan mata seolah tengah berpikir keras. Su Rongyuan yang sedang membantu Gu Jinglei meminum suplement rutinnya, terheran atas sikap diam sang putra.

"Gu Changdi, ada apa?" Su Rongyuan meletakkan gelas yang disodorkan Gu Jinglei. "Ibu lihat sejak pulang dari konferensi pers tadi, wajahmu terlihat kusut. Bukankah konferensi pers kalian berjalan lancar?"

Dengusan pelan lolos dari bibir Gu Changdi. "Lin Xiang merajuk Ibu. Dia melarangku masuk ke kamarnya seharian ini," jawabnya.

Su Rongyuan dan Gu Jinglei saling memandang, kemudian sontak tertawa lepas.

"Salahmu sendiri." Gu Jinglei menggelengkan kepalanya. "Siapa suruh menciumnya di depan kamera. Apa kau lupa konferensi pers kalian disiarkan secara langsung?"

"Aku ingat, tapi aku tadi memang sengaja melakukannya. Biar dunia tahu bahwa Lin Xiang milik Gu Changdi secara mutlak," balas Gu Changdi cuek dengan nada super posesif.

Su Rongyuan kembali tergelak, "Aku jadi ingat seseorang yang memiliki sifat posesif sepertimu," katanya sembari melirik Gu Jinglei.

"Kau benar. Dia mewarisi sifat posesif ayahnya," sahut Gu Jinglei diakhiri tawa.

Gu Changdi merotasikan bola matanya, mengabaikan Su Rongyuan dan Gu Jinglei yang masih saja tertawa di depannya. "Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?" ia bertanya dengan ekspresi wajah yang kembali tampak serius.

Gu Jinglei tersenyum, "Tentu saja kami ingin membicarakan persiapan pernikahanmu dengan Lin Xiang, juga ingin tahu apa rencanamu untuk masa depan Lin Xiang nanti."

Su Rongyuan memperlihatkan binar matanya penuh semangat. "Ibu akan membantumu untuk membuat Lin Xiang bisa diterima orang-orang yang berasal dari kalangan kita."

"Aku juga sudah memikirkan masalah itu, Ibu." Gu Changdi menyeringai kecil, "Setelah kami menikah nanti, aku akan mendaftarkan Lin Xiang untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah."

"Kau serius?" Su Rongyuan sedikit ragu. "Apa nanti Lin Xiang tidak akan kerepotan dengan status mahasiswi dan istri?"

"Tidak. Aku yakin dia akan sangat senang atas rencanaku. Dia sudah terbiasa bekerja keras, Bu. Lin Xiang pasti bisa mengatur waktunya dengan sangat baik." Gu Changdi tersenyum penuh keyakinan, "Lagipula, di sini ada banyak pekerja yang bisa membantunya. Lin Xiang cukup melayani kebutuhanku sehari-hari, salah satunya kebutuhan di ranjang."

Su Rongyuan spontan memukul punggung Gu Changdi atas ucapan frontal pria itu.

'Dasar, ayah dan anak sama-sama mesum.'

"Kalau Lin Xiang terlalu sering melayani kebutuhanmu di ranjang, dia bisa kelelahan, bodoh! Bahkan peluang untuk hamil juga lebih besar. Itu akan semakin membuatnya kerepotan membagi waktu dengan kuliah," jelas Su Rongyuan.

Su Rongyuan bukannya tidak suka dengan keputusan Gu Changdi, yang merencanakan Lin Xiang untuk melanjutkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Dia sangat mengenal sosok putranya yang tidak mungkin bisa menahan diri untuk tidak menyerang Lin Xiang tiap malam.

Su Rongyuan tidak bisa membayangkan bagaimana menantunya nanti akan kerepotan menghadapi nafsu Gu Changdi.

"Ibu tenang saja. Semua sudah kupikirkan dengan matang," Gu Changdi tertawa pelan. "Jika nanti Lin Xiang hamil selama dia masih menyelesaikan kuliahnya, itu berarti benihku bibit unggul. Sekali tembak, langsung jadi."

"GU CHANGDI!"

Kali ini bukan hanya Gu Changdi, Gu Jinglei pun ikut tertawa mendengar obrolan menantu dan cucunya yang terkesan sangat konyol.

TO BE CONTINUED