webnovel

TWINS DEVIL

Misi dendam Rio kepada orang yang telah membantai keluarganya membawanya pada orang-orang yang merasakan hal yang sama dan terlibat dalam satu peristiwa yang sama. Misi itu tidak mudah, karena ia harus berhadapan dengan orang yang dulu begitu dekat dengannya, tetapi entah dengan alasan apa, orang itu menghabisi keluarganya dengan keji.

dian_nurlaili · Bücher und Literatur
Zu wenig Bewertungen
4 Chs

Bimbingan

"Apa?! Bimbingan di alihkan?" tanya Ify begitu ia menghadap Bu Ira, dosen yang seharusnya menjadi dosen pembimbingnya itu mengatakan jika bimbingannya dialihkan ke salah satu mahasiswa akhir yang berprestasi.

"Tapi Bu, bukankah dia sibuk dengan persiapan wisuda?" tanya Ify heran.

"Ibu sudah berbicara dengannya, dan dia mengatakan tidak keberatan melakukan bimbingan sebelum masa wisudanya. Sebenarnya saya juga tidak ingin, tetapi sangat sulit untuk tetap bekerja dengan perut sebesar ini. Suami Ibu juga sudah mendesak Ibu untuk mengajukan cuti lebih awal." jelas Bu Ira sambil mengelus perutnya yang buncit.

Ify mengangguk paham. Bagaimanapun, mengajar dengan keadaan hamil delapan bulan bukanlah pekerjaan yang mudah.

"Baik, Bu! Lalu saya harus menemuinya di mana?"

"Temui dia di ruangan asisten dosen. Bimbinganmu bisa dimulai hari ini jika kamu siap!"

"Baik, Bu! Terima kasih!" pamit Ify sambil undur diri. Bagaimana pun, ia harus bisa lulus dan wisuda secepatnya. Ia ingin cepat-cepat berlibur ke hawai selama satu bulan untuk msnjernihkan pikiran. Ia benar-benar tak ingin berpikir lagi dan menikmati masa liburannya setelah wisuda.

Tak terasa, ia telah sampai di depan ruangan asisten dosen. Ia hanya berharap, pembimbing pengganti ini bukanlah laki-laki genit seperti kebanyakan kakak tingkat yang mengejarnya.

Tiga kali mengetuk pintu tidak ada jawaban, membuat Ify memutuskan untuk pergi dan kembali esok hari. Mungkin kakak tingkat itu tidak ada di ruangan hari ini. Baru saja ia melangkahkan satu kaki, bunyi pintu dibuka membuatnya berbalik.

"Masuk!" Ify melebarkan matanya melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Tidak seperti kemarin yang berpakaian non formal, kini pemuda itu menggunakan kemeja putih, jas hitan dam dasi yang terikat rapi membuat penampilannya lebih tampan dan berwibawa seratus kali lipat.

Gadis berdagu tirus itu menggeleng. Apa yang baru saja ia pikirkan?

"Mau masuk, nggak?" pertanyaan bernada sinis itu mengembalikan kesadaran Ify.

"Lo ngapain di sini?"

Rio memiringkan kepalanya dengan seringai andalannya. "Menurut lo?"

"Jangan bilang lo pembimbing pengganti Bu Ira?" Ify semakin melebarkan mata. Telunjuknya menuding tepat di depan hidung Rio membuat pemuda itu mendengus kesal dan menampik tangan Ify.

"kalau gue bilang iya, lo mau batal bimbingan?"

Rio tersenyum penuh kemenangan saat melihat Ify ragu dan menggigit bibirnya. Gadis itu terlihat menggemaskan saat berpikir.

Hentikan sikap konyolmu itu! Rio mengutuk dirinya sendiri yang sempat berpikir jika Ify menggemaskan. Memggemaskan dari Hongkong? Ganas macam singa iya.

Tak punya pilihan lain, Ify pun terpaksa mengangguk dan masuk ke dalam ruangan melewati Rio begitu saja.

"Welcome to the hell, dear!" bisik Rio begitu Ify lewat di hadapannya.

Ify tak menggubris. Gadis itu langsung mengambil duduk di sofa dan menyamankan diri. Memejamkan mata dengan kedua tangan terlentang.

"Siapa suruh lo duduk?" sentak Rio yang membuat Ify dengan malas membuka mata.

"Kenapa lagi, sih?"

"Lo ke sini mau bimbingan apa mau tidur? Kalau mau tidur pulang aja sana!"

"Kalau bukan karena terpaksa, gue juga ogah bimbingan sama lo Kutu Kupret!"

"Itu bukan urusan gue." Rio duduk di kursinya dan mengambil kertas di laci meja. "Karena lo bimbingan sama gue, lo harus menuruti aturan dari gue."

Dengan malas, Ify bangkit dan menyambar kertas di meja Rio. Membacanya sekilas.

"ATURAN MACAM APA INI?!" pekik Ify tak terima.

SURAT PERJANJIAN BIMBINGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : Mario Aditya

JABATAN : Pembimbing

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak pertama

NAMA : Alyssa Saufika

JABATAN : Mahasiswa

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua

Dikarenakan pihak kedua yang membutuhkan bimbingan dari pihak pertama, maka pihak kedua harus mengikuti semua aturan yang dibuat oleh pihak pertama. Berikut adalah peraturan yang harus diikuti :

1. Harus bersikap sopan.

2. Bimbingan dilakukan satu minggu sekali di akhir pekan.

3. Tempat dan waktu pihak pertama yang menentukan dan pihak kedua tidak boleh menolak atau bimbingan akan batal.

4. Setiap bimbingan, pihak kedua harus berangkat tiga puluh menit lebih awal untuk kedisiplinan.

5. Semua yang diperintahkan oleh pihak pertama harus dituruti oleh pihak kedua.

6. Pihak kedua harus menjaga batasan, tidak boleh jatuh cinta dengan pihak pertama.

7. Setiap satu pelanggaran yang dilakukan oleh pihak kedua, maka pihak pertama berhak memberikan hukuman.

Demikian surat perjanjian ini dibuat dengan kesadaran dan tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun.

Jakarta, 09 Maret 2020

Pihak pertama

Pihak kedua

"Nggak ada paksaan lo bilang? Ini sih enak di elo nggak enak di gue anjir!" sungut Ify yang sekarang sangat ingin mencabik-cabik wajah pemuda songong di depannya ini.

"Gue nggak maksa kok, kalau lo nggak mau ya udah, pulang aja cari pembimbing yang lain," balas Rio tak acuh.

Kemarahan yang berkumpul di kepalanya membuat Ify pening seketika. Menghadapi Rio tak semudah yang ia duga. Pemuda itu selalu mempunya seribu satu cara untuk membuatnya sengsara.

"Oke! Gue terima!"

Rio menyeringai puas. "Ambilin gue minum sebelum mulai bimbingan!"

Meski disertai dengan hujatan dan gerutuan dari bibir mungilnya, Ify tetap bangkit dan berjalan ke arah dispenser di ujung ruangan dan mengambilkan minum untuk pembimbingnya ini.

"Nih!" Sedikit bantingan yang dilakukan Ify membuat air memercik keluar dan membasahi meja.

"Lo-" Rio menuding Ify dengan gigi beradu. Sungguh kesabarannya juga diuji jika berhadapan dengan gadis ini.

"Silahkan diminum, Pak Mario!" Ify membungkuk setengah meledek yang membuat Rio gerah dan mengendorkan dasinya. Ia membuka jas dan menyambirkan di kursi. Kemeja putih ia gulung sampai ke siku dan satu kancing ia buka. Tak berhenti sampai di situ, ia mengacak rambutnya hingga berantakan.

Ify sempat terpana tapi sedetik kemudian ia mampu menyesuaikan diri. Jangan sampai, jangan sampai ia tertarik dan akan menjadi bahan ledekan pemuda itu nantinya.

Meskipun harus Ify akui, jika style Rio yang seperti ini membuat kadar ketampanannya berlipat ganda.

"Ini salah, ulangi lagi!"

"Beliin camilan dulu bentar di kantin, jangan yang murah, gue alergi. Pake uang lo lah, gue gini gak digaji juga."

"Berhenti dulu! Gue kebelet!"

"Eh, itu kenapa kata-katanya aneh banget?"

"Nggak usah gigit bibir, gue nggak bakalan nafsu!"

Ify membanting bolpoinnya hingga terpental dan jatuh ke lantai. Ini sudah ke sekian kalinya perkataan Rio membuatnya hilang konsentrasi.

"Bisa nggak sih, nggak usah ganggu konsentrasi gue?" Kepala Ify rasanya sudah mengepul dengan asap merah penuh kemarahan yang terpendam. Andai ada pilihan lain, Ify akan memilih pilihan itu, sayangnya ia tak punya pilihan lain yang bisa menyelematkannya dari siksaan kakak tingkat dengan sifat setan satu ini.

"Kalau mau ngatain gue, omongin langsung mumpung ada orangnya. Nggak perlu ngedumel di dalam hati," sindir Rio saat melihat Ify sudah bersungut-sungut.

"Bodo amat!" sentak Ify dan kembali sibuk dengan lembaran kertas di hadapannya.

Beberapa menit setelahnya berlangsung dengan damai, tidak ada Rio yangcerewet meminta ini itu, dan Ify bisa berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya.

"Huh selesai juga!" Ify meregangkan tubuhnya untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku hingga berbunyi gemeletuk.

"Udah selesai dan gue bisa pu- ANJIRR ENAK BANGET LO TIDUR?" pekik Ify saat mendapati Rio tengah tertidur pulas di kursinya. Pantas saja tidak ada suara sejak tadi, rupanya pemuda songong ini tengah berkelana di alam mimpi.

"Apaan sih, berisik banget?" sahut Rio sambil membuka matanya sedikit.

"Gue udah selesai dan gue mau pulang!"

"Ya udah, pulang aja! Tahu letak pintu kan?" sahut Rio lalu kembali memejamkan mata dan tidur.

Ify menggeretakkan giginya kesal. Jika saja tak ingat jika ia masih membutuhkan bimbingan laki-laki ini, bukan tak mungkin Ify akan membunuhnya dengan keji. Ingatkan saja nanti jika ia sudah sukses dengan skripsinya. Gadis itu keluar dengan membanting pintu hingga menimbulkan suara yang cukup keras, tak peduli meski beberapa orang yang melintas di koridor melihatnya dengan tatapan aneh.

"Apa lihat-lihat?" sentaknya pada seorang mahasiswa yang kebetulan melintas dan melihatnya dengan tatapan aneh.